Fimela.com, Jakarta Kasus bully pada anak merupakan fenomena gunung es. Artinya, kasus yang mencuat terlihat sedikit, faktanya sangat banyak yang tidak terekspos.
Meski begitu tagar #JusticeForAudrey yang viral memperlihatkan dukungan warganet di media sosial dalam kasus bullying. Tagar tersebut merupakan gerakan dukungan untuk menanggapi kasus kekerasan yang menimpa salah seorang siswi SMP di Pontianak.
Seorang pelajar berinsial AU menjadi korban pengroyokan yang dilakukan oleh 12 siswi SMA di kota Pontianak. Bahkan kini harus menjalani perawatan intensif di rumah sakit.
Advertisement
BACA JUGA
Tapi tahukan sahabat Fimela, jika tindakan bully tidak hanya terjadi pada jenjang SMP dan SMA. Melainkan, faktanya kasus ini terjadi dapat terjadi pada anak dengan rentang usia tiga hingga 12 tahun.
Seringkali anak saling mengejek atau memukul teman sebaya yang pasif dan tidak mudah bergaul. "Biasanya yang menjadi target bullying ialah anak yang tidak percaya diri dan tidak mudah bergaul," ujar psikolog Liza Marielly Djaprie kepada Fimela.com.
Liza menjelaskan, biasanya anak yang melalukan bullying memiliki tingkat stres yang tinggi yang menyebabkan ia mencari pelampiasan. "Tingkat stres pada anak terjadi karena Anda (orangtua) menyuruh les setiap saat dan memarahi jika nilainya buruk," tambah Liza.
Untuk itu, ada enam cara yang harus orangtua lakukan jika anak melakukan bullying kepada temannya.
Advertisement
1. Ajak anak berbicara
1. Segera ajak anak bicara mengenai apa yang ia lakukan. Jelaskan bahwa tindakannya merugikan diri dan orang lain. Upayakan bantuan dari tenaga ahli agar masalah tertangani dengan baik dan selesai dengan tuntas.
2. Cari penyebab anak membully temannya sendiri. Penyebab menjadi penentu penanganan. Anak yang menjadi pelaku karena rasa rendah diri tentu akan ditangani secara berbeda dengan pelaku yang disebabkan oleh dendam karena pernah menjadi korban.
3. Posisikan diri untuk menolong anak dan bukan menghakimi anak.
4. Ajarkan anak rasa empati
4. Ajarkan rasa empati terhadap sesama agar anak melihat tindakan mereka dari perspektif korban.
5. Ajak anak untuk mengelola energinya pada hal positif, seperti menyalurkan hobi dan bakat.
6. Menetapkan aturan perilaku yang konsisten. Pastikan anak memahami aturan dan hukum yang mereka langgar sehingga mereka terbiasa dengan ataturan dan norma yang ada