Fimela.com, Jakarta Punya cerita mengenai usaha memaafkan? Baik memaafkan diri sendiri maupun orang lain? Atau mungkin punya pengalaman terkait memaafkan dan dimaafkan? Sebuah maaf kadang bisa memberi perubahan yang besar dalam hidup kita. Sebuah usaha memaafkan pun bisa memberi arti yang begitu dalam bagi kita bahkan bagi orang lain. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Menulis Fimela: Sambut Bulan Suci dengan Maaf Tulus dari Hati ini.
***
Oleh: Sekar Arum Warawisesa - Jakarta Selatan
Advertisement
Menerima Kekhilafan dengan Memaafkan
Selamat menjalankan ibadah puasa Ramadan 1440 H, semoga hati kita selalu bersih menyambut bulan suci ini hingga segala amal ibadah diterima oleh Allah. Nah, saya di sini akan bercerita tentang bagaimana memaafkan diri sendiri menjadi bagian tersulit dalam hidup saya.
Begitu banyak kekecewaan dalam diri saya sendiri yang akar penyebabnya adalah kekhilafan saya. Hampir-hampir saya putus asa, ketika segala hal yang saya inginkan selalu saja tak sesuai dengan harapan serta kenyataan. Menata hati bukan perkara mudah memang, terkadang banyaknya kesalahan diri ini, membuat kita lupa, bahwa kita memang makhluk Allah yang diberi nama manusia, serta tentu saja pasti memiliki khilaf dan salah.
Saya memiliki rentetan harapan yang mau tak mau harus dipenuhi dan harus terwujud, kala itu saya berpikir jika saya berusaha sekeras tenaga, pasti keinginan apapun bisa tercapai. Tapi, tahun demi tahun berganti, beberapa harapan seputar masa depan saya yang sudah saya tata sedemikian rupa haruslah direvisi, itu karena ada hal-hal yang tidak tercapai. Sempat mengalami kekecewaan yang teramat, karena saya berpikir bahwa usaha yang saya lakukan sudah maksimal tapi justru Allah berkata lain.
Waktu itu, sampai sebelum saya berada di titik sadar di Ramadan tahun ini, saya masih terbilang ‘sombong’, karena saya merasa bahwa usaha keras saja sudah cukup membuahkan hasil tanpa pernah tahu, di balik itu semua, ada tangan Allah yang bekerja, tanpa diimbangi doa dan tawakal yang secukupnya, saya beserta harapan saya tidak ada apa-apanya. Bahkan mungkin, usaha saya akan bernilai sia-sia bila memang tidak bertawakal dan menyerahkan semuanya kembali kepada Yang Maha Kuasa.
Advertisement
Pasti Ada Ganti yang Lebih Baik
Awalnya, sulit untuk menerima keputusan Allah, sulit karena saya merasa saya sudah sekuat tenaga dan bahkan sampai mengorbankan apapun. Sempat berada di ambang-ambang keputusasaan, alih-alih saya kala itu mengurung diri dan tidak ingin bersosialisasi di saat saya berada di titik nadir ini. Saya yang kecewa dengan diri sendiri, kecewa dengan ketetapan Sang Khalik, marah atas keadaan yang ada, mengubah jalan masa depan saya, menggugurkan cita-cita saya, akhirnya kembali menemukan jalan pulang menuju Allah. Di mana kala itu, saya mendapat tamparan keras dari sebuah tulisan di Wordpress, yang berjudul “Menerima Keterbatasan Diri” dan “Memaafkan Diri Sendiri”. Kedua tulisan yang menurut saya cukup membuat saya tertegun, hingga saya sadar bahwa yang harus saya lakukan hanyalah menerima kenyataan yang ada, sisanya berdoa dan bertawakal atas usaha yang telah dijalani.
Sampailah saya pada penghujung cerita tentang Ramadan tahun ini, di mana tidak mungkin Allah memberikan yang terburuk bagi hambanya. Akhirnya, saya tersadarkan melalui dua buah tulisan yang berjudul di atas. Saya mulai bisa memaafkan diri sendiri, yang mungkin kekhilafan itu terjadi karena saya merasa ‘bisa’ padahal ada Allah Yang Maha Segala. Tidak mungkin juga Allah menunda suatu harapan, tanpa digantikan yang lebih baik. Allah sudah berfirman dalam Alquran bahwa Allah tidak mungkin mengambil sesuatu dari seorang hamba tanpa digantikan yang lebih baik. Tugas kita maafkan kekhilafan diri, belajar untuk muhasabah diri, dan kembali tawakal hanya kepada Ilahi.
Simak Video di Bawah Ini
#GrowFearless with FIMELA