Fimela.com, Jakarta Nasihat orangtua atau tradisi dalam keluarga bisa membentuk pribadi kita saat ini. Perubahan besar dalam hidup bisa sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai dan budaya yang ada di dalam keluarga. Kesuksesan yang diraih saat ini pun bisa terwujud karena pelajaran penting yang ditanamkan sejak kecil. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba My Culture Matters: Budayamu Membentuk Pribadimu ini.
***
Oleh: Puspa Rosita Sari - Jember
Advertisement
Setiap keluarga pasti memiliki cara tersendiri untuk mendidik anak–anaknya agar menjadi manusia yang baik. Mendidik itu tidak hanya tentang mencukupi kebutuhan akan sandang, pangan, dan papan maupun ilmu pengetahuan. Mendidik yang sebenarnya adalah bagaimana orang tua mampu membentuk karakter anak agar memiliki sikap dan moral yang baik. Itulah salah satu hal yang biasa dilakukan orang tua disekitarku untuk mendidikku.
Aku masih ingat sekali, ketika aku kecil ada satu kalimat yang benar–benar aku resapi dan hingga sekarang sudah mendarah daging menjadi ciri khas dari kepribadianku. Kata–kata itu berasal dari almarhum kakekku yang selama hidupnya selalu memberi wejangan–wejangan baik pada cucu–cucunya. Sewaktu aku masih kecil, aku sering diajak bermain dengan kakekku karena memang aku satu–satunya cucu yang tinggal serumah bersama kakek. Kami sering sekali menghabiskan waktu bersama, sesekali kami merasa capek setelah bermain kami selalu duduk di bawah pohon untuk mencari angin sejuk.
Setiap kali aku duduk bersama kakekku, kakek selalu bilang (dengan bahasa Jawa), “Nduk awakmu sok mben lek gedhe elingo lek enek wong garakno awakmu pegel, seneng utowo ora seneng lek kepethuk panggah mesemo." Artinya ketika nanti kamu dewasa kalau ada seseorang yang menyakiti hatimu atau membuatmu jengkel, suka atau tidak suka kalau bertemu maka tetaplah tersenyum.
Suka atau tidak suka sama orang ketika bertemu tetaplah tersenyum. Kalimat itulah yang sampai saat ini (bangku kuliah) aku ingat di dalam benakku. Maksud dari perkataan kakekku itu adalah kalau ada orang yang menyakiti hatimu entah itu saudara atau teman maka selalu maafkanlah, jangan pernah hatimu memiliki dendam dengan orang lain. Karena memaafkan itu tidak akan ada ruginya, dan selama kita ikhlas justru akan menjadi pahala.
Kalaupun ada orang yang menyakiti hatimu, ketika nanti kamu bertemu dengan orang itu lagi maka tersenyumlah dan bersikaplah biasa meskipun hati sudah tersakiti. Karena dengan tersenyum akan membuat kita sejenak lupa dengan apa yang terjadi, dan keadaan akan mengalir baik seperti semula. Hingga saat ini kata–kata itu sudah menjadi prinsip dan sudah menjadi kepribadianku.
Aku tipe orang yang tidak mudah marah dengan orang lain, sekalipun ada saudara atau temanku yang membuatku jengkel dan sakit hati aku tidak pernah memendam rasa benci dalam jangka waktu yang lama. Misalkan saja ketika ada salah paham yang terjadi diantara aku bersama orang terdekatku mungkin sesekali aku pernah merasa marah, benci, dan sebagainya, namun hal tersebut hanya sesaat saja buatku. Ketika nanti aku bertemu lagi dengan orang itu dan dia menyapaku maka keadaan akan kembali baik–baik saja seakan tidak terjadi apa–apa.
Sampai terkadang ada sahabatku yang memarahiku karena aku tidak pernah bisa marah dan selalu melempar senyum pada orang lain meskipun orang lain tersebut sudah menyakitiku. Rasanya memang berat untuk tidak memaafkan orang lain, ketika aku sudah bertemu dan saling sapa berarti masalah itu sudah selesai dan hilang. Tapi aku memang merasakan benar apa yang dikatakan oleh kakekku, menjadi seorang pemaaf itu tidak ada ruginya sama sekali. Menjadi orang yang bisa menyembunyikan rasa sakit hati dengan selalu melempar senyum itu menjadi hal istimewa yang tak pernah kulupa. Aku merasa nyaman dengan perilaku itu, karena dengan selalu melempar senyum pada orang lain rasanya aku hampir sama sekali tidak pernah menyimpan rasa benci dengan orang lain.
Senyum, iya menurutku itulah salah satu kata terindah yang aku tahu. Senyum itu selalu membawa kebahagiaan bagi banyak orang. Ketika kita tersenyum, maka orang lain tidak akan pernah melihat duka kita. Karena duka, rasa kecewa, benci itu tidak perlu dibagi dan diperlihatkan pada orang lain, yang perlu dibagi adalah suatu kebahagiaan atau hubungan yang bahagia.
Percayalah dengan senyum itu akan membawa keadaan harmonis dalam segala hubungan. Karena yang harus diingat kita hidup itu tidak sendiri, ada berbagai karakter orang di sekitar kita sehingga ada baiknya kita memahami berbagai karakter yang ada. Memahami dengan tersenyum dan memaafkan orang lain yang menyakiti kita, karena dengan tersenyum itu menandakan bahwa kita sudah memaafkan dan tidak terjadi apa-apa.
Hidup itu masih panjang, dan suatu ketika kita pasti masih membutuhkan orang lain dalam hidup ini. Sehingga jaga hubungan baik dengan orang lain, karena menyimpan benci itu juga tidak akan membawa keberkahan. Itulah salah satu hal yang sangat aku ingat dari wejangan orang tuaku yang sangat membantu perjalanan hidupku. Menjadikanku orang yang selalu memaafkan orang lain dan murah senyum pada orang lain.
Aku merasa hatiku selalu tenang dan damai, dengan senyum juga aku mempunyai banyak teman dan sahabat di mana saja. Karena mereka selalu menganggap orang yang selalu melempar senyum merupakan ciri–ciri orang friendly. Jadi percayalah semua nasihat yang diberikan oleh orang tua itu baik, karena setiap orang tua pasti inginkan yang terbaik untuk anak cucunya. Sehingga terapkanlah nasihat itu selagi hal itu akan berguna untukmu.