Fimela.com, Jakarta Puasa adalah pola makan yang diatur dalam waktu tertentu untuk melakukan ibadah sekaligus membersihkan metabolisme tubuh. Pada saat berpuasa berarti harus bisa mengatur pola konsumsi baik saat sahur, berbuka dan saat malam hari dengan nutrisi yang seimbang, agar mendapatkan manfaat dari berpuasa yang baik bagi kesehatan.
Namun, seringkali saat berbuka puasa kita merasa sangat lapar hingga akhirnya mengonsumsi makanan dengan porsi yang berlebihan. Dengan porsi yang berlebihan, sebagian orang mampu untuk menghabiskan makanan tersebut namun bagi sebagian orang yang tidak mampu menghabiskan, maka sisa makanan cenderung akan dibuang dan menjadi sampah.
Berdasarkan Food Sustainability Index 2017 yang dirilis oleh The Economist Intelligence Unit (EIU). untuk kategori limbah dan bahan makanan yang terbuang (Food Loss and Waste), Ilndonesia menempati peringkat kedua terbawah atau hanya lebih baik dari Arab Saudi. Sementara Dinas Kebersihan DKI Jakarta pada tahun 2016 mengungkapkan adanya peningkatan volume sampah sebesar 10 % hanya pada 10 hari pertama Ramadan yang didominasi oleh sampah organik seperti sisa makanan.
Advertisement
BACA JUGA
Untuk sebagian orang yang memaksakan dirinya agar mampu menghabiskan makanan tersebut daripada membuangnya, tentunya juga berdampak tidak baik karena mengonsumsi makanan secara berlebihan tentunya juga tidak baik untuk perut.
Ahli gizi Prof. Hardinsyah, MS, PhD. selaku Ketua PERGIZI Pangan Indonesia menjelaskan, alasan utama seseorang memimih pangan untuk dikonsumsi adalah citarasa (enak), terjangkau, kebiasaan, dan kesehatan. Mengingat kebiasaan mengonsumsi pangan beragam dan bergizi di Indonesia masih relatif rendah, maka perlu diperkuat edukasi gizi seimbang.
Kini 37% penduduk Indonesia mengalami gemuk dan obes, ini pertanda sederhana banyak yang kelebihan konsumsi pangan terutama pangan sumber energi. Asupan gizi yang seimbang bagi setiap orang dapat diperoleh dengan memperhatikan keragaman jenis makanan dan jumlah makanan tanpa berlebihan.
Kekurangan dan kelebihan makan berisiko pada gangguan kesehatan. Misalnya mengonsumsi makanan berlebihan dapat menimbu/kan rasa begah dan tidak nyaman pada perut. Ketidaknyamanan ini dapat mengganggu aktivitas sehari hari, terutama saat berpuasa.
“Puasa yang seharusnya dapat dijadikan momen emas untuk ibadah sambil detoks, mencegah dan menurunkan inflamasi (radang) dan obesitas, bisa gagal karena makan berlebihan selama bulan puasa. Seharusnya puasa dapat menjadikan penduduk Iebih sehat dan Iebih hemat atau tidak boros,” ujarnya dalam acara ‘Makan Bijak’ di Jakarta.
Advertisement
#MakanBijak
Melihat korelasi antara dua hal tersebut (mengonsumsi makanan berlebihan versus membuangbuang makanan), Mylanta menyadari akan pentingnya edukasi yang berkesinambungan mengenai makan secara bijak. Untuk itu, gerakan sosial #MakanBijak kembali digelar guna menekankan dan mengajak masyarakat Indonesia agar ’makan secara bijak’ (tidak berlebihan) untuk menjaga kesehatan perut dan membantu mengurangi sampah.
“Tahun ini, kami mengingatkan masyarakat Indonesia untuk menerapkan #MakanBijak dengan cara yang Iebih menarik, yaitu dengan membawa kotak makan sendiri (Bring Your Own Box). Gerakan ini berkerja sama dengan Eat & Eat," ujar Dinda Parameswari, Associate Brand Manager Mylanta.
Tujuannya adalah agar dapat memisahkan dan menyimpan sebagian porsi makanan yang telah dipesan di awal apabila terlalu banyak porsinya dan tidak dapat dihabiskan sekaligus sehingga makanan tersebut tidak akan terbuang percuma sekaligus tidak membuatmu mengonsumsi makanan secara berlebihan.
Selain itu, dengan membawa tempat makan sendiri, juga dapat membantu menghindari dan mengurangi sampah yang diakibatkan oleh tempat makanan yang dapat merusak lingkungan dan mengurangi masalah lingkungan secara tidak langsung.
Namun, linsiatif untuk membawa tempat makan ini tidak hanya dilakukan selama bulan puasa, tetapi Mylanta ingin mengajak masyarakat Indonesia untuk menjadikan perilaku ini menjadi kebiasaan yang dilakukan terus menerus sehingga dapat membantu mengurangi sampah dan konsumsi makanan yang berlebihan.
”Kami berharap edukasi mengenai makan secara bijak melalui gerakan sosial #MakanBijak dapat dilakukan secara berkesinambungan terhadap masyarakat agar kita semakin mengerti akan pentingnya menjaga kesehatan perut dengan mengatur porsi makan kita (makan secara bijak), sehingga dapat tercipta Iingkungan dan perut yang sehat. Karenanya, mari Makan Bijak, Baik untuk Perutmu, Baik untuk Lingkunganmu,” tutup Dinda.
#GrowFearless with FIMELA