Fimela.com, Jakarta Apapun mimpi dan harapanmu tidak seharusnya ada yang menghalanginya karena setiap perempuan itu istimewa. Kita pun pasti punya impian atau target-target yang ingin dicapai di tahun yang baru ini. Seperti kisah Sahabat Fimela ini yang kisahnya ditulis untuk mengikuti Lomba My Goal Matters: Ceritakan Mimpi dan Harapanmu di Tahun yang Baru.
***
Oleh: Deka Riti - Lahat
Advertisement
Assalammu'alaikum, Sahabat Fimela.
Saya Deka, 27 tahun. Ibu rumah tangga yang baru mempunyai satu anak. Sejak usia 19 tahun, setiap kedatangan tahun yang baru, ada salah satu resolusi yang selalu terselip di antara keinginan lainnya, yaitu menikah. Hal itu diidamkan demi obsesi mengikuti jejak mama yang dulunya menikah usia muda. Balik lagi, Maha Kuasa lah yang menentukan, ternyata obsesi dan resolusi yang satu ini baru terwujud ketika usia menginjak 25 tahun, tepatnya dua tahun yang lalu.
Memasuki tahun yang baru di awal-awal pernikahan, resolusi saya yang pertama adalah mendapatkan momongan dan kedua menjadi entrepreneur dengan membangun usaha sendiri di bidang fashion. Setelah satu tahun pernikahan, di tahun yang sama ketika resolusi meminta momongan dipanjatkan, Allah mengabulkannya dengan mengaruniakan seorang bayi laki-laki berkulit putih dan tampan, melalui operasi sesar. Keluarga besar juga menyambut kelahirannya dengan penuh suka cita. Tetapi, di balik karunia dan kebahagiaan yang luar biasa itu, Allah menitipkan cobaan yang lumayan menggetarkan hati dan menyesakkan dada.
Bayi laki-laki kami terlahir tanpa dinding perut atau istilah kedokterannya adalah gastroschisis, di mana usus keluar melalui lubang di sisi pusar. Awalnya, suami dan keluarga merahasiakan hal ini, melihat kondisi saya pasca melahirkan sesar. Sejak sadar dari obat bius pra operasi, saya selalu bertanya kepada suami, kapan bisa melihat bayi laki-laki kita, bagaimana kondisinya, dan seperti apa rupanya. Karena pada saat itu, saya sangat ingin segera mendekap, mencium, dan memberikan ASI kepadanya.
Suami pun selalu menjawab dengan beralasan bahwa bayi kami selama beberapa hari ke depan harus dirawat di inkubator karena kondisinya yang lemah. Setiap hari saya menghujani suami dan beberapa orang dari keluarga saya dengan pertanyaan yang sama, tetap jawabannya juga masih sama. Setelah satu minggu berlalu, barulah saya mengetahui kondisi sebenarnya bayi laki-laki kami itu.
Mendengar hal tersebut, mata saya tak bisa membendung tangis, jantung berdetak lebih kencang dari sebelumnya seakan-akan menjiplak di dada, dan kedua kaki seketika lemas seolah tak mampu menopang tubuh. Pikiran saya sudah terlampau jauh tentang apa yang akan terjadi terhadap anak dambaan kami ini nantinya. Hari kelahiran anak kami yang membahagiakan sekaligus menegangkan itu telah saya dan suami lewati kurang lebih satu tahun yang lalu, di mana ia terlahir pada 19 September 2017.
Seberapa banyak pun doa yang dipanjatkan, usaha yang diperjuangkan, dan asa yang dicita-citakan tak akan terwujud tanpa campur tangan kekuatan sang Khalik. Ternyata benar sahabat Fimela, Allah masih memberikan saya dan suami kesempatan untuk menjadi orang tua dan mengurus bayi laki-laki yang kami beri nama Hazig Rajulu Haqqi sampai saat ini.
Sungguh Allah telah melimpahkan kasih sayangnya, karena operasi ketiga anak kami berhasil memasukkan usus dan menutup lubang di perutnya. Walaupun di usianya yang baru menuju 14 hari telah melalui proses tiga kali operasi dan setelah itu mendapatkan perawatan selama tiga bulan lamanya di ruang NICU rumah sakit, yang terpenting saya sudah optimis untuk kesembuhannya. Tak lupa setiap hari saya bisikkan surah Al Fatihah dan Ayat Kursi di telinga bayi hebat kami waktu itu.
Dan benar sekarang ia tumbuh seperti anak normal kebanyakan, sehat dan lincah. Meskipun begitu, masih ada kekhawatiran yang masih tertanam didiri saya, yaitu menantikan operasi Hazig selanjutnya, untuk perbaikan perut. Maka dari itu, saya beresolusi di tahun 2019 ini untuk melanjutkan resolusi saya yang kedua di tahun belakang yang belum tercapai, supaya bisa membangun usaha sendiri.
Kali ini resolusi dibuat bukan hanya untuk membantu menambah pendapatan suami yang hanya seorang tukang ojek online, namun lebih kepada untuk mendapatkan biaya operasi anak kami, Hazig. Saya hobi menggambar dan mendesain pakaian, serta diberi sedikit kemampuan oleh Allah untuk melakukan kedua hal ini. Karenanya, saya selalu memikirkan "sesuatu" apa yang bisa saya ciptakan melalui kegemaran saya ini.
Selain mewujudkan mimpi membangun usaha di bidang fashion, saya juga akan memikirkan hal-hal yang bisa dilakukan dalam waktu dekat untuk mengumpulkan uang. Sebetulnya ketika hamil Hazig, saya sudah sempat ingin memulai mewujudkan mimpi saya membangun usaha, dengan membuat boneka handmade dari kain perca. Dan tidak sempat dilanjutkan karena saya melahirkan dan fokus mengurus Hazig. Nah, saat ini saya sudah mulai lagi membuat beberapa kerajinan tangan, tapi kali ini berupa bandana anak-anak yang terbuat dari bahan katun dan lainnya. Karena terbentur modal, akhirnya pekerjaan ini belum saya lanjutkan kembali.
Ya, sahabat Fimela, itulah tadi harapan saya di tahun ini semoga mendapatkan biaya operasi Hazig terlebih dahulu, dengan melanjutkan mimpi saya sebagai entrepreneur. Sebagai seorang ibu, tekad saya mewujudkan resolusi ini selalu menggebu ketika melihat senyum, canda, dan tawa di wajah Hazig, si anak hebat dan periang. Cukup sulit dibayangkan bagaimana memulainya, apakah mungkin bisa terwujud di tahun ini. Dan sebagai manusia saya hanya mampu berdoa, ikhtiar, dan optimistis, karena semuanya kembali lagi kepada restu sang Illahi Rabbi dan bagaimana ketentuan dari-Nya.
Terima kasih sahabat Fimela yang telah menyempatkan waktunya untuk membaca tulisan ini. Semoga semua mimpi kita semua bisa terwujud, insya Allah, aamiin. Wassalammu'alaikum.