Fimela.com, Jakarta Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sedang terjadi secara masif di beberapa daerah di Indonesia. Beberapa daerah bahkan menjadi daerah dengan jumlah kasus kematian terbanyak akibat DBD, seperti di Jawa Timur, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Kupang (Kemenkes).
Demam Berdarah Dengue (DBD) dapat terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Untuk itu kita harus selalu mengantisipasinya. Cara dengan kita perlu kenal penyebab dan gejalanya agar dapat melakukan tindakan preventif dan responsif untuk menyembuhkan. Penyakit DBD disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti, biasanya, menyerang di siang atau sore hari pada manusia atau hewan yang secara klinis dinyatakan sakit.
Advertisement
BACA JUGA
Tes sederhana yang dapat dilakukan untuk mengetahui DBD adalah tes Tourniquet atau dikenal dengan Rumpel-Leede (Kerapuhan kapiler tes atau tes kerapuhan kapiler) atau disebut tes Petechiae. Tes ini dilakukan dengan cara mengikat lengan bahu dengan sabuk atau manset tensi agar darah terbendung dan pada lengan bawah dibuat pola lingkaran diameter 5 cm.
Bila dalam 10 menit terbendung lebih dari 10-20 bintik dapat dipastikan 80% positif terkena Demam Berdarah Dengue (DBD). Namun, dengan menggunakan cara ini bisa juga terjadi false positif (kesalahan hasil positif yang diakibatkan faktor lain). Artinya, belum tentu tidak terkena demam berdarah hanya karena kurang dari 10 bintik, bisa saja belum pecah. Ada baiknya, jika merasa demam lebih dari 2 hari, segera memeriksakan diri ke dokter untuk diagnosa lebih lanjut.
Advertisement
Kenapa harus ke dokter?
Dokter Spesialis Penyakit Dalam OMNI Hospitals Alam Sutera dr. Sandy Perkasa, Sp.PD bahwa jika ternyata demam yang dialami terdiagnosa demam berdarah maka harus segera diobati sebelum mengalami fase kritis yang dapat menyebabkan kematian. Adapun demam berdarah memiliki beberapa fase mulai dari fase awal merasa demam cukup tinggi hingga 40 derajat celsius yang berlangsung selama 1 hari hingga 7 hari.
Pada fase ini, penderita DBD dianjurkan memperbanyak minum air putih untuk mencegah dehidrasi dan membantu menurunkan suhu tubuh. Selain demam, gejala yang ditemukan pada fase ini seperti infeksi tenggorokan, sakit di area bola mata, anoreksia, mual dan muntah. Ketika dilakukan pemeriksaan lab pun ditemukan jumlah sel darah putih dan trombosit yang menjadi turun.
Sedangkan pemeriksaan untuk mendiagnosis demam berdarah ada 2 (dua) yaitu antigen non struktural-1 dengue (NS1) dan IgG/IgM anti dengue.
Pasien yang positif terkena DBD akan rentan memasuki fase kritis di hari ke-4 atau hari ke-5. Pada fase ini, panas mulai turun dan pasien merasa sudah sembuh. Namun, penurunan suhu tubuh bukan berarti sembuh karena terjadi penurunan trombosit. Penurunan trombosit yang drastis mengakibatkan darah menjadi lisis (membran plasma robek hingga sel menjadi rusak). Jika hal ini terjadi, fungsi darah dan jantung akan terganggu. Indikasi dini pembuluh darah pecah misalnya penderita DBD mengalami muntah, mimisan, pembesaran organ hati, dan nyeri perut.
Vice President of Life Operation Division Sequis Eko Sumurat menyarankan agar jika ada anggota keluarga ada yang terserang demam berdarah agar segera dibawa ke rumah sakit. Apalagi, saat penyakit DBD sedang mewabah. Mengingat penyembuhan demam berdarah membutuhkan banyak biaya, tidak hanya sekadar biaya pengobatan saja tetapi ada biaya tambahan yang harus dipenuhi, seperti transportasi dan akomodasi keluarga pasien selama pengobatan, tertundanya pekerjaan, dan menggerus anggaran keluarga. Oleh sebab itu, Eko menyarankan agar selain memberantas nyamuk penular, masyarakat juga perlu mengantisipasi dengan cara memiliki asuransi kesehatan.
“Asuransi kesehatan akan berguna saat kita harus rawat inap. Untuk itu, Sequis menyediakan produk asuransi kesehatan yang tidak hanya memberikan perlindungan penyakit tropis seperti DBD, tetapi juga untuk komplikasi selama dan setelah perawatan DBD,” ujar Eko.