Fimela.com, Jakarta Beberapa waktu lalu seorang teman mencolek saya dalam sebuah cuitan di Twitter dengan menyertakan tagar #GerakanNontonBioskopSendirian. Dia menuliskan, "Sebelum ada tagar ini kita udah pernah nonton sendiri-sendiri." Saya pun tersenyum lalu teringat akan pengalaman pribadi yang pernah sengaja ambil cuti dari kantor hanya untuk nonton di bioskop sendiri. Ke mana-mana lebih sering sendiri, meski kadang merasa keki kalau ditanya, "Sendirian aja?" tapi ya dibawa santai saja lah. Nggak harus selalu rame-rame untuk bisa bersenang-senang, bukan?
Ada kebahagiaan sendiri yang bisa didapat dari melakukan sesuatu seorang diri. Nonton bioskop sendiri, liburan sendiri, dan ke mana-mana sendiri justru bisa jadi cara untuk menciptakan kebahagiaan sederhana tapi terasa mewah untuk diri kita. Mengingat dunia yang kita tinggali saat ini kadang terasa sangat "berisik" (tengok saja linimasa media sosial kita selalu saja riuh) dan berbagai tanggung jawab baru yang harus diemban seiring bertambahnya umur, akan selalu ada waktu atau titik saat kita benar-benar butuh waktu untuk sendiri.
Advertisement
Advertisement
Sendiri Bisa Mengisi Ulang Energi Tubuh
Orang-orang dengan kepribadian introver selalu membutuhkan waktu sendiri untuk mengisi ulang energi tubuhnya. Setelah bersosialisi atau menemui banyak orang yang sangat menguras energi, seorang introver mungkin akan meluangkan waktu menonton film di rumah sendiri untuk menstabilkan kembali energi tubuhnya.
Dr. Marti Olsen Laney, dalam bukunya The Introvert Advantage menyebutkan bahwa orang introver punya kepekaan yang lebih tinggi terhadap dopamin daripada orang ekstrover. Salah satu fungsi dopamin adalah kemampuannya mengatur dan membuat tubuh merasakan kesenangan. Seorang introver mudah merasa "kebanjiran" dopamin karena berbagai macam aktivitas sosialisasi, akibatnya ia jadi gampang lelah bila dihadapkan pada situasi yang mengharuskannya bertemu banyak orang. Maka dari itu, seorang introver selalu butuh waktu sendiri untuk bisa menenangkan dirinya.
Kegiatan bersosialisasi pun bisa cukup melelahkan bagi seorang ekstrover. Terlalu banyak mendengar, berbicara, dan mengeluarkan energi untuk banyak orang pastinya akan membuat kita lelah. Bagi yang setiap hari selalu disibukkan dengan bekerja dan mengimbangi banyak stimulus dari orang-orang di sekitarnya, pada waktu tertentu akan membutuhkan waktu untuk diri sendiri.
Melakukan Perjalanan Solo (Solo Traveling) Jadi Tren Tersendiri
Pernah nggak mengalami situasi seperti ini? Dalam kondisi sudah bekerja dan terikat jam kantor serta cuti yang terbatas kita ingin sekali liburan. Tapi mau mengajak teman yang lain pun susahnya minta ampun. Ada yang susah dapat cuti, ada yang terkendala nggak punya uang, bahkan ada yang cuma bikin wacana. Karena saking capeknya menghadapi rencana liburan yang nggak pernah terlaksana karena nggak ada teman, akhirnya kita memutuskan untuk jadi solo traveler alias pergi ke mana-mana sendirian.
Sebenarnya melakukan perjalanan solo bukanlah sesuatu yang asing lagi. Bahkan sudah jadi tren tersendiri. Dalam acara ragam (variety show) Battle Trip ada survei menarik terkait tren perjalanan tahun 2019. Terungkap bahwa 49,2% partisipan survei ingin melakukan perjalanan solo (solo traveling) pada tahun 2019 ini. Dengan kata lain, banyak orang yang memang suka atau mulai berencana untuk melakukan perjalanan seorang diri tahun ini.
