Fimela.com, Jakarta Setiap perempuan punya kekuatan untuk mengatasi setiap hambatan dan tantangan yang ada. Bahkan dalam setiap pilihan yang dibuat, perempuan bisa menjadi sosok yang istimewa. Perempuan memiliki hak menyuarakan keberaniannya memperjuangkan sesuatu yang lebih baik untuk dirinya dan juga bermanfaat bagi orang lain. Seperti tulisan dari Sahabat Fimela yang disertakan dalam Lomba My Voice Matters: Setiap Perempuan adalah Agen Perubahan ini.
***
Oleh: Nila - Samarinda
Advertisement
"Saya putus asa; saya hanya boleh menulis yang bukan-bukan saja; hal-hal yang sungguh-sungguh, tidak boleh saya singgung-singgung. Tetapi membiarkan mereka berpikir salah, bukankah itu sama dosanya.” - R.A Kartini
Sebagian orang tua zaman dahulu masih berpikiran bahwa anak perempuan tak perlu memiliki pendidikan yang tinggi. Karena setinggi apa pun pendidikan mereka, mereka hanya akan ada di rumah mengurus anak dan suami. Sebagian orang tua dahulu juga membuat sebuah pola hidup yang akhirnya dijadikan standar kehidupan semua perempuan, yakni setelah lulus SMA kemudian lanjut menempuh pendidikan di universitas. Setelah lulus kuliah, bekerja setahun atau dua tahun, lalu menikah. Ada pula yang setelah lulus sekolah tak perlu kuliah atau bekerja, langsung saja dinikahkan. Setelah menikah mereka hanya hidup sebagai isteri yang melayani maunya suami. Mengurus rumah dan anak. Pola pikir seperti ini masih ada di lingkungan aku. Jadi seorang perempuan dengan usia 30 tahun masih single dan masih sibuk bekerja mencari uang menjadi bahan yang pas untuk dijadikan bahan julid oleh para tetangga karena pola hidupku tidak sesuai dengan standar kehidupan yang mereka buat.
Apa sering kali bertanya, siapa sebenarnya yang membuat pola kehidupan seperti itu sebagai sebuah standar kehidupan untuk orang lain?
Aku beruntung karena orangtuaku tak pernah memiliki pikiran sestandar itu. Sedari kecil aku diajarkan tentang bermimpi setinggi mungkin. Aku diajarkan tentang bagaimana meraihnya. Dari aku kecil, orangtuaku selalu menekankan bahwa pendidikan itu penting. Sangat penting malah.
Orangtuaku dahulu rela menabungkan sedikit demi sedikit uang yang mereka peroleh setiap harinya hanya agar dapat membelikan buku untukku. Agar dapat menyekolahkan aku. Mungkin bagi mereka yang punya banyak uang, hanya sekadar membeli buku sangatlah mudah. Tapi tidak dengan keluarga aku yang hidupnya hanya sekadar cukup. Namun, keterbatasan kami ini akhirnya juga mengajariku lebih menghargai apa yang aku miliki. Aku membaca semua buku yang orangtuaku belikan. Aku membacanya berkali-kali.
Aku sering berbincang dengan orangtuaku. Selalu saja ada nasihat mereka berikan. Dahulu mama pernah berkata, “Belajarlah sepanjang hayatmu. Entah itu dari buku, dari apa yang kamu lihat, apa yang kamu dengar, bahkan ketika itu dari pengalaman orang lain. Jadilah perempuan yang mandiri. Karena orangtuamu bukanlah orang kaya yang punya banyak harta untuk diwariskan kepadamu. Cari ilmu banyak-banyak. Karena ilmu yang nanti mengajakmu melihat dunia.” Nasihat ini yang akhirnya terus aku bawa hingga sekarang. Aku selalu ingin belajar dan terus belajar hal-hal baru. Ketika aku belajar hal baru, aku selalu bersemangat untuk menerapkannya dalam hidupku. Atau membagikan ilmunya kepada orang-orang terdekatku.
