Fimela.com, Jakarta Apapun mimpi dan harapanmu tidak seharusnya ada yang menghalanginya karena setiap perempuan itu istimewa. Kita pun pasti punya impian atau target-target yang ingin dicapai di tahun yang baru ini. Seperti kisah Sahabat Fimela ini yang kisahnya ditulis untuk mengikuti Lomba My Goal Matters: Ceritakan Mimpi dan Harapanmu di Tahun yang Baru.
***
Oleh: Rahayu - Surabaya
Advertisement
Sekarang tahun 2019, usiaku sudah 22 tahun. Rasa syukurku kepada Sang Pencipta begitu besar. Karena aku masih diberikan kesempatan untuk menjalankan aktivitas dan membuat resolusi besar di tahun ini. Berkat-Nya aku masih bisa dipertemukan dengan orang–orang yang kusayangi.
Ketika awal tahun 2018 aku mempunyai harapan disertai target dan langkah untuk menggapainya. Tetapi tidak semua harapan itu terlaksana pada akhir tahun. Di tahun ini saatnya untuk menutup kekurangan dan mengevaluasi target yang lalu, serta mambuat resolusi baru.
Keinginanku cukup banyak di tahun ini, mulai dari yang besar hingga kecil. Keinginan-keinginan itu muncul bisa dipicu dari pekerjaan, keluarga, teman, social media, ide pribadi,maupun solusi dari masalah eksternal. Beberapa harapanku di tahun ini yang paling besar adalah menjadi seorang penulis pemula, dan meningkatkan amal baik. Sedangkan yang kecil yaitu dekat dengan orang yang kusuka.
Menjadi seorang penulis merupakan harapanku dari ide yang muncul beberapa tahun lalu. Ide ini muncul dari kebiasaanku membaca. Awalnya aku membaca sebuah novel, cerpen, puisi kemudian buku–buku non fiksi. Aku menyadari banyak manfaat yang aku dapatkan setelah membaca buku. Maka aku yakin menjadi seorang penulis akan memberikan berkah jika mampu membawa pembacanya menuju pada kehidupan yang lebih baik.
Dahulu keinginan menulis masih hanya sekadar mimpi yang tidak ada tindakannya. Setelah kubulatkan tekad, di tahun ini aku akan rajin berlatih menulis. Daftar ingin menjadi penulis pemula sudah ada di dalam resolusi, dengan langkah menggapainya.
Setelah mengamati sebuah tulisan dari kebiasaanku membaca, aku tahu bagaimana tulisan yang baik, macam–macam bentuk tulisan, dan teori–teori cara menulis. Karena sebuah pengetahuan tidak mencerminkan kemampuan, maka aku menetapkan langkah supaya bisa menulis.
Dengan mengikuti lomba menulis sebagai langkah untuk mempunyai pengalaman menulis dengan baik. Melalui lomba, ketentuan kalah menangnya membuatku tahu seberapa bagus tulisan itu. Selain ikut lomba aku juga menulis di socmed, lumayan jika bisa mendapatkan like dan comment yang membangun dari situ. Yang tidak penting adalah membaur dengan komunitas menulis baik online maupun offline. Serta aku tidak lupa menetapkan target untuk membuat sebuah buku di akhir tahun ini. Adanya rentang waktu dalam resolusi membuat kita semakin optimis mengejar mimpi dan pastinya selalu mengingatkan kita seberapa jauh kita melangkah.
Menulis merupakan cara yang efektif menyampaikan ide di dalam pikiran, keluh kesah, pengetahuan dan pengalaman kita. Terutama bagi orang–orang yang bukan tipe suka bicara. Selain cara di atas aku juga belajar menulis dengan cara ATM (Amati, Tiru, dan Modifikasi). Itu langkah awal yang dilakukan orang–orang kebanyakan untuk mengubah dirinya dalam menciptakan mimpi. Ketika telah mampu, aku yakin suatu saat nanti akan memiliki karekter tersendiri dalam membuat tulisan. Aku berharap karyaku bisa dibaca oleh banyak orang.
Jika bertanya mau jadi penulis apa? Ehm, rahasia. Biar aku saja yang tahu.
Resolusi kedua adalah berbuat baik. Yang ini merupakan daftar baru di dalam resolusiku. Bukan berarti adanya resolusi ini menggambarkan diriku tidak pernah berbuat baik, ya. Karena tujuanku membuat resolusi ini agar ingat dan senantiasa berbuat baik. Apabila tidak dimasukkan dalam daftar aku pasti akan mengesampingkan berbuat baik.
Berbuat baik itu menjadi hal yang penting, karena kita manusia yang hidup berdampingan dengan orang lain. Setiap manusia tidak selalu berada dalam keberuntungan. Suatu saat atau bahkan sudah pernah kita alami, kesialan menimpa pada diri kita. Seperti sakit, kecelakaan, kehilangan, putus cinta, perceraian, tidak diterima kerja, dipecat, ditipu orang dan banyak lainnya. Lantas di mana pelarian kita jika sudah tidak berdaya? Kepada siapa kita meminta tolong? Jika bukan kepada Tuhan dan orang lain atau yang terdekat: keluarga, teman, pasangan, dan lainnya.
Akhir–akhir ini Indonesia banyak ditimpa bencana, membuatku membuka mata. Bahwa masih banyak orang yang membutuhkan pertolongan, dan suatu saat bencana bisa saja menimpa juga kepada diri kita. Peristiwa itu membuatku belajar untuk bisa bersedekah dengan ikhlas dan memberikan lebih banyak kebaikan. Terkadang kita bisa berbuat kebaikan tetapi ala kadarnya. Memberi sedikit asal ikhlas, padahal kemampuan kita lebih. Atau mau membantu apabila mendapatkan keuntungan. Oleh karena itu, aku berharap bisa berbuat baik lebih banyak dengan adanya resolusi ini.
Keinginanku yang tidak kalah penting adalah bisa menjalin hubungan dengan cowok yang aku suka. Ini yang menjadi evaluasiku karena tahun lalu gagal. Tahun ini butuh tekad dan kerja keras. Sebenarnya rasa sukaku pada dia sudah bertumbuh lama. Karena aku orangnya suka menutup diri, jadi semua perasaanku tentangnya cukup dipendam saja. Semakin lama perasaan ini semakin membara. Membakar hati, jika melihat dia dekat dengan wanita lain. Tahun ini aku bersungguh–sungguh mencoba untuk mendekatinya. Memperkenalkan diriku secara tidak langsung dengan cara yang baik.
Sebenarnya untuk keinginan ini aku tidak yakin bisa. Apalagi aku tidak percaya diri dengan diriku sendiri. Tetapi bagaimanapun juga cinta butuh perjuangan. Jodoh juga tidak akan datang jika cuma diam di rumah, kecuali kalau ada yang menjodohkan atau berkenalan lewat socmed.
Caraku agar mampu mendekatinya yang pertama, mengumpulkan keberanian. Yang utama, berani berbicara dengan dia, tanpa harus mengetahui dulu untuk siapa rasa cintanya saat ini. Kalau aku tahu dia sudah ada pujaan hati, pasti aku akan mundur. Maka aku tidak akan cari tahu soal itu.
Targetku adalah dekat atau terbiasa komunikasi. Jika sudah biasa maka aku percaya cintanya kepadaku akan muncul. Seperti pepatah Jawa yang mengatakan “witing tresno jalaran soko kulino” artinya cinta bersemi karena terbiasa. Bagiku seorang wanita tidak perlu harus menunggu untuk didekati. Sekarang zamannya sudah beda. Boleh bersifat agresif, tapi tetap memperhatikan etika sebagai wanita.
Selanjutnya aku akan mencari bahan pembicaraan untuk mendekatinya. Beruntung, aku dengannya bisa bertemu di perkumpulan remaja. Di kegiatan itu pula aku bisa mencoba akrab dengannya. Aku tahu apa yang ia suka, yaitu kuliner. Aku akan masuk tahap pertama dari hobinya. Jadi pepatahnya akan kuganti seperti ini, “witing tresno jalaran soko kuliner”. Langkah selanjutnya mengikuti perkembangan interaksiku dengannya.
Bagiku nilai sebuah resolusi akan berharga apabila kita mampu bekerja keras untuk mengejarnya. Selain itu hanya omong kososng. Sudah banyak orang – orang yang menciptakan mimpi – mimpi besar, tapi amat disayangkan itu hanya sekedar mimpi yang hilang ketika bangun. Memang tidak mudah untuk mencapainya, terbukti harapanku di tahun 2018 ada yang tidak terwujud.
Tidak terwujudnya harapan bisa saja karena kita tidak serius untuk mengerjakannya atau karena harapan itu yang muluk–muluk. Tetapi tidak selamanya harapan tinggi itu buruk, asal kerealistisan juga harus diperhatikan. Seperti harapanku untuk menjadi penulis pemula di tahun ini. Itu hanya sementara. Aku tidak menyampaikan untuk menjadi penulis hebat karena aku masih belajar. Semua ada kadar dan tingkatannya.
Harapan terakhirku di tulisan ini semoga kita sama–sama sukses mencapai mimpi di tahun ini.
Surabaya, 20 Januari 2019
Rahayu