Fimela.com, Jakarta Apapun mimpi dan harapanmu tidak seharusnya ada yang menghalanginya karena setiap perempuan itu istimewa. Kita pun pasti punya impian atau target-target yang ingin dicapai di tahun yang baru ini. Seperti kisah Sahabat Fimela ini yang kisahnya ditulis untuk mengikuti Lomba My Goal Matters: Ceritakan Mimpi dan Harapanmu di Tahun yang Baru.
***
Oleh: Ika Nofiyanti - Tuban
Advertisement
Jangan pernah takut bermimpi, karena mimpi yang akan membawa kita sampai pada apa yang kita inginkan. Itu salah satu prinsip yang saya pegang hingga sekarang. Banyak hal yang bisa aku wujudkan hingga sekarang, dan semua itu berawal dari mimpi.
Tahun 2018 baru saja berlalu, saya masih ingat mimpi saya di tahun itu. Dan tahun ini benar-benar menjadi nyata. Yap, di awal tahun 2019 tepatnya tanggal 3 Januari, saya mendapatkan kabar kalau saya lolos CPNS. Mimpi yang selama ini saya idam-idamkan. Terlalu klise kah mimpi saya yang satu ini? Bagi saya ini adalah salah satu hal besar yang terjadi dalam hidup saya. Seolah ini menjadi kado awal tahun yang terlalu cepat. Tapi, perjuangan saya di balik itu sangatlah panjang. Kalaupun mimpi saya sudah tercapai, bukan berarti saya tidak punya keinginan lain di tahun ini.
Saya selalu memiliki resolusi di setiap tahun, entah kebetulan atau tidak, saya selalu menulis harapan-harapan di buku diari, atau bahkan di kertas-kertas kosong di atas meja kerja saya. Dan bersyukurnya lagi, saya hampir bisa mewujudkannya, meskipun belum semua. Salah satu mimpi yang ingin saya wujudkan tahun ini adalah, tentunya selain pemberkasan CPNS berjalan lancar dan saya bisa benar-benar menjadi PNS.
Beberapa hal yang saya catat sebagai resolusi tahun ini adalah mendidik anak semata wayang yang masih berusia 2,5 tahun. Di tengah perjuangan sebagai Ibu, saya juga harus berjuang menjadi wanita karier, yaitu menjadi pendidik. Keputusan besar yang harus saya ambil berkaitan dengan pekerjaan adalah saya harus menjalani LDM (Long Distance Marriage) dengan suami karena tempat kerja yang jauh. Anak ikut saya, well... bagaimana saya akan menjalani semua ini?
Biasa yang setiap hari bertiga di rumah, nanti kami akan tinggal di tempat yang berbeda. Saya akan kembali tinggal dengan orang tua karena efisiensi waktu dari tempat kerja, saya juga akan merasa aman karena ada neneknya yang menjaga. Sementara suami? Nah ini yang menjadi ganjalan, saya merasa sedih harus meninggalkannya sendiri. Nanti bagaimana makanannya, bajunya, dan segala keperluannya? Saya sudah biasa menyiapkan segala keperluan, kini harus mulai belajar meninggalkan dia dengan rutinitas itu. Tapi saya sangat bersyukur, suami memberikan support dan meyakinkan bahwa dia akan baik-baik saja. Dia meyakinkan akan sering-sering menengok saya dan anak. Well, satu masalah selesai. Semoga berjalan dengan baik, kalaupun ini bukan solusi terbaik, pasti seiring berjalannya waktu akan ada lebih baik solusi. Berharap juga, kami akan kembali serumah lagi.
Â
Lalu, resolusi yang sangat penting adalah, anak sehat. Aku trauma di tahun 2018, di kurun waktu 3 bulan terakhir, anak saya harus opname selama 3 kali, di situ saya merasa sangat trauma melihat tangannya selalu akrab dengan jarung dan selang infus, melihatnya kesakitan, dan melihatnya menangis. Sekarang saya akan lebih aware dengan segala kebutuhan, segala yang menyangkut dengan dia. Terutama makanan, karena dia ternyata alergi terhadap beberapa makanan dan juga susu sapi. Anakku prioritasku, "Semoga tahun ini dan tahun selanjutnya, kamu nggak akan merasakan yang namanya opname. Berharap kamu tumbuh menjadi gadis yang kuat."
Mimpi besar selanjutnya adalah saya ingin bisa membeli rumah. Saya sangat-sangat berharap bisa menabung dan membeli sebidang tanah, setidaknya untuk tahun ini hanya tanah saja. Untuk menjadikannya bangunan, saya belum berani bermimpi. Masih ada tahun-tahun selanjutnya, semoga masih ada umur panjang. Di mana saya benar-benar bisa mewujudkan rumah impian saya.
Saya ingin tahun ini berjalan sesuai rencana, kerja lancar, dan kehidupan keluarga juga baik meskipun harus LDM untuk sementara waktu. Saya harus menjadi ibu yang kuat untuk anak saya, dan harus menjadi istri yang kuat juga.
Apakah mimpi saya terlalu sederhana? Atau bahkan terlalu tinggi? Ah, saya hanyalah saya yang selalu suka dengan mimpi dan selalu berusaha keras mewujudkannya. Semoga.