Fimela.com, Jakarta Masalah pelecehan seksual memang kerap dihadapi perempuan. Tidak hanya di ranah privat, namun juga di ranah umum. Hal ini tentu membuat tidak nyaman bagi perempuan yang mengalaminya.
Kasus pelecehan seksual di transportasi umum pun kerap dialami perempuan. Jadi apa yang sebenarnya dapat dilakukan sebagai korban? Banyak korban yang merasa takut untuk mengutarakan pelecehan seksual yang ia alami. Merasa terintimidasi dan disalahkan atas apa yang ia alami.
Korban pelecehan seksual sering mengaku jika saat terjadi pelecehan seksual, mereka merasa tidak dapat bergerak. Bukan mereka tidak menyadari kejadian pelecehan seksual tersebut, mereka sadar namun tidak dapat bergerak. dr. Jiemi Ardian dalam utas twitter (6/11/2018) menyebutkan jika Ketika seseorang mengalami ketakutan secara ekstrim, maka tubuh punya mekanisme pertahanan diri; tonic immobility, yaitu ketidakmampuan tubuh bergerak sampai ancaman bahaya berlalu. Dan ini adalah reaksi biologis tubuh, kita tidak bisa memilih untuk tidak demikian.
Advertisement
Advertisement
Dampak Pelecehan Seksual pada Korban
Selain dampak fisik, korban pelecehan seksual juga mengalami dampak psikis. Menurut penelitian, hingga 94 persen wanita korban pelecehan seksual termasuk perkosaan mengalami gangguan stres pasca trauma atau post- traumatic stress disorder (PTSD).
Hal ini wajar, karena saat mengalami pelecehan seksual korban merespon dengan rasa takut, kehilangan dan tidak terkendali. Parahnya, korban pelecehan seksual akan menarik diri dan cenderung menjadi tertutup. Perubahan mood yang berlanjut dapat menyebabkan kecemasan, stres, dan depresi.
Penanganan Korban Pelecehan Seksual
Melaporkan pelecehan seksual yang dialami adalah langkah yang paling tepat untuk korban. Sayangnya lingkungan yang kurang koorperatif dan orang sekitar yang lebih 'suka' menyalahkan korban membuatnya memilih untuk korban daripada bicara.
Meskipun langkah ini tidak mudah, namun melibatkan ahli dapat mengurangi risiko dari dampak pelecehan seksual ini. Dengan bantuan pihak profesional, seperti psikolog dapat membantu memberikan terapi pada korban.
Terapi yang dilakukan psikolog akan membantu korban untuk mengubah rasa tidak percayanya yang mengganggu aktivitas dapat menjadi lebih baik lagi. Selain itu terapi yang diberikan juga dapat membantu korban lebih mengontrol emosinya.
Well, menjadi korban kekerasan seksual memang tidak mudah. Berani untuk mengungkapkan dan meminta bantuan yang ahli adalah langkah baik untuk membantu korban lepas dari traumannya. Semoga informasi ini bermanfaat, Sahabat Fimela.
Advertisement