Fimela.com, Jakarta Apapun mimpi dan harapanmu tidak seharusnya ada yang menghalanginya karena setiap perempuan itu istimewa. Kita pun pasti punya impian atau target-target yang ingin dicapai di tahun yang baru ini. Seperti kisah Sahabat Fimela ini yang kisahnya ditulis untuk mengikuti Lomba My Goal Matters: Ceritakan Mimpi dan Harapanmu di Tahun yang Baru.
***
Oleh: D - Salatiga
Advertisement
Perkenalkan aku gadis muda berusia 22 tahun dan tepat bulan depan usiaku akan menginjak 23 tahun. Banyak orang bilang bahwa usia ini sering disebut sebagai Quarter Life Crisis atau masa–masa paling membingunkan yang dialami dalam hidup seseorang. Dan yap! Aku sedang mengalami fase itu sekarang.
Tahun lalu tepat 12 November 2018 aku baru saja lulus dari kampus yang cukup ternama di Pulau Bali. Selama masa studi aku mengambil jurusan pariwisata dan berhasil meraih gelar sarjana dan membanggakan orangtua seperti impian anak – anak lainnya. Tapi, lulus dengan gelar sarjana sebenarnya merupakan lembaran baru dari bentuk perjuangan untuk terus hidup dan meraih mimpi atau cita–cita lainnya, karena di sinilah semua mimpi akan diwujudkan.
Pada usia ini, banyak dari teman–temanku yang sudah memiliki jalannya sendiri, entah memutuskan untuk menikah, bekerja sebagai karyawan hotel bintang lima, membantu orangtuanya meneruskan usaha keluarga dan lain sebagainya. Sedangkan aku? Masih berada di persimpangan jalan karena tidak tahu harus belok kanan atau belok kiri dan ini sangat menyebalkan. Tapi, bersyukurnya aku memiliki keluarga yang tidak pernah menuntut jalan hidupku. Aku dibebaskan untuk memilih jalanku sendiri dan di situlah aku belajar untuk bertanggungjawab terhadap apapun yang aku lakukan. Setidaknya aku masih memiliki support team yang solid dan akan terus mendukung dan mendoakanku meraih apa yang aku inginkan.
Keluargaku adalah keluarga yang sibuk, jadi tidak heran kalau makan malam bersama di atas meja makan adalah hal yang sangat jarang bisa dilakukan. Hal inilah yang membuat aku tidak begitu dekat dengan keluarga kecil di rumah. Namun hal tersebut bukan sebuah penghalang bagi orangtuaku untuk terus ada bersamaku dan mendampingiku.
Dahulu, sebelum aku lulus dari kuliah, menjadi seorang wanita karier adalah sebuah mimpi telak dan tidak bisa diganggu gugat. Namun, seiring berjalannya waktu dan melihat kondisi orangtuaku yang selalu sibuk dan imbas yang diberikan, aku jadi sedikit ragu untuk menjadi seorang wanita karier. Aku banyak berkaca dari ibuku. Beliau selalu sibuk dengan tanggung jawabnya di kantor dan kadang terlalu lelah untuk membereskan tanggung jawabnya di rumah. Aku tidak ingin seperti itu. Aku tidak ingin menjadi calon ibu yang seperti itu. Aku ingin dekat dengan anakku, melihat pertumbuhan dan perkembangan mereka, menjadi tempat curahan hati mereka ketika mereka mengenal cinta dan menjadi satu–satunya wanita yang dicintai oleh mereka. Akan sangat menyenangkan rasanya membayangkan anak–anak tertawa bersama ibunya.
Mimpi yang aku inginkan itu bukanlah 100% menjadi ibu rumah tangga. Aku akan tetap bekerja, namun bukan sebagai karyawan melainkan sebagai pemilik kedai restoran. Kecintaanku terhadap kentang dan sosis membuatku ingin bergelut di bidang kuliner. Sangat sederhana memang, namun aku tahu membuka sebuah usaha yang baru bukanlah hal yang mudah. Apalagi gelar sarjana yang aku sandang adalah dalam bidang pariwisata bukan tata boga atau sejenisnya, jadi semuanya akan serba baru di hidupku karena aku sama sekali tidak memiliki latar belakang di bidang dapur. Oleh karena itu, untuk saat ini aku sedang belajar bagaimana membuat olahan dari kentang dan sosis yang enak dan bisa dinikmati semua orang serta memikirkan bagaimana nantinya produkku bisa dijual.
Sekarang teman–temanku sedang bekerja pada orang lain dan aku masih menganggur sambil mengetik tulisan ini, namun suatu saat nanti di tahun dan mimpi yang baru ini, aku akan menjadi pemilik kedai restoran yang laris manis dan mampu menghidupi diriku sendiri serta keluarga ku kelak. Dan aku adalah calon ibu yang hebat bagi anak–anakku dan suamiku nanti. Tahun ini adalah tahun yang akan penuh dengan doa dan usaha dalam meraih mimpiku. Akan sangat menyenangkan bukan jika bisa menghasilkan uang tanpa bekerja pada orang lain dan tetap bisa bermain bersama anak–anak di rumah?
Hidup itu bukan ajang untuk balapan. Setiap orang punya waktunya masing-masing. Jangan pernah membandingkan hidupmu dengan yang lain. Tidak pernah ada perbandingan antara Matahari dan Bulan. Mereka akan bersinar pada waktunya masing–masing, jadi tunggulah waktumu dan terus berjuang disertai doa untuk meraih mimpimu.