Fimela.com, Jakarta Setiap perempuan punya kekuatan untuk mengatasi setiap hambatan dan tantangan yang ada. Bahkan dalam setiap pilihan yang dibuat, perempuan bisa menjadi sosok yang istimewa. Perempuan memiliki hak menyuarakan keberaniannya memperjuangkan sesuatu yang lebih baik untuk dirinya dan juga bermanfaat bagi orang lain. Seperti tulisan dari Sahabat Fimela yang disertakan dalam Lomba My Voice Matters: Setiap Perempuan adalah Agen Perubahan ini.
***
Oleh: Resti Siti Nurlaila - Cilegon
Advertisement
“Kamu perempuan?”
Kata-kata itu sudah tak asing lagi terdengar di telinga, ketika ada yang melihat saya berpakaian lengkap dengan pakaian, sepatu dan safety helmet, membawa buntalan kabel dan alat-alat perkakas. Bagi mereka, saya terlihat aneh. Hanya karena saya wanita, dan saya seorang engineer.
Apakah pekerjaan engineering hanya untuk laki-laki? Pikir saya. Tentu tidak. Saya bahkan sudah menemukan jawabannya sendiri ketika masih duduk di bangku menengah pertama. Saya seorang perempuan berambut panjang ketika itu, sangat hobi melihat Ayah saya mengotak-atik barang-barang yang rusak, seperti TV dan blender. Kala itu, saya sangat tertarik. Bahkan, diam-diam mencoba memperbaiki sendiri Walkman saya yang sudah tak berfungsi. Meski tak berhasil pada akhirnya, toh saya tetap teguh memantapkan hati untuk lanjut ke Sekolah Menengah Kejuruan Listrik.
Saya adalah salah satu dari tiga perempuan di kelas saat itu. Tetapi saya tak peduli. Kecintaan saya pada dunia engineering, tak melemahkan mental saya. Terbukti, tiga tahun berturut-turut menjadi juara kelas, dan menjadi salah satu dari lima lulusan terbaik saat kelulusan. Dan saya adalah perempuan satu-satunya. Apa yang lebih membanggakan dari itu? Saya menjadi yang terbaik dari sesuatu yang saya sangat sukai.
Hingga kini, saya tidak pernah menyesal. Seluruh proses yang sudah saya tempuh membuat saya yakin bahwa perempuan tak seharusnya diremehkan. Hanya karena itu pekerjaan lelaki, bukan berarti perempuan tidak bisa. Perempuan yang hebat bukan perempuan yang mampu mengerjakan pekerjaan lelaki. Tapi justru perempuan yang mampu mengalahkan cibiran orang-orang untuk terus maju mengejar cita-citanya.
Kalau saja waktu itu saya berhenti karena dianggap tidak mumpuni menjadi seorang engineer, mungkin saya tidaklah di sini. Bekerja di salah satu perusahaan multinasional, menjadi karyawan terbaik di perusahaan dan mengantarkan kebanggaan untuk departemen engineering.
Saya belajar banyak menjadi perempuan produktif dan aktif selama proses tersebut. Belajar, berlatih, dan jangan menyerah adalah kuncinya. Jangan dengar kata orang. Fokus saja pada jalanmu sendiri. Dobrak stereotipe dengan kemampuan. Maka kita, seorang perempuan, akan menjadi agen perubahan.
Saya wanita, seorang engineer, dan saya bangga!