Fimela.com, Jakarta Apapun mimpi dan harapanmu tidak seharusnya ada yang menghalanginya karena setiap perempuan itu istimewa. Kita pun pasti punya impian atau target-target yang ingin dicapai di tahun yang baru ini. Seperti kisah Sahabat Fimela ini yang kisahnya ditulis untuk mengikuti Lomba My Goal Matters: Ceritakan Mimpi dan Harapanmu di Tahun yang Baru.
***
Oleh: Sekar Purnama - Yogyakarta
Advertisement
Bersama dengan dingin angin malam dan letupan kembang api, hal pertama yang kulakukan adalah menutup mata. Bersyukur kepada Sang Khalik atas semua berkat yang Ia berikan di tahun yang lampau. Berserah kepada-Nya untuk apapun yang akan kujumpai di tahun baru. Bukankah memang manusia adalah aktor dan Tuhan adalah sutradara? Bukankah Tuhan yang menulis dan manusia tinggal terima jadi?
Banyak kejadian di tahun 2018 yang membuatku berlutut pada kehendak-Nya. Berdoa siang dan malam, belajar Matematika dan Biologi kelas kakap sembari kata “bodoh” bergema di telinga, demi melanjutkan studi ke sebuah negara maju. Namun Tuhan menjawabnya dengan kata tidak. Terkadang tersenyum pahit ketika melihat foto teman-teman yang berhasil mengenakan almamater impianku. Mengalami kegagalan percintaan dua kali dan belum jadi pacaran dengan pemuda yang kutaksir. Ah, semuanya memang Tuhan yang mengatur dan semesta yang merestui. Aku berpikir bahwa tiada guna lagi untuk berharap, apalagi bermimpi. Ikut saja dengan arus. Pasrah saja, toh sudah ada yang mengatur.
Namun, nurani mengingatkan bahwa bermimpi dan berharap bukan suatu dosa. Impian adalah karunia yang luar biasa dari-Nya. Impian adalah sesuatu yang membuat manusia lebih hidup dan lebih berani. Impian membuat kita sadar bahwa kita diciptakan bukan hanya untuk repetisi membosankan, diperbudak sang waktu, dan tidak percaya pada apapun. Impian menimbulkan kesadaran bahwa kita adalah bagian yang signifikan dari alam semesta. Kita masih boleh berharap, kita masih boleh berkeinginan. Selama kamu mengejar mimpi, Tuhan sedang bekerja untuk kebaikan kita dan seisi semesta bergerak untuk mendukungmu.
Membuka resolusi tahun 2018 kembali membuatku meringis. Hanya beberapa butir dari puluhan guratan yang kuberi tanda centang kecil di sebelahnya. Namun, tak ada salahnya untuk menuliskan kembali resolusi atau impian tersebut untuk menjadikan kita manusia yang lebih baik di tahun baru kan?
Memikirkan dan menuliskan hal yang besar itu bagus, namun tahun ini aku ingin berfokus pada hal-hal kecil. Bagaimana bisa kita menuntaskan sesuatu yang besar bila dalam perkara kecil saja tidak sanggup? Dalam hal akademis, aku ingin mendapat indeks prestasi di atas 3,5 dan memenangkan (untuk sekali saja) lomba karya tulis ilmiah. Aku juga ingin berpartisipasi dalam penelitian di bidang yang kini kugeluti.
Tahun 2018 sering sekali aku menghabiskan air mata untuk mengasihani diriku, mengasihani cerita cintaku, dan mempertanyakan keadilan semesta. Di umur yang menginjak akhir belasan, aku masih labil. Oleh karena itu, tahun 2019 ini aku ingin mencintai diri sendiri. Jatuh cinta sejatuh-jatuhnya, melebihi ketika aku jatuh cinta dengan pemuda yang saat ini Tuhan pertemukan denganku. Aku ingin pagiku dipakai untuk menghitung berkat. Aku ingin tersenyum lebih lebar. Aku ingin menyingkirkan orang-orang yang tidak mendukung perkembanganku dan memeluk erat mereka yang menyayangiku. Aku ingin membuang jauh pikiran jelek, keraguan, dan rasa kasihan kepada diri sendiri. Aku ingin terus menulis, menari, bercanda (walaupun banyak orang bilang aku garing), memimpin, dan mendaki.
Aku akan terus berpetualang dan menulis. Tahun 2019 akan menjadi tahun di mana travel blogku terisi dan ramai pembaca. Aku menargetkan tiga puncak tertinggi di pulau Jawa: Ciremai yang menantang, Slamet yang kharismatik, dan Mahameru yang angkuh. Juga dua gunung lagi, yakni si kembar Sindoro dan Sumbing.
Di ulang tahunku yang belum kepala dua, aku hendak melakukan solo travelling. Sekaligus merayakan masa lajang yang terlalu lama ini (walaupun aku saat itu punya pacar, aku tetap akan solo travelling kok). Tujuanku untuk solo travelling adalah Banyuwangi, Sumbawa, atau Thailand dan Vietnam.
Mengingat bahwa aku orang yang haus berpetualang, tentu aku butuh uang. Aku ingin belajar berhemat dan menyisihkan uang saku di tahun ini. Sehingga setidaknya dalam enam bulan aku berhasil mengumpulkan Rp1.500.000. Aku juga ingin aktif menjalankan bisnis dan belajar menjadi content writer. Aku berharap tahun ini menghasilkan uang dari menulis.
Resolusi yang ini mengundang tawa. Kuharap kalian membacanya sambil mendoakan, bukan merasa kasihan. Sebagai remaja akhir yang penuh keresahan, aku sangat ingin menjalin hubungan dengan seorang pemuda. Dicintai dan mencintai sebagaimana harusnya. Menghabiskan waktu bersama, saling memberi perhatian dan kasih, serta mendukung satu sama lain. Aku yakin Tuhan telah mempersiapkan seorang kekasih yang baik untukku di tahun ini. Doakan saja, semoga semesta berkenan untuk segera mempertemukan.
Kita adalah ciptaan yang hidupnya direncanakan dan diatur oleh Sang Mahakuasa. Kita harus berserah, namun tidak berarti kita tidak boleh bermimpi. Kerahkan tenagamu, jangan lupa untuk bersujud dan menghaturkan doa. Perjalanan menuju impian dan resolusi tidak mudah. Namun mari percaya, alam semesta sedang bekerja bersamamu ketika kau hendak meraih mimpimu.