Fimela.com, Jakarta Nasihat orangtua atau tradisi dalam keluarga bisa membentuk pribadi kita saat ini. Perubahan besar dalam hidup bisa sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai dan budaya yang ada di dalam keluarga. Kesuksesan yang diraih saat ini pun bisa terwujud karena pelajaran penting yang ditanamkan sejak kecil. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba My Culture Matters: Budayamu Membentuk Pribadimu ini.
***
Oleh: Dewi Kristina - Yogyakarta
Advertisement
Pasti Sahabat Fimela sering mendengar kata hukum tabur tuai. Hukum tabur tuai di kalangan masyarakat kita biasa disebut karma. Apa yang kita tanam, itulah kelak yang akan kita tuai hasilnya.
Aku terlahir dari keluarga sederhana. Bapakku sebagai petani karet, sedangkan ibuku sebagai ibu rumah tangga dengan memiliki warung kecil–kecilan guna mambantu mencari nafkah untuk kebutuhan sehari–hari. Berkat ketekunan dan kerja kerasnya, aku bisa menyelesaikan pendidikan hingga S1 Ekonomi. Diikuti oleh sang adik yang sekarang sudah S1 keperawatan dan melanjutkan ke jenjang profesi nurse. Beliau berpedoman bahwa di mana kita masih ada kemauan untuk berusaha, maka akan terwujudlah keinginan yang kita harapkan. Dari penggarap karet, pengantar kerupuk singkong hingga serabutan lainnya dijalani Bapak guna masa depan anaknya. Sungguh besar pengorbananmu Bapak, Ibu untuk kami anak–anakmu.
Sang Ibu mengajarkanku tentang berbagi. Saat Ibu menjual isi warungnya kepada tetangga, entah tetangga yang sudah cukup dikenal ataupun tidak. Rumah kami letaknya di desa terpencil, jauh dari keramaian kota dan hanya beberapa warung saja, salah satunya warung ibuku. Banyak sekali para pembeli yang belanja tetapi tidak mempunyai uang, arti kata “ngutang” atau kredit. Bayangkan saja bagaimana cash flow dari hasil warung sang ibu? Tetapi niat dari usaha sang ibu bukan hanya semata–mata mencari keuntungan, melainkan membantu sesama yang membutuhkan. Bukan sombong dan sok menjadi orang kaya. Kalau di pikir-pikir mengapa harus berbagi? Toh keluargaku saja masih jauh dari kata kaya atau banyak uang. Tetapi sobat Fimela, percayalah ada kebahagiaan yang tak ternilai dari kita berbagi.
Sering sekali Ibu dibohongi oleh orang–orang yang tidak bertanggung jawab. Banyak utang belum dibayar dari beberapa orang yang berbelanja di warung, namun ibu enggan menagihnya. Kalau dilihat dari bisnis pasti tidak bagus cara berdagangnya ibu, apalagi aku lulusan dari S1 Ekonomi–Akuntansi. Sering aku mengajarkan tentang bagaimana bisnis yang baik, tetapi ilmu ekonomiku terbantahkan oleh prinsip beliau. “Ora usah kuwatir, rejeki wes ono seng ngatur, iseh okeh seng luweh butuh timbang awake dewe,“ artinya tidak usah khawatir, rezeki sudah ada yang mengatur, masih banyak orang yang tidak mampu dan lebih butuh ketimbang kita. Kalau sudah mendengar kata–kata itu aku sudah angkat tangan.
Begitu juga sang Bapak, setiap ada orang meminjam mobil pick up tuanya atau membutuhkan tenaganya untuk kebutuhan kemanusiaan. Misalnya membawa orang sakit ke rumah sakit, mengantar rombongan untuk acara keagamaan dan lainnya. Bahkan mengantar orang melahirkan sampai meninggal sekalipun beliau menyanggupi. Tidak pandang waktu siang ataupun malam dan Bapak tidak mau menerima bayaran. Konon katanya kalau mobil pribadi sudah pernah dipakai untuk mengantar jenazah atau ada bayi yang melahirkan di mobil tersebut, maka akan mendapat kesialan untuk sang empunya. Tetapi tidak untuk Bapak, beliau tidak mempercayai itu.
Itulah ajaran kedua orangtuaku yang sampai saat ini kujadikan sebagai panutan dan teladan. Pernah aku dibohongi seseorang hingga puluhan juta rupiah. Kala itu aku baru membina rumah tangga dan hanya itu saja uang yang aku dan suamiku punya. Ingin sekali aku melaporkannya ke polisi, tetapi kuurungkan niatku.
Ingat akan ajaran sang Bapak, jangan sampai kamu menjadi budak uang. Tuhan tidak pernah tidur, pikirkanlah apa yang akan terjadi dari setiap keputusan yang kamu ambil. Ikhlaskan, Tuhan akan memberikan lebih dari itu jika kamu menerimanya, dan akan memberikan rezeki dari pintu manapun yang tak turduga oleh kita. Dan memang benar saja, selalu ada saja jalan Tuhan untuk keluarga kecilku. Begitu juga untuk kedua orang tuaku sampai saat ini, semua Tuhan sudah cukupkan.
Pernah juga di lingkungan kerjaku sebelumnya, aku diajak untuk bermain kotor oleh rekan kerjaku. Kala itu aku sebagai orang kepercayaan sang pemilik perusahaan. Sangat besar iming-iming uang kala itu. Tetapi aku sangat bersyukur sekali, tidak tergoda karenanya. Malahan pimpinan memberikan kenaikan gaji atas kinerjaku. Sampai suatu saat aku memutuskan keluar dari perusahaan untuk program kehamilanku, pimpinan sangat keberatan atas keputusanku tetapi memaklumi jika memang harus seperti itu. Dan perusahaan ini selalu welcome jika aku ingin bergabung kembali, sampai saat ini. Pimpinan pernah berkata kepadaku bahwa banyak orang pintar di luar sana, tetapi orang baik dan jujur susah dicari.
Dan satu lagi kata–kata Bapak yang pernah terucap, “Hidup hanya singgahan, carilah kedamaian dan jangan kau mendewakan uang." Dan jangan lupa untuk selalu bersyukur dalam keadaan apapun.
Terima kasih Bapak, Ibu atas ajaran yang sangat berharga darimu. Akan aku wariskan juga ke anak cucuku.
Salam.