Fimela.com, Jakarta Punya cerita mengenai usaha memaafkan? Baik memaafkan diri sendiri maupun orang lain? Atau mungkin punya pengalaman terkait memaafkan dan dimaafkan? Sebuah maaf kadang bisa memberi perubahan yang besar dalam hidup kita. Sebuah usaha memaafkan pun bisa memberi arti yang begitu dalam bagi kita bahkan bagi orang lain. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Menulis Fimela: Sambut Bulan Suci dengan Maaf Tulus dari Hati ini.
***
Oleh: Alyssa Ulfatun Jannah - Jakarta
Advertisement
Hai kamu yang sangat dekat tapi terasa sangat jauh, sudah lama kita tak saling bertukar pikiran dan perasaaan. Maafkan aku telah melukaimu sangat jauh, maafkan aku telah zalim begitu lama, maafkan aku yang selalu bertindak gegabah tanpa pikir panjang. Aku tahu kau begitu terluka, aku tahu kau begitu tersiksa, aku tahu kau begitu menderita. Aku tahu kau pun tahu, bulan di mana semua masih sangat indah seperti biasanya, seharusnya aku lebih besyukur pada saat itu. Aku hanya memikirkan bagaimana aku mendapat kebahagiaan tanpa memikirkan bagaimana orang lain berusaha membahagiakanku.
Kerap terlintas dalam memoriku, hari terakhir di mana aku masih berusaha menyesuaikan diri untuk diterima di lingkungan baruku. Aku tahu kau pun tahu, ambisiku terlalu besar, tapi aku tak mengingat seberapa besar kemampuanku dalam menyelesaikan ambisiku. Bertahun-tahun aku jalani rutinitasku, meskipun sering aku mengeluh dan merasa bosan akan rutinitas itu, tapi aku terlalu takut untuk mencoba sesuatu yang baru. Aku tahu aku payah, lemah, tak berdaya. Aku sadar, mungkin seharusnya aku lakukan saja seperti rutinitasku biasanya, mungkin sedikit ambisi yang sebanding dengan kemampuanku akan membuat aku tidak berada di lingkaran ini, dan mungkin jika aku mencoba bertahan dan berusaha sedikit lagi tanpa harus kabur akan membuatku lebih kuat.
Maafkan aku yang telah memisahkanmu dari teman-teman barumu, maafkan aku yang membuatmu tak bisa mendapatkan jaket almamatermu, maafkan aku yang telah menghancurkan semua rencanamu dalam sekejap walau aku pun sendiri tahu bahwa kamu menyusunnya sangat lama. Aku iri padamu yang dahulu, penuh semangat, penuh pemikiran yang luas, penuh kebahagiaan, dan penuh rencana yang sangat teliti ke depannya. Aku tahu aku terlalu jahat, terkadang aku berpikir, hidup ini penuh pilihan bukan? Lantas bagaimana takdir akan berjalan jika hidup saja memiliki banyak pilihan? Apa takdir itu satu atau banyak? Aku tak tahu bagaimana semesta mengatur sedemikian rupa dengan sangat selaras.
Maaf aku memang terlalu iri pada kepribadianmu yang dahulu, tapi percayalah, aku tidak ingin melihatmu terpuruk seperti ini. Jika Allah menetapkan aku dan kamu harus kembali pada-Nya, mungkin Allah akan menggelengkan kepala karena terlalu banyak hal bodoh yang aku lakukan sepanjang hidupku. Ya hanya diriku, bukan dirimu. Aku tahu bagaimana polosnya kepribadianmu. Sungguh tolong maafkan aku yang telah menyeretmu terlalu jauh dalam perahu yang terombang-ambing ini.
Â
Advertisement
Sering Mengeluh
Kau tahu aku kerap mengeluh, menyalahkan takdir walau aku tahu itu bukan hal yang benar. Terkadang aku terlalu egois untuk tidak disalahkan ataupun disuruh, padahal aku dan kau pun sadar bahwa hidup ini hanya permasalahan bagaimana satu dengan yang lain dapat bermanfaat. Kasarnya dengan embel-embel membalas budi, jika seseorang telah membantu, maka kita harus membantunya kembali. Hal ini yang menyebabkan aku tidak terlalu suka untuk meminta bantuan orang lain.
