Fimela.com, Jakarta Setiap perempuan punya kekuatan untuk mengatasi setiap hambatan dan tantangan yang ada. Bahkan dalam setiap pilihan yang dibuat, perempuan bisa menjadi sosok yang istimewa. Perempuan memiliki hak menyuarakan keberaniannya memperjuangkan sesuatu yang lebih baik untuk dirinya dan juga bermanfaat bagi orang lain. Seperti tulisan dari Sahabat Fimela yang disertakan dalam Lomba My Voice Matters: Setiap Perempuan adalah Agen Perubahan ini.
***
Oleh: IW - Palembang
Advertisement
Jika sudah bicara soal perempuan, pasti yang terlintas didalam pikiran banyak orang adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling indah. Lalu adakah peran perempuan di era modern seperti sekarang ini? Barangkali di luar sana masih banyak pemikiran bahwa perempuan itu seharusnya di rumah saja setelah menikah. Toh, bakalan masuk dapur juga dan ujung-ujungnya ngurusin suami. Soal jodoh pun tak jauh berbeda, banyak yang berpendapat bahwa perempuan itu harus dijodohkan seperti Siti Nurbaya biar tidak salah dalam memilih bobot bibit bebet sang calon pendamping hidup. Bagi yang sependapat mungkin hal ini benar. Namun, jika yang berbeda pendapat tentunya hal ini bukanlah sebuah penghalang untuk menjadi Kartini masa kini. Karena sejatinya perempuan itu istimewa.
Sedikit cerita mengenai diri saya. Perkenalkan namaku IW. Saya anak pertama dari dua bersaudara. Sejak kecil hidup keluarga kami sangatlah sederhana di mana jika ingin mendapatkan sesuatu itu harus bekerja terlebih dahulu. Hal itulah yang mendorong saya untuk selalu bekerja giat untuk mendapatkan sesuatu tanpa harus selalu meminta uang kepada orang tua. Sayapun ingin menjadi panutan yang baik untuk adikku kelak biar dia tahu bahwa hidup ini keras.
Setelah lulus kuliah, saya diterima bekerja di salah satu perusahaan swasta. Dari gaji yang saya dapat, saya sisihkan sebagian untuk melanjutkan kuliah lagi. Tentunya tidaklah mudah. Harus hidup hemat di tengah gemerlapnya dunia ibu kota. Awalnya saya pikir sangat sulit bahkan hampir tidak mungkin untuk bisa lulus kuliah lagi. Sampai akhirnya, saya memutar otak untuk menambah penghasilan. Akhirnya, saya memilih untuk menulis yang memang sudah menjadi hobi sejak masih kecil.
Dan lagi-lagi semangat saya terpatahkan dengan cemoohan orang yang selalu memandang sebelah mata untuk apa sih menulis itu. Sempat down tapi pada akhirnya saya berhasil bangkit dan mematahkan stigma negatif dari orang-orang yang memandang sebelah diri saya. Hampir setiap hari jika ada lomba menulis, saya ikuti lombanya baik yang ada dikoran maupun di situs website. Entah sudah berapa puluh cerita yang saya kirim. Namun, selalu gagal dan gagal.
Sampai suatu hari salah satu cerita yang saya buat berhasil memenangkan lomba menulis. Alangkah bahagianya saat itu karena tak hanya mendapatkan honornya yang lumayan untuk menambah uang bayaran kuliah namun di situ tertera nama saya sebagai pemenangnya. Tentunya hal ini tidaklah mudah dikarenakan saya harus bersaing dengan banyak tulisan yang tak kalah menarik se-Indonesia. Sejak saat itu, orang yang mencemooh diri saya memilih bungkam karena kaget dengan pencapaian prestasi yang saya dapatkan.
Setelah berhasil menunjukkan prestasi, lagi-lagi saya kembali diusik dengan rangkaian pertanyaan soal menikah. Jujur untuk hal ini saya tak ambil pusing selagi bisa berkarya, urusan jodoh pun harus tetap berjalan. Saya masih ingin mengejar cita-cita saya untuk menjadi seorang penulis. Karena saya berpikir, jika saya sudah berumah tangga nanti, sayapun bisa membantu suami dengan honor yang saya dapatkan dari menulis.
Dari pengalaman inilah, saya mendapatkan pelajaran berharga bahwa hidup ini bukan orang lain yang menentukan tapi kita sendirilah yang menentukan jalan hidup apa yang akan kita pilih. Tidak ada yang salah jika suatu hari kita memilih menjadi seorang ibu rumah tangga ataupun wanita karier karena sejatinya perempuan itu istimewa dan diberikan kelebihan masing-masing pada dirinya.
Kita bisa menjadi dan melanjutkan cita-cita seperti Ibu Kita Kartini di era modern seperti sekarang ini tanpa melupakan jati diri dan kewajiban-kewajiban kita sebagai seorang perempuan. Ingat cita-cita bukan hanya milik kaum Adam, kita pun sebagai seorang perempuan juga memiliki hak yang sama dalam menggapai cita-cita. Kalau saya bisa, kenapa teman-teman yang lainnya tidak bisa? Selagi diiringi dengan niat dan doa, tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini.