Fimela.com, Jakarta Apapun mimpi dan harapanmu tidak seharusnya ada yang menghalanginya karena setiap perempuan itu istimewa. Kita pun pasti punya impian atau target-target yang ingin dicapai di tahun yang baru ini. Seperti kisah Sahabat Fimela ini yang kisahnya ditulis untuk mengikuti Lomba My Goal Matters: Ceritakan Mimpi dan Harapanmu di Tahun yang Baru.
***
Oleh: Norjannah - Tabalong
Advertisement
Perkenalkan namaku Norjannah usiaku 22 tahun, aku adalah ibu muda dari satu anak yang berusia 3 bulan. Aktivitasku sehari-hari hanyalah seorang ibu rumah tangga yang selalu di rumah. Namun, semua itu tidak terlihat membosankan sebab kebiasaanku dari dulu memang di rumah. Bagiku pribadi rumah adalah tempat ternyaman dari tempat apapun itu.
Kebiasaanku di rumah sama halnya dengan ibu pada umumnya. Mencuci, memasak, memandikan anak, dan menyiapkan semua keperluan suami. Semua itu aku lakukan memang tanggung jawabku sebagai istri dan terlebih itu adalah permintaan suami. Suamiku memintaku untuk tidak bekerja dan lebih memilih fokus merawat anak, semua itu bukan tanpa alasan. Karena dia selalu bercerita, mempunyai istri yang banyak punya waktu untuk keluarga di rumah adalah sebuah impiannya dari dulu sebelum menikah.
Semenjak aku menikah waktuku memang full di rumah saja. Terlebih sekarang ini kami sudah memiliki seorang anak, otomatis segala perhatian dan kasih sayang semuanya untuk anak kami. Aku memang dari dulu bukanlah orang yang tipe suka memasak, karenanya setiap kali membuat masakan yang sedikit ribet aku masih berpegangan untuk mengintip resep.
Sebagai seorang istri, tentunya aku ingin selalu dan selalu membuatkan sesuatu yang spesial untuk dia makan walaupun terkadang soal rasa masih di bawah rata-rata. Akan tetapi, suamiku tidak pernah mengomentari yang tidak enak untuk didengar. Beruntung aku mempunyai suami sebaik dia yang masih selalu dan selalu mendorongku untuk terus belajar.
Aku memang tidak pandai di dapur. Masakanku tidak seenak makanan orang lain, tapi suamiku selalu menjadi alasanku untuk pergi ke dapur. Satu-satunya orang yang selalu menghargai masakanku. Walau kadang aku menawarkan untuk dia makan di luar saja siang hari di kantor, dia masih selalu menyempatkan waktu istirahat untuk pulang ke rumah. Dengan alasan, makanan di rumah lebih enak di banding di luaran.
Suami selalu menjadi alasanku untuk terus belajar memasak meskipun tak sepandai yang lain.Setidaknya ada satu orang yang selalu menghargai apa yang kumasak, yakni suamiku.