Tiap orang memang bahagianya beda-beda. Ada yang lebih suka traveling dengan teman, pasangan, atau keluarga. Tapi ada juga yang lebih suka traveling sendirian. Nggak ada yang salah, kok. Toh, itu semua juga terkait dengan pilihan dan mungkin juga keadaan. Saat tak ada yang bisa diajak untuk liburan atau traveling bareng, ya sudah berangkat sendiri saja. Pastinya akan ada pengalaman-pengalaman unik yang bisa kita dapat dari setiap perjalanan yang kita lakukan seorang diri.
Advertisement
Sengaja Menyendiri karena Capek dengan Keriuhan Media Sosial
Dr. Muhammad Faisal dalam buku Generasi Phi, Memahami Milenial Pengubah Indonesia menuliskan, “Semakin besar akses internet dan jangkauan anak muda untuk mengakses media sosial, justru semakin banyak ditemukan kasus anak muda yang kesepian. Kondisi ini sangat kontradiktif." Pernyataan tersebut mungkin tidak terlalu mengejutkan sebab saat ini kita sedang merasakannya. Kemudahan kita dalam "mengintip" kehidupan orang lain, membanding-bandingkan kehidupan kita dengan orang lain, bahkan direcoki oleh orang-orang yang sebenarnya "nggak penting-penting amat" di media sosial kadang membuat kita ingin menjaga jarak sebentar dari media sosial. Pikiran dan jiwa kita butuh istirahat dengan menjauh sejenak dari sumber keributan.
Semakin Sibuk, Semakin Butuh Waktu untuk Sendiri
Mencapai work-life balance seringkali tak semudah membalikkan telapak tangan. Mungkin tuntutan kerja yang tak ada habisnya dan dinamika kehidupan sosial kita yang sangat cepat selalu menguras energi kita sampai habis setiap harinya. Bila kita tak berusaha mengimbanginya dengan kegiatan relaksasi atau bersantai sejenak, dikhawatirkan kita mengalami stres bahkan depresi. Data WHO bahkan menyatakan bahwa depresi akan menjadi beban penyakit kedua tertinggi di dunia pada 2020.
Mengutip artikel 7 Science-Backed Reasons You Should Spend More Time Alone dari forbes.com, menyendiri bisa membantu meningkatkan kekuatan mental. Kita memang makhluk sosial dan penting bagi kita untuk memiliki ikatan yang kuat dengan banyak orang. Tapi meluangkan waktu menyendiri juga penting. Penelitian menunjukkan bahwa kemampuan bisa meluangkan waktu sendiri bisa bantu meningkatkan kebahagiaan, menciptakan kepuasan hidup yang lebih tinggi, dan meredkan stres. Orang-orang yang bisa menikmati waktunya sendiri berisiko rendah mengalami depresi.
Advertisement
Bahagia Tiap Orang Beda-Beda, yang Punya Pasangan pun Kadang Butuh Me-Time
Jomblo atau bukan. Yang baru patah hati atau yang sudah punya pasangan. Yang lagi sendiri atau sudah punya gandengan. Masing-masing orang akan selalu butuh me-time. Bahagia tiap orang pun sifatnya bisa sangat personal, berbeda satu sama lain. Santai aja kalau ada orang-orang yang nyinyir dengan pertanyaan, "Sendirian aja?" Bisa jadi dia hanya iri dengan 'kemewahan' kita masih punya waktu untuk bisa melakukan sesuatu yang kita suka tanpa bergantung pada orang lain. Nggak perlu merasa tersindir atau terintimidasi kalau dianggap menyedihkan saat ke mana-mana kita seringnya sendirian. Nggak usah merasa lemah karena ternyata memang ada banyak manfaat yang bisa kita peroleh dengan meluangkan waktu sendiri.
Tetap bersyukur saja kita masih punya kesempatan untuk melakukan sesuatu yang kita suka. Syukuri setiap waktu berharga yang bisa kita manfaatkan untuk kembali menjaga kewarasan. Mau nonton bioskop sendirian? Silakan. Mau liburan sendirian? Nikmati saja. Atau sekadar menghabiskan hari libur sendiri maraton nonton drama Korea di rumah? Hayuklah. Selama kita bisa tetap menjaga keseimbangan untuk rutinitas yang produktif, tak ada salahnya untuk sesekali meluangkan waktu menyendiri sejenak.