Sukses

Lifestyle

Kehilangan Mengajarkan bahwa Kita Punya Keterbatasan dalam Mengendalikan Waktu

Fimela.com, Jakarta Punya cerita mengenai usaha memaafkan? Baik memaafkan diri sendiri maupun orang lain? Atau mungkin punya pengalaman terkait memaafkan dan dimaafkan? Sebuah maaf kadang bisa memberi perubahan yang besar dalam hidup kita. Sebuah usaha memaafkan pun bisa memberi arti yang begitu dalam bagi kita bahkan bagi orang lain. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Menulis Fimela: Sambut Bulan Suci dengan Maaf Tulus dari Hati ini.

***

Oleh: Nurul Hasanah - Tangerang

Siapa yang tidak menyesal ditinggal pergi orang tua? Siapa yang tidak sedih ayah ibunya meninggal begitu cepat? Ayahku meninggal 6 tahun yang lalu. Di saat dia menanti kelulusanku yang mungkin akan jadi kebanggaannya suatu saat nanti. Aku dilahirkan di keluarga yang bisa dibilang biasa-biasa saja. Mendapat beasiswa full 4 tahun merupakan suatu kebanggaanku dan tentu saja orang tua. Tapi, di tahun kedua (semester 4), ayah meninggal karena sakit yang dideritanya selama setahun belakangan. Impian ayah untuk melihatku di gedung mewah waktu wisuda, sirna sudah.

Sempat aku berpikir untuk berhenti kuliah saja. Karena orang yang selama ini mendukungku untuk melanjutkan pendidikan hanyalah ayah. Ibu juga. Tapi, Ibuku awalnya sedikit meragukan karena meskipun beasiswa pasti ada saja biaya pengeluaran lain-lain. Aku benar-benar marah pada diriku. Dan pernah lebih parah lagi, melakukan dosa yang cukup besar yaitu menyalahkan Tuhan karena memanggil ayah terlalu cepat.  

 

Life Must Go On

Setelah ikhlas menerima ayah kembali ke haribaan-Nya dan mampu memaafkan dan sudah pasti meminta pengampunan dari yang Maha Kuasa, aku kembali ditinggal oleh orang tua tunggalku yakni Ibuku. Jumat mendatang adalah hari ke-40 beliau meninggalkan kami. Aku sudah berusaha sekuat tenaga untuk mengikhlaskan ayah dan memaafkan diriku sendiri, kembali lagi aku menyalahkan diriku karena Ibu. Ibu sangat ingin melihat aku menikah. Tapi, dikarenakan jodoh dari Allah yang belum sampai pada waktuku, sampai akhirnya ibu menyerah akan penyakitnya.

Aku merasa belum sempurna menjadi anak. Belum bisa berbakti dengan sebaik-baiknya. Impian demi impian mereka yang belum bisa direalisasikan karena keterbatasanku mengendalikan waktu. Bukan. Aku memang tidak bisa mengendalikan waktu. Aku hanya bisa menyalahkan diri sendiri karena tidak tahu siapa yang harus aku salahkan. Memaafkan paling sulit adalah memaafkan diri sendiri. Tetapi itu bukanlah sesuatu yang mustahil. Life must go on. Kalau tidak memaafkan diri sendiri, siapa lagi yang bisa memaafkanmu? Allah saja Maha Pengampun.

 

 

Simak Video di Bawah Ini

#GrowFearless with FIMELA

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading