Fimela.com, Jakarta Nasihat orangtua atau tradisi dalam keluarga bisa membentuk pribadi kita saat ini. Perubahan besar dalam hidup bisa sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai dan budaya yang ada di dalam keluarga. Kesuksesan yang diraih saat ini pun bisa terwujud karena pelajaran penting yang ditanamkan sejak kecil. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba My Culture Matters: Budayamu Membentuk Pribadimu ini.
***
Oleh: Evi Syafiani - Bireuen
Advertisement
“Tak ada tempat yang paling teduh seteduh pelukan ibu.” Ya, sebagai seorang anak dengan segudang tanggung jawab di luar rumah tentunya menginginkan keteduhan kala serangan tugas menyerang membabi buta. Saat lelah bekerja bahkan saat salah bekerja. Pelukan ibulah yang mengembalikan segala keceriaan. Tempatku meluapkan segala rasa tanpa kata, hanya eratnya kedua tangannya memeluk tubuh lelahku yang kian melemah. Tak ada yang bisa mendeskripsikannya. Dekapan tangannya sudah memberiku energi positif yang menenangkan.
Sebagai seorang anak yang telah kehilangan salah satu orangtua, yaitu ayah menjadikan ibu sebagai satu-satunya tempat berlabuh kemanapun kaki telah melangkah dan apapun yang telah dan sedang aku lakukan. Menatap senyum ibu dan binar matanya yang jernih sudah sangat membuatku bahagia. Walau ada sedikit khawatir yang kadang ia sembunyikan karena aku yang sering mendapatkan tugas luar kota.
Maklum sebagai gadis single dan tuntutan pekerjaan yang menyebabkanku banyak bergaul dengan laki-laki dan sering pergi ke luar kota membuatnya khawatir tak karuan. Apalagi aku sering menjadi satu-satunya perempuan single di antara banyaknya lelaki. Wajar dan itu lumrah, karena jika ibu masih khawatir berarti dia masih menyayangi anak-anaknya.
Pernah pada tahun lalu aku mendapatkan undangan ke luar negeri untuk menghadiri konferensi kepemudaan tingkat internasional, tanpa henti-hentinya ia terus mengkhawatirkanku, mengajukan berbagai pertanyaan bernada takut. Aku tahu tanggung jawabnya menjadi dobel saat ini. Tidak hanya menjadi seorang ibu tapi juga "ayah".
“Kak, nanti sampai di sana siapa yang jemput? Terus kamu salatnya gimana?” Aku hanya tersenyum mendengar pertanyaan yang sangat polos dari ibu. Dia adalah bidadari bagi ayahku karena ibu sangat patuh, ibu paling sabar, dan paling baik sedunia. Dan dia adalah malaikat pelindungku yang tak pernah lelah memayungiku dengan sayapnya yang hampir patah.
“Semua akan baik-baik saja Bu, aku janji akan segera menelepon bila sudah tiba."
“Bukan itu, tapi... itu negeri yang tak pernah kau datangi, agama mereka, budaya mereka, dan kakak belum pernah naik pesawat.”
“Percayakan semua padaku, insyaallah semua akan baik-baik saja.”Sekali lagi ibu memelukku, kali ini adalah bentuk khawatirnya yang tak biasa. Aku sangat mengerti, ibu takut kejadian tentang tetanggaku dulu akan terjadi pada anaknya, hingga ia selalu khawatir saat mengizinkanku ke luar kota.
“Aku akan ingat selalu pesan ibu. Jaga diri baik-baik dan jangan pernah permalukan orangtua.”
“Seberapa hebatnya ibu dan ayah melindungi dan menjagamu, jika kamu tidak menjaga dirimu sendiri, semua bisa terjadi. Tolong jaga amanah Ayah dan Ibu."
Ya, itulah kalimat pamungkasnya saat aku izin kerja atau liburan di luar daerah. Aku paham maksud ibuku bahwa setiap manusia jika tidak pandai diri, maka segala bentuk perlindungan dari orangtua akan roboh seketika itu. Toh, kalau mau buat jelek nggak mesti harus di luar kota atau di luar rumah. Di rumah saja bisa dilakukan jika ayah sedang pergi dan aku juga sudah memiliki 100% kepercayaan penuh mereka dan otomatis mereka akan percaya dengan apapun yang aku ceritakan nantinya.
But, I don’t want to do that karena setiap perbuatan buruk akan ada karmanya, aku tak mau mengkhianati amanah orangtua, karena doa mereka adalah keberhasilanku. Restu mereka penentu suksesku. Sehingga sampai saat ini tanpa sosok ibu yang terus bisa mendampingiku saat di luar kota akan tetap mengingatnya bahwa perilaku buruk akan terbalas suatu saat nanti. Tak ada kenikmatan yang ada hanya penyesalan. Bahwa kesadaran memegang amanah dan menjalankannya akan berbuah manis kelak. Dan aku percaya itu lebih manis dari yang kutanam saat ini.
Terima kasih ibu, amanahmu adalah lancar urusanku. Menjaga diri dan menjaga kepercayaan adalah nomor satu dalam kehidupan. Terima kasih Allah telah menganugerahi orangtua yang luar biasa terutama ibu yang memiliki hati selembut kapas, aku tak mau kapas itu koyak dan menjadi tak empuk lagi saat aku bersandar. Karena luka yang tergores tentunya akan meninggalkan bekas walau sedikit tapi itu takkan pernah sembuh.