Fimela.com, Jakarta Apapun mimpi dan harapanmu tidak seharusnya ada yang menghalanginya karena setiap perempuan itu istimewa. Kita pun pasti punya impian atau target-target yang ingin dicapai di tahun yang baru ini. Seperti kisah Sahabat Fimela ini yang kisahnya ditulis untuk mengikuti Lomba My Goal Matters: Ceritakan Mimpi dan Harapanmu di Tahun yang Baru.
***
Oleh: Febbi Satya – Tangerang Selatan
Advertisement
Seperti layaknya sebuah tradisi malam tahun baru yang dihiasi dengan acara kumpul bersama keluarga, tahun baru umumnya juga dihiasi dengan tradisi berupa membuat rentetan-rentetan resolusi, mimpi, harapan dan bucket list yang dibuat oleh banyak orang untuk memacu hidup mereka agar jauh lebih baik kedepannya. Tahun baru membawa kepada pertambahan usia yang mengharuskan kita untuk menjadi individu yang lebih bertanggung jawab terhadap segala kewajiban sekaligus sebagai sebuah tuntutan untuk memperoleh berbagai pencapaian hidup.
Setiap tahun pula sering saya mendapat pertanyaan rutin berupa, "Apa resolusimu untuk tahun ini?" Semua pertanyaan itu bagi saya tak lebih dari suatu omong kosong ataupun pertanyaan pelengkap suatu percakapan. Padahal, pikiran itulah yang membuat diri saya sulit untuk berkembang dan membuat dirisaya hanya bergerak sekedar mengikuti arus. Pikiran tersebut terbentuk dari seringnya kegagalan-kegagalan yang terus terjadi setiap kali saya mencoba. Saya merasa semakin saya menginginkan suatu hal, semakin jauh harapan tersebut datang menghampiri saya. Diperparah dengan kematian self-support system, yaitu ayah saya sendiri.
Kematian ayah menjadi suatu titik gelap bagi hidup saya yang mendorong diri menjadi begitu pesimis dan takut dalam menghadapi kehidupan. Saya yang awalnya merupakan seorang yang dikenal karena cukup tenang dalam menghadapi berbagai masalah perlahan berubah menjadi pribadi yang selalu khawatir dan sulit percaya pada orang. Saya yang awalnya merupakan pribadi yang terstruktur dan selalu mencatat agenda setiap harinya perlahan mulai malas untuk melakukan kegiatan rutin tersebut, rasa malas mendorong saya melakukan banyaknya kelalaian yang berakhir pada semakin jauhnya diri pada mimpi-mimpi yang pernah saya idam-idamkan.
Atas segala kegagalan yang hadir dalam hidup saya, kilas balik terhadap kelamnya masa lalu, dan keinginan kuat untuk menjadi versi terbaik diri. Saya terpikirkan oleh