Fimela.com, Jakarta Apapun mimpi dan harapanmu tidak seharusnya ada yang menghalanginya karena setiap perempuan itu istimewa. Kita pun pasti punya impian atau target-target yang ingin dicapai di tahun yang baru ini. Seperti kisah Sahabat Fimela ini yang kisahnya ditulis untuk mengikuti Lomba My Goal Matters: Ceritakan Mimpi dan Harapanmu di Tahun yang Baru.
***
Oleh: Rani Sulistiawati - Blitar
Advertisement
Tahun 2018 telah berakhir. Berapa banyak resolusi yang terpenuhi? Berapa banyak tantangan dan penyesalan yang dilewati? Berhenti untuk menyesali. Buka lembaran baru, belajar dari masa lalu dan perbaiki di tahun yang baru. Bagaimana tahun 2019? Sudah berapa resolusi yang tercatat? Aku? Ada dua resolusi terbesar dari beberapa resolusi yang kucatat.
Usia yang semakin bertambah dengan pekerjaan yang masih standar saja membuat keuanganku juga belum ada perubahan besar. Apalagi lingkungan di kantor ternyata berpengaruh juga pada kantong. Ada acara dikit udah minta buat pakai baju seragam sekaligus hijabnya. Dari dulu sebenarnya aku tertarik dengan financial planning. Sayangnya, ketertarikanku hanya sampai perencanaan saja, tidak ada eksekusi.
Beruntung di akhir tahun 2018, aku mendapat sedikit pencerahan dari beberapa social media yang membahas tentang investasi. Berbekal dari follow akun Instagram yang berisi banyak ilmu tentang investasi, aku membuat resolusi ini. Kesehatan finansial. Aku mulai melakukan perencanaan keuangan dengan membagi penghasilan dalam beberapa pos. Mulai dari pos kebutuhan sehari-hari, pos tabungan atau investasi sampai pos dana darurat. Setidaknya dari pos-pos yang telah aku buat ini, aku jadi tau berapa batas uang yang bisa aku pakai.
Demi mencapai resolusi ini, aku sedikit demi sedikit mengubah kebiasaanku yang pastinya sangat sulit untukku. Aku memulai dengan menolak jika diajak teman kantor membeli barang-barang yang sekiranya tidak aku butuhkan. Misal, beli hijab dengan merk tertentu yang satu hijab aja bisa mencapai Rp200 ribu belum termasuk ongkos kirim.
Aku juga belajar bangun lebih pagi untuk menyiapkan bekal jadi nggak perlu beli makan lagi. Satu hal lagi demi menghemat pengeluaran, aku selalu menerima semua pemberian makanan dari kantor. Di kantorku tiada hari tanpa camilan atau makanan berat. Makan gratisan di kantor bisa menghemat biaya makan. Terkadang makanan yang dibeli masih tersisa banyak tapi bukan makanan sisa, masih utuh. Aku selalu mendapat tawaran untuk membawa pulang karena aku anak kontrakan. Ini juga akan menghemat pengeluaranku. Intinya aku tidak boleh menolak rezeki. Prinsip jangan beli jika memang tidak butuh juga harus dipatuhi.
Resolusi keduaku adalah soal jodoh. Ngomongin jodoh sepertinya berat ya. Umur yang semakin bertambah tidak bisa dipungkiri semakin banyak pula yang mengajukan pertanyaan klasik, “Kapan nikah?” Aku sih nggak pernah sakit hati kalau ditanya begitu. Menurutku itu adalah bentuk perhatian. Kalau cuma gara-gara pertanyaan itu terus aku baper, marah, dan sedih rasanya rugi aja. Rugi waktu, rugi perasaan, pokoknya harus keep positif.
Aku percaya akan ada saatnya walau kadang suka khawatir juga di umur yang kesekian ini aku belum bertemu dengan jodoh. Banyak yang bilang aku kebanyakan nonton drama Korea dan baca novel romantis, jadi mimpiku terlalu ketinggian soal jodoh. Padahal aku nggak pernah mematok kriteria jodoh aku berdasarkan drama Korea yang aku tonton maupun novel yang kubaca.
Aku memiliki rasa minder yang mungkin tidak diketahui orang banyak. Aku selalu merasa kurang ini itu jadi sepertinya belum pantas untuk bersanding dengan si ini dan si itu. Faktor utamanya adalah tentang pengalaman. Pengalaman yang dahulu berkaitan dengan laki-laki membuatku sedikit memandang sebelah mata pada laki-laki. Apalagi kisah-kisah orang terdekat yang memberikanku pelajaran bahwa memilih jodoh harus mempertimbangkan segala macam hal.
Jujur aku belum siap kalau harus mencari solusi atas semua masalah yang ada di rumah tanggaku kelak. Tapi, aku sadar bahwa sampai kapan pun aku nggak akan siap kalau aku belum merasakannya. Sekarang aku mulai membuka diri untuk laki-laki. Mengubah segala pandangan buruk dan memaklumi bahwa manusia tidak ada yang sempurna. Tapi, bukan berarti aku tidak waspada. Aku membuka pintu pertemananku dengan laki-laki, termasuk laki-laki yang sengaja dikenalkan padaku oleh beberapa temanku. Aku tak keberatan, dengan syarat kita berkenalan hanya untuk berteman. Jika nanti berubah menjadi jodoh ya alhamdulillah. Tapi, kalau ternyata pertemanan ini tidak berlanjut seperti apa yang diharapkan ya tetap alhamdulillah. Itung-itung tambah saudara.
Sebenarnya masih banyak goals yang ingin aku wujudkan di tahun ini. Menjadi lebih produktif, menulis lagi dan menghasilkan karya yang bisa dinikmati orang lain, mendapatkan pekerjaan yang lebih dari sekarang baik dari segi gaji atau jenjang karier, memulai pola hidup sehat, dan olahraga.
Ada satu hal yang merupakan salah satu goals sekaligus kunci keberhasilanku mencapai goals 2019. Berdoa, mendekatkaan diri pada Allah SWT. Bukannya sok suci, tapi setiap kegagalanku entah kenapa aku selalu merasa semua terjadi karena aku yang tak pernah menjaga hubungan baikku dengan-Nya. Aku yakin, segala mimpi dan harapan akan terwujud jika disertai usaha dan doa. Tapi, jika belum sekarang mungkin nanti. Keep trying!
Terima kasih Fimela telah memberikanku kesempatan untuk berbagi tentang resolusiku di tahun 2019!