Fimela.com, Jakarta Punya pengalaman suka duka dalam perjalanan kariermu? Memiliki tips-tips atau kisah jatuh bangun demi mencapai kesuksesan dalam bidang pekerjaan yang dipilih? Baik sebagai pegawai atau pekerja lepas, kita pasti punya berbagai cerita tak terlupakan dalam usaha kita merintis dan membangun karier. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Menulis April Fimela: Ceritakan Suka Duka Perjalanan Kariermu ini.
***
Oleh: Rendiani - Malang
Advertisement
Tidak tahu harus mulai dari mana, yang jelas sejak lulus kuliah tahun 2008 saya berusaha untuk mencari pekerjaan tapi tidak kunjung ketemu juga. Ada beberapa interview kerja yang saya ikuti, tapi tidak pernah ada yang lolos. Mungkin karena saya fresh graduate dan belum punya pengalaman, atau karena jawaban-jawaban saya ketika interview tidak memuaskan. Kemudian di pertengahan tahun 2009, saya diajak untuk bergabung menjadi guru di sekolah tempat ibu saya mengajar. Saya lulusan S1 Bahasa Inggris, jadi sudah bisa dipastikan saya mendapat tugas sebagai guru hororer bahasa Inggris di sekolah dasar di sebuah daerah di Malang, Jawa Timur.
Dari awal, menjadi guru bukan cita-cita saya karena saya merasa tidak bisa menerangkan dengan baik dan benar. Tapi tidak ada pilihan lagi selain menerima tawaran ibu daripada saya menganggur lebih lama lagi. Di sekolah dasar yang bisa dibilang terletak di daerah yang cukup terpencil, saya kebagian mengajar bahasa Inggris untuk kelas 1 sampai 6.
Awalnya saya membayangkan bahwa pekerjaan ini akan terasa ringan karena hanya mengajar di SD, tapi ternyata pemikiran saya salah. Anak-anak si sekolah tersebut sulit diatur dan kadang sedikit kurang ajar dengan guru. Entah hanya saya karena saya guru baru, atau dengan guru yang lain juga begitu. Yang jelas, kegiatan mengajar yang awalnya saya pikir mudah menjadi begitu berat karena guru bahasa Inggris sebelum saya tidak begitu bisa mengajar bahasa Inggris. Buktinya ada beberapa pemahaman siswa yang salah dan menjadi tugas saya untuk membenarkan hal itu. Belum lagi setiap ujian saya dituntut untuk memberikan nilai baik supaya mereka semua naik, padahal kalau boleh jujur memang banyak nilai mereka yang kurang bahkan jauh di bawah rata-rata.
Advertisement
Tidak Ingin Menjadi Guru
Ibu saya guru, kakek saya guru, bude saya guru, jadi kedua orang tua saya juga mengharapkan saya bisa menjadi guru juga. Belum lagi mereka punya pemikiran bahwa menjadi guru/PNS akan menjamin kenyamanan di hari tua karena kan mendapatkan dana pensiun. Jadi, beberapa kali juga saya diminta untuk ikut test CPNS dan gagal. Dan saya bersyukur karena gagal.
Tapi memang karena bukan jiwa saya untuk menjadi seorang pengajar, jadi saya berusaha untuk mencari-cari pekerjaan lain di luar sepengetahuan orang tua saya. Hingga pada akhir 2010, saya mendapatkan pekerjaan sebagai copy writer di salah satu media online di Malang. Saya masih ingat sekali, saya ada panggilan wawancara tanggal 27 Desember 2010 dan harus mulai kerja tanggal 2 Januari 2011. Waktu saya tidak banyak, jadi begitu pulang dari wawancara kerja saya langsung bicara dengan kedua orang tua saya kalau saya ingin berhenti jadi guru dan diterima kerja di tempat lain.
Awalnya mereka tidak terima dan bapak saya sempat kecewa sekali, tapi lalu mereka sadar bahwa itu pilihan saya dan mereka tidak bisa apa-apa. Mereka hanya bisa mendoakan supaya kalau memang ini yang saya inginkan, saya bisa bahagia dengan pilihan saya sendiri.
Karier sebagai copy writer hanya bertahan selama setahun. Januari 2011 saya masuk sebagai copy writer di media online yang baru berkembang, Januari 2012 saya keluar karena tertarik dengan tawaran media online lain yang gajinya lebih tinggi. Tapi ternyata gaji tinggi itu bukan jaminan. Karena di tempat yang baru, saya kerja jam 9 pagi sampai 5 sore tapi mereka baru diberikan artikel untuk ditulis ketika jam 3 sore dan harus selesai sebelum jam pulang saya.
Alhasil saya keteteran dan hanya bertahan kerja selama 2 hari. Saya resign. Karena takut orang tua saya marah, maka saya sedikit berbohong dengan bilang kalau saya akan dipindah ke shift malam di tempat kerja yang baru dan saya tidak mau. Mereka menerima ‘alasan’ saya mengingat bapak saya memang tidak pernah suka kalau anak gadisnya kerja malam.
Alhasil saya menganggur selama hampir 3 bulan sebelum akhirnya salah satu teman kuliah saya menawari saya untuk bekerja di tempat dia mengajar. Tapi sudah saya wanti-wanti dari awal kalau saya tidak mau mengajar, dan ternyata memang yang mereka butuhkan adalah staf administrasi. Kebetulan, pikir saya.
Memilih Karier Lain
Setelah melewati proses wawancara dan tes kecakapan bahasa Inggris, saya diterima di salah satu agen pendidikan yang juga mempunyai lembaga kursus bahasa Inggris. Awalnya saya ditempatkan sebagai administration staff tapi kemudian beranjak menjadi Education Counsellor.
Tugas saya adalah membantu siswa-siswi Indonesia yang ingin melanjutkan studi ke Australia. Mampus! Artinya saya harus menerangkan semua proses dan jurusan kepada mereka. Sedangkan saya berhenti dan tidak mau jadi guru karena saya tidak bisa menerangkan dengan baik. Saya kerja separuh hati karena terpaksa daripada menganggur lebih lama. Bahkan saya sering dipanggil dan ditegur pimpinan karena hanya saya satu-satunya karyawannya yang pelit senyum. Padahal bekerja di bidang jasa seperti kami harus ramah dan murah senyum kepada setiap klien yang datang.
Dan setelah 6 tahun bekerja di agen pendidikan tersebut, saya merasa bahwa mungkin di sinilah bidang saya. Saya memang tidak menjadi guru seperti keinginan kedua orang tua saya, tetapi saya tetap bekerja di bidang pendidikan. Saya tetap menjadi pelayan pendidikan. Saya mencoba mengambil hikmah dari jalan yang sudah diatur Tuhan. Karena bekerja di agen pendidikan, saya jadi punya kesempatan untuk pergi keluar negeri pertama kalinya. Dan sekarang setelah tidak lagi bernaung di agen pendidikan tersebut, saya tetap pindah dan bekerja di agen lain yang bergerak di bidang yang sama. April 2019 akan menjadi tahun ke-7 saya berkecimpung di dunia education agent.