Fimela.com, Jakarta Dalam pernikahan, perceraian menjadi salah satu hal yang sangat menyakitkan. Mengenai perceraian sendiri, ini bisa disebabkan oleh banyak hal. Hal yang paling sering terjadi adalah pertengkaran yang tak kunjung selesai dan adanya pihak ketiga.
Namun Sahabat Fimela, penelitian terbaru yang dilakukan di Swedia menyebutkan bahwa perceraian tidak hanya disebabkan oleh perbedaan pendapat antara suami dan istri atau pun adanya orang ketiga. Penelitian terbaru menyebutkan jika perceraian bisa disebabkan oleh keturunan atau genetik. Lantas, bagaimana hal ini bisa terjadi? Benarkah demikian?
Para peneliti di Virginia Commonwealth University dan Lund University di Swedia menemukan jika anak-anak yang hidup dan tinggal di keluarga yang bercerai akan lebih rentan bercerai saat ia dewasa dan membina rumah tangga kelak. Perceraian ini terjadi karena rendahnya rasa percaya anak pada komitmen, pasangan maupun pernikahan.
Advertisement
Penelitian menemukan jika anak perempuan dari orangtua yang bercerai memiliki risiko bercerai 60 persen lebih besar dibandingkan anak perempuan dari orangtua utuh atau tidak bercerai. Untuk anak laki-laki sendiri, risiko bercerai yakni sebesar 35 persen.
Dr. Jessica Salvatore, seorang asisten profesor psikologi di Virginia Commonwealth University mengatakan jika anak dari orangtua bercerai memiliki komitmen cukup lemah saat menjalin hubungan asmara. Anak-anak ini juga cenderung memiliki trauma pada pernikahan. Melansir dari laman huffingtonpost.com, anak yang lahir di keluarga bercerai akan sangat mungkin memilih bercerai ketika ia menikah dan mengalami masalah dengan pasangan.
Meski begitu, tidak semua anak dari orangtua bercerai akan memilih bercerai saat mengalami masalah di pernikahannya. Beberapa anak korban perceraian justru semakin kuat dan tangguh mempertahankan pernikahannya meski masalah menerjang. Beberapa anak korban perceraian juga memiliki kesetian dan komitmen yang lebih mengesankan dibandingkan dengan anak-anak lainnya.
Â