Fimela.com, Jakarta Apapun mimpi dan harapanmu tidak seharusnya ada yang menghalanginya karena setiap perempuan itu istimewa. Kita pun pasti punya impian atau target-target yang ingin dicapai di tahun yang baru ini. Seperti kisah Sahabat Fimela ini yang kisahnya ditulis untuk mengikuti Lomba My Goal Matters: Ceritakan Mimpi dan Harapanmu di Tahun yang Baru.
***
Oleh: Gardenia_augusta - Sidoarjo
Advertisement
Umurku tak bisa terbilang muda lagi. Sudah sangat sering dipandang sebelah mata karena belum bersanding dengan kekasih hati. Dari mulai dicarikan jodoh yang wajar, sampai yang sangat jauh dari harapan (alias parah banget) pernah kualami. Yah, dijalani saja.
Perjalanan cintaku tak bisa dibilang mulus. Mantanku ada beberapa, dan masing-masing dari mereka meninggalkan luka yang lumayan parah. Aku sebenarnya tidak berniat pacaran, namun sadar atau tidak aku terhanyut dalam proses itu dan terkena PHP. Itu juga salah satu penyebab aku tak kunjung menikah, hingga melayu dan menua.
Bertahun-tahun aku marah, sedih, dan trauma. Bila mengingat perpisahan kami yang sangat dramatis dan tidak wajar, rasanya cukup wajar aku bersikap demikian. Namun, perasaan itu tidak membuatku berhenti mencari pangeranku yang sesungguhnya. Meski hasilnya sama saja. GAGAL.
Malangnya lagi, bukan hanya mantan yang berbuat buruk padaku. Pria-pria yang kukenali di sepanjang pencarianku kerap kali adalah pria-pria yang bersikap tidak semestinya. Ada yang porno, ada yang kasar, ada yang suka menyerang pribadi atau merendahkan, dan sebagainya. Semua itu menimbulkan tanda tanya besar di pikiranku, “Masih adakah pria baik-baik yang tepat untukku dan sekaligus menyukaiku?”
Kenyataan ini diperburuk dengan komentar-komentar pria pada biro jodoh yang kuikuti, yang selalu menebar keburukan tentang wanita. Yang dikatakan matre lah, begini begitu lah. Kemudian, ketika aku mencari keteduhan pada ustaz-ustaz pun, seringkali perkataannya juga tidak nyaman di hati. STOP! Mulailah kusaring apa yang membuat hidupku tidak membaik dan perasaanku tidak sejahtera. Segalanya pun membaik.
Sebenarnya pada tahun lalu aku pun masih tertipu. Dengan sedikit variasi modus, aku kembali terkena PHP. Pacarku waktu itu “muntaber” (mundur tanpa berita), sama seperti mayoritas lainnya. Satu tahun lagi umurku telah berlalu sia-sia dengan orang yang salah.
Aku pun lelah dengan semua itu. Kuputuskan aku tak lagi bersikap sebagai korban. Banyak orang mungkin menganggapku tidak laku-laku dan sangat tak berharga. Akan tetapi, aku memiliki pemikiran baru dan berbeda. “Tak masalah aku tak menjadi orang yang pertama menikah atau menikah di awal-awal. Yang penting, aku harus menemukan pria yang so sweet banget, yang lebih dari semua suami mereka. Rumah tanggaku harus menjadi yang terindah.”
Bukan karena suamiku nanti benar-benar terbaik sedunia, tetapi karena begitu cocoknya kami sehingga di mataku dan di mata orang-orang kami terlihat seperti itu. Hal itu kuperjuangkan betul-betul. Sudah bukan rahasia lagi bahwa orang berumah tangga itu tidak selalu bahagia. Banyak yang menyesal malah. Banyak orang yang memasuki pintu itu dengan alasan yang salah; karena umur, desakan lingkungan, kesepian, asal ada yang mau, dan sebagainya. Sementara aku, aku sudah berumur, sudah matang. Aku juga diberi waktu oleh Tuhan untuk mempersiapkan dengan lebih baik. Selain itu, aku bukan yang awal. Jadi, aku bisa belajar dari pernikahan-pernikahan orang sebelumku.
Setelah melalui proses yang sangat panjang dan berbagai kegagalan dan kepedihan, aku berubah. Kalau dulu aku terkena PHP dan harus menunggu 2 tahun, terakhir aku hanya menunggu 1 tahun. Kalau dulu aku sangat sering bertemu pria yang abusive, sekarang aku sudah agak bisa membedakan dan meninggalkannya. Begitupun ketika aku berkenalan dengan pria, aku sudah agak mengerti kapan harus meninggalkan atau berlama-lama dengannya.
Guruku banyak. Aku punya guru pria maupun wanita. Aku juga belajar dari orang lokal maupun orang luar negeri. Aku belajar dari buku, ebook, video, dan sebagainya. Aku belajar dari kisah-kisah nyata, aku belajar dari pengalaman orang lain, aku belajar bahasa tubuh, aku belajar versi agama, versi psikologi, versi biokimia, versi antropologi dan sosiologi, dan pokoknya aku belajar apa saja. Tak lupa aku pun membuat perencanaan cinta. Tidak random lagi dengan pria-pria yang datang, seperti orang-orang pada umumnya. Aku memilih dan ingin memastikan pernikahan dan rumah tanggaku akan indah.
Aku masih gagal, tetapi gagal dengan lebih baik. Pada tahun 2019 ini pembelajaranku masih berlanjut dan Insya Allah jika Tuhan mengendaki aku akan menikah tahun ini. Aku percaya tidak ada usaha yang sia-sia. Kata orang, kita banyak belajar dari kesalahan dan kegagalan. Dari kesalahan-kesalahan dan kegagalan-kegagalan itulah aku memiliki panduan yang lebih baik untuk menuju orang yang benar. The Right Man.
Mantan-mantanku memang sudah melayang, dan itu tidak apa-apa. Insya Allah dalam waktu dekat The Right Man akan segera datang.