Fimela.com, Jakarta Nasihat orangtua atau tradisi dalam keluarga bisa membentuk pribadi kita saat ini. Perubahan besar dalam hidup bisa sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai dan budaya yang ada di dalam keluarga. Kesuksesan yang diraih saat ini pun bisa terwujud karena pelajaran penting yang ditanamkan sejak kecil. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba My Culture Matters: Budayamu Membentuk Pribadimu ini.
***
Oleh: Ockta Fathmawati - Magelang
Advertisement
Kalau kau ingin pasangan hidup berkualitas, kau juga harus berkualitas!
Di era modern seperti sekarang ini, pendidikan tidak hanya untuk kaum laki-laki saja. Sejak puluhan tahun yang lalu para pahlawan perempuan telah mati-matian memperjuangkan persamaan hak antara lelaki dan perempuan. Kesetaraan gender juga telah diperjuangkan sedemikian rupa sehingga banyak pula wanita yang memiliki hak yang sama misalnya dalam hal politik dan pemerintahan. Tentunya hal ini sangat menguntungkan bagi kita karena sudah tidak ada lagi diskriminasi gender.
Seperti yang ayah saya katakan beberapa tahun yang lalu ketika kelulusan SMP, saya diwanti-wanti agar tidak dulu memikirkan lelaki dan membuang buang waktu untuk berpacaran. Sebagai remaja yang sedang pubertas dan memasuki masa remaja, saya sempat keberatan dengan aturan yang menurut saya mengekang kebebasan saya untuk jatuh cinta kepada lawan jenis. Tetapi daripada mencari ribut, saya memilih menurut saja dengan kemauan orang tua waktu itu.
Orang tua saya juga sering memberi contoh tentang kenakalan remaja serta korban kekerasan seksual pada anak di bawah umur seperti saya karena berpacaran yang tidak sehat. Padahal saya sering berpendapat bahwa saya bisa membedakan mana yang baik dan mana yang tidak. Tapi tetap saja orang tua saya meragukan saya karena menganggap saya masih anak kecil.
Tahun-tahun berlalu masa SMA tidak terasa sudah terlewat dua tahun yang lalu. Sekarang saya telah berubah status menjadi mahasiswa. Saya merasa berhasil menjaga diri dan kepercayaan orang tua saya. Sekarang, orang tua saya tidak terlalu melarang tetapi juga tidak terlalu membebaskan saya untuk berhubungan dengan lawan jenis. Hal ini sejalan dengan prinsip saya yaitu saya ingin memiliki pasangan hidup yang berkualitas dan bisa menjadi teman bertukar pikiran.
Orang tua saya berpesan berhati-hatilah dalam menjatuhkan hati. Ayah saya pun mengatakan bahwa jodoh adalah cerminan diri, jika kau menjadikan dirimu berkualitas maka lelakimu juga insyaallah akan berkualitas. Kualitas yang dimaksud yaitu dari segi pendidikan ataupun etika dan tata krama.
Sekarang, tujuan saya yaitu segera menyelesaikan kuliah saya, mencari kerja, membantu orang tua, dan menyekolahkan adik saya satu-satunya. Urusan jodoh nomor sekian, tetapi tidak saya pungkiri bahwa saya juga telah memiliki tambatan hati yang juga sedang berjuang untuk mimpi-mimpinya. Kami berdua sama-sama sedang membangun dan meraih cita-cita kami masing-masing serta mendukung satu sama lain.
Saya merasa beruntung memiliki orang tua yang peduli dengan masa depan saya, jika saja waktu itu saya menuruti ego saya untuk hura-hura berpacaran di usia belia, saya belum tentu bisa sampai di titik ini sekarang. Saya yakin apapun nasihat orangtua pasti baik untuk anaknya meskipun terkadang maksud baik itu tidak tersampaikan saat itu juga. Bisa saja kebaikan di dalam nasihat orangtua kita petik beberapa tahun kemudian, lalu kita bisa bersyukur karena menuruti nasihat tersebut.