Aku tak yakin untuk hal ini kau mengetahuinya, akhir-akhir ini aku sangat menyesal atas semua perbuatanku di masa lalu, menyesal akan tindak bodohku, akan egoku, akan kesombonganku, atas segalanya yang menyakiti dirimu dan orang di sekelilingmu. Rasanya baru saja Ramadan kemarin aku masih dapat tertawa bersama, kini semuanya datar. Semuanya berubah tak sejalan dengan kemauanku. Aku pikir hanya diriku yang memiliki masalah yang begitu besar, tanpa aku ingat bahwa di luar sana banyak orang yang memiliki masalah lebih besar dariku. Mungkin terlalu lama aku mengurung diri, sehingga yang aku tahu hanya sekadar teori yang sudah lama digembar-gemborkan, bukan kenyataan akan semua yang terjadi secara nyata.
Apa kau ingin mendengar sesuatu yang lucu? Mungkin di hari pembalasan nanti neraka saja tak mau menerimaku, apalagi surga. Dan mungkin di hari pembalasan nanti, Allah menyuruhku terlebih dahulu mencari dan meminta maaf pada dirimu dan orang-orang di sekitarmu sebelum masuk ke dalam neraka untuk mendapat balasan akan kehidupanku, bagaimana lucu tidak? Jika tidak aku minta maaf, oh ya kamu tenang saja, aku masih dapat menggunakan sedikit pikiranku untuk berpikir bahwa beda waktu akan dunia dan akhirat begitu jauh, aku tak mau berada berhari-hari di akhirat hanya untuk mencari dan meminta maaf pada kalian, maka dari itu aku ingin meminta maaf sepenuh hatiku dengan semua rasa penyelasan baik yang sudah aku sadari ataupun belum pada kalian.
Memaafkan Diri
Aku tahu kau anak yang begitu baik yang akan memaafkan kesalahan semua orang, maaf bukannya aku lancang membaca perasaanmu untuk mengetahui bahwa kau telah memaafkanku, tapi setidaknya hal ini membuatku lega. Aku tahu kau pun tahu, hati setiap manusia berbeda dan kita tidak tahu sedalam apa hati mereka. Aku hanya ingin memiliki sedikit keberanian untuk meminta maaf kepada mereka secara langsung, walau mungkin hal ini sangat berat dan bergantung pada pilihanku. Jika mereka membaca tulisan ini, aku hanya ingin mereka tahu bahwa aku sangat menyesali telah berlaku sangat jahat ke pada kalian, aku minta maaf atas semua kelalaian akan tanggung jawabku, akan keegoisanku, akan tindakan bodohku, akan segala perkataan dan penyataan kebohonganku. Aku minta maaf dengan beribu-ribu rasa penyesalanku, aku sungguh meminta maaf agar setidaknya walau tak ada aku di hati kalian tapi setidaknya tak ada aku di catatan dendam kalian. Sungguh tolong maafkan aku.
Kini aku hanya ingin menikmati apapun yang terjadi, jika kau mendengarku, aku hanya ingin mengatakan, mungkin tak apa semua tak berjalan seperti harapan yang aku dan kamu inginkan. Tak apa jika memang perpisahan lebih baik daripada harus bersama dengan penuh kesakitan. Tak apa jika keinginan dan ambisi kecil tetapi sepadan dengan kemampuan menyelesaikannya hingga akhir. Tak apa jika mendapat sedikit demi sedikit tempaan untuk menjadi kuat. Tak apa jika berusaha berbahagia akan kebahagiaan orang lain. Tak apa untuk memulai tersenyum dan ramah pada siapapun. Tak apa untuk membantu seseorang lebih besar tanpa ada rasa pamrih. Tak apa untuk mencoba walau jatuh dan penuh darah tetapi dapat bangkit kembali dengan semangat, dan tak apa untuk berbahagia atas sedikit kebahagiaan yang kita punya dengan penuh rasa syukur. Sungguh tak apa, karena kamu istimewa, kamu dapat melakukannya secara perlahan, kamu dapat kembali menjadi pribadi baikmu yang dahulu. Karena kamu adalah diriku.
Â
Advertisement
Simak Video di Bawah Ini
#GrowFearless with FIMELA