Fimela.com, Jakarta Apapun mimpi dan harapanmu tidak seharusnya ada yang menghalanginya karena setiap perempuan itu istimewa. Kita pun pasti punya impian atau target-target yang ingin dicapai di tahun yang baru ini. Seperti kisah Sahabat Fimela ini yang kisahnya ditulis untuk mengikuti Lomba My Goal Matters: Ceritakan Mimpi dan Harapanmu di Tahun yang Baru.
***
Oleh: Arina Nur Permata Ilmu - Banyumas
Advertisement
Aku menerima anugerah terbesar sepanjang hidupku tahun lalu, tepatnya bulan April 2018. Tuhan begitu yakin untuk memberiku amanah terindah yaitu hadirnya seorang putra pertamaku. Melahirkannya membuat hidupku berubah menjadi lebih berwarna dan bahagia. Betapa tidak? Jabatan yang diidamkan hampir semua wanita di dunia sudah aku terima, yaitu menjadi seorang ibu.
Memeluk putraku rasanya seperti sebuah mimpi indah yang menjadi nyata. Tapi lebih dari sekadar kebahagiaan, aku menggenggam sebuah tanggung jawab yang besar. Di antara kita mungkin pernah mendengar, bahwa Tuhan memberi amanah berupa seorang anak dalam keadaan yang suci dan bersih. Katakanlah amanah itu sebuah pinjaman dari Tuhan yang kelak akan dikembalikan lagi ke Tuhan. Maka, suatu saat jika Tuhan mengambilnya, sudah pasti kita harus mengembalikan kepada-Nya dalam keadaan yang baik dan suci pula. Bukankah saat kita meminjamkan sesuatu kepada orang lain kita akan marah jika dia mengembalikan sesuatu itu kepada kita dalam keadaan yang rusak? Ini adalah tugas yang besar bagiku sebagai seorang ibu. Bahwa tugasku tidak hanya sekedar mengandung, melahirkan, dan menyusui. Tetapi juga mendidik, membimbing, dan menjaga agar anakku tumbuh menjadi sosok yang diharapkan sesamanya.
Mulai tahun 2019 ini, dengan segenap niat tulus aku akan membangun semangatku dalam memberi yang terbaik untuk putraku. Oleh karena itu, niat tulusku ini akan aku wujudkan dengan beberapa upaya dalam mencapai tujuanku itu.
Pertama, aku akan memberikan nutrisi terbaik bagi putraku. Bagaimanapun juga, tumbuh kembang putraku akan berjalan dengan baik jika asupan yang masuk ke dalam tubuhnya juga baik. Sebelum dia disapih, aku tak akan memberi susu formula saat dia ada di dekatku aku akan berusaha agar ASI-ku selalu melimpah untuknya. Aku juga akan memberi dia MPASI (Makanan Pendamping Asi) yang berkualitas, higienis, dan sehat serta kaya akan nutrisi.
Kedua, aku akan memberinya stimulasi terbaik yang akan mendukung perkembangan motorik, sensorik, dan emosi serta komunikasinya. Aku akan memiliki jadwal kapan aku mengajaknya bermain untuk melatih motorik kasar dan motorik halusnya dengan permainan yang sederhana, aku juga akan membacakannya cerita, mengajaknya bernyanyi, memperdengarkan ayat suci dan beberapa doa. Tak ketinggalan, aku akan sering mengajaknya bersilaturrahmi kepada keluarga dekat dan orang-orang di sekitarnya agar dia memiliki hubungan sosial yang bagus kelak nanti.
Aku juga ingin menanamkan etika yang baik bagi anakku dimulai dengan cara yang sederhana misalnya, aku ingin memperkenalkan bagaimana caranya tersenyum saat menjumpai orang, dan bagaimana mengulurkan tangan untuk bersalaman dengan orang yang dia jumpai. Hal lain yang mendukung stimulasi tumbuh kembangnya adalah aku akan memilih mainan untuknya, bukan asal mainan tetapi mainan yang edukatif.
Upaya yang ketiga adalah aku tidak akan sibuk bermain media sosial. Sebagai ibu masa kini, aku tidak menampik manfaat dalam menggunakan media sosial. Hanya saja, bagaimana memanfaatkannya aku harus lebih bijak. Aku tak akan menjadi aku yang dulu yang selalu sibuk bermedia sosial sampai mengesampingkan tanggung jawabku. Kehadiran anakku sudah cukup menunjukkan jawaban jika dia adalah tanggung jawab besar dalam hidupku.
Aku tidak mau seperti ibu lainnya yang lebih sibuk aktif di media sosial daripada sibuk membimbing anak mereka. Upaya riil yang sudah aku jalani adalah aku hanya memiliki satu media sosial aktif hanya untuk berkomunikasi dengan kerabat dan keluargaku. Dan upaya tersebut terbukti membantu aku dalam mengontrol diri untuk tidak gila media sosial.
Selanjutnya, upaya yang keempat adalah aku harus mulai menabung dari sekarang untuk pendidikan putraku kelak. Pepatah Jawa mengatakan “jer basuki mawa bea” artinya jika ingin berhasil, maka harus memiliki modal. Aku selalu bercita–cita agar putraku kelak bisa bersekolah di tempat yang baik dengan fasilitas pendidikan yang memadai.
Aku berpikir realistis bahwa pendidikan itu tidak murah karena ilmu yang akan didapat nantinya mahal harganya. Maka, aku memiliki gambaran besaran perkiraan biaya untuk pendidikan anakku nanti dan memang harus benar-benar disiapkan mulai dari sekarang. Sedikit–sedikit tapi konsisten aku mulai menabung menyisihkan uang yang aku miliki. Dan aku akan disiplinkan diri tak akan menggunakan uang tersebut untuk kepentingan yang lainnya. Kelak nanti aku akan memberitahu putraku bahwa pendidikan yang dia dapat akan melahirkan ilmu yang mahal nilainya, jauh lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan harta.
Last but not least, upaya yang kelima ini adalah ujung tombak dari segala upayaku yang lain. Yaitu aku akan semakin rajin beribadah dan memohon doa–doa terbaik kepada Tuhan. Diiringi rasa syukur bahwa Dia telah menganugerahi aku seorang putra. Maka dengan doa itu aku akan memohon kepada-Nya setiap waktu agar aku dan suamiku dimudahkan dalam merawatnya, menjaganya, dan mendidiknya. Aku juga akan memohon agar Dia menganugerahkan rezeki berupa ketaatan pada putraku agar kelak putraku bisa menjadi hamba yang baik bagi Tuhannya, anak yang baik bagi aku dan ayahnya, murid yang baik bagi gurunya, dan teman yang baik bagi sesamanya.
Demikian harapan dan upaya yang aku lakukan untuk memberi yang terbaik bagi putraku. Tahun 2019 ini aku anggap sebagai pijakan awal untuk mengantarkanku pada tujuan muliaku kelak. Bahkan upaya itu akan berlaku sepanjang hayat nanti jika Tuhan memberikan kepercayaan padaku untuk memiliki buah hati lagi.