Fimela.com, Jakarta Ada banyak sekali makanan khas dari berbagai daerah di Indonesia, salah satunya adalah Selat Solo. Selat solo adalah makanan khas Solo yang memiliki citarasa unik dengan penyajian yang juga unik. Mengingatkan kita akan steak, makanan khas negara Barat.
Tapi sebenarnya seperti apa sih cerita sejarah di balik selat solo? Bagaimana bisa makanan ini menjadi kuliner khas Solo dan mulai kapan.
Ternyata dilansir dari Wikipedia, di masa kolonial Hindia Belanda, orang-orang Eropa membawa bahan-bahan makanan dan berbagai cara memasak khas Eropa. Para ningrat dan kaum terdidik (pada saat itu di Kasunanan Surakarta) diperkenalkan dengan makanan-makanan ini namun sepertinya citarasa makanan Eropa tidak langsung cocok dengan selera mereka.
Advertisement
Dahulu, nama Selat Solo diyakini berasal dari kata "selat" yang berarti "salad", dan bistik dari kata "biefstuk" atau "steak".
Makanan-makanan seperti roti, keju, dan daging yang dimasak setengah matang menjadi makanan masyarakat kelas atas namun bukan makanan yang bisa diterima dengan mudah oleh lidah orang Indonesia sehingga muncullah modifikasi dari makanan tersebut.
Seperti misalnya daging setengah matang yang diubah menjadi empal atau penggunaan moster atau mayones dan kecap Inggris, yang diganti dengan kecap manis. Hidangan ini kemudian menjadi pencampuran buaya antara Eropa dan Jawa.
Selat solo, pada perkembangannya disajikan terdiri dari empal khas Jawa dan telur rebus, dilengkapi bahan-bahan seperti buncis rebus, wortel rebus, kentang goreng dan daun selada, sebagai ciri khas steak atau bistik.
Jadi seperti itu sejarah selat solo yang menjadi kuliner khas Solo. Jadi jika kebetulan mampir di Solo dan mencicipi hidangan ini, jangan lupa sejarahnya juga ya.