Sejak aku masih duduk di bangku kelas 6 SD, aku senang sekali mengajak anak-anak kecil di dekat rumah aku untuk belajar bersama. Entah itu belajar berhitung, belajar membaca atau pun sekadar benyanyi bersama. Aku selalu ingin membagikan ilmu yang aku dapat kepada orang lain. Aku selalu merasa bahagia ketika berbagi.
Kebiasaanku dari kelas 6 SD masih terus terbawa hingga aku besar. Aku sering kali mengumpulkan anak-anak di dekat rumah untuk aku ajarin. Mulai dari anak kelas 1 SD hingga anak kelas 1 SMA.
Aku juga sering mengajar untuk anak-anak jalanan bersama teman-teman komunitas aku. Tak hanya mengajar. Terkadang kami mengumpulkan buku-buku untuk disumbangkan ke rumah singgah dimana anak-anak jalanan berkumpul. Kebetulan pemilik dari rumah singgah tersebut juga adalah teman aku di komunitas.
Aku memang cukup aktif dalam berbagai komunitas. Aku sempat bergabung dengan relawan fasilitator HIV AIDS, relawan di bidang pendidikan, dan relawan lingkungan. Yang baru-baru ini aku ikutan menjadi relawan di Kelas Inspirasi di kota aku.
Menyenangkan!
Aku menyukai kegiatan-kegiatan yang aku ikuti. Walaupun tak dibayar, itu bukan masalah untukku. Aku sungguh bahagia bisa memberikan banyak manfaat bagi orang lain. Membuat orang lain tersenyum artinya juga membuat diriku sendiri tersenyum. Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.
Salah satu guruku juga pernah berkata, “Ilmumu tak akan hilang hanya karena kamu bagi ke orang lain. Ilmumu akan semakin bertambah dengan kamu membagi ilmumu." Dan aku melakukan itu untuk hidupku.
Banyak hal yang bisa dilakukan oleh perempuan. Tak hanya harus duduk di rumah bersembunyi dan hanya berkutat dengan isi dapur. Mama aku pernah berpesan untuk tetap terus bekerja ketika menikah nanti. Banyak hal yang bisa kamu lakukan ketika kamu bekerja. Mama aku bukan mengajarkan aku untuk tidak menuruti suami atau durhaka sama suami karena sibuk bekerja. Namun, kata mama, dengan bekerja aku akan jadi lebih mandiri. Aku juga bisa membantu suami aku agar tidak hanya dia yang bersusah payah mencari uang. Aku juga membantu beban dia. Dengan bekerja aku juga masih bisa memberi orang tua aku uang dari hasil kerjaku sendiri tanpa harus meminta dengan suami. Jika suatu saat suami ku kehilangan pekerjaan, sakit atau pun meninggal, aku akan tetap bisa survive.
Seperti yang orang tua aku bilang, ayah dan mama tak sanggup memberikan harta warisan yang banyak sehingga aku tak perlu bekerja. Jadi aku harus bekerja. Dan satu hal yang terpenting adalah dengan bekerja aku akan terus banyak belajar juga. Bertemu banyak orang-orang yang memberikan banyak ilmu.
Namun mama aku juga selalu mengingatkan aku tentang bagaimana seorang perempuan menjadi seorang istri kelak. Mandiri bukan berarti tidak menghormati dan menghargai suami sendiri.
Yang jelas, perempuan itu harus cerdas. "Anak cerdas lahir dari ibu yang cerdas," itu kata mama. Dan perempuan cerdas harus bisa mandiri. Nasihat mama, ”Jadilah perempuan cerdas yang mandiri dan bermanfaat bagi orang banyak."
Do you know Ma? Aku bangga bisa lahir dari rahim seorang wanita cerdas dan tangguh seperti mama. Love you, Ma. Damai di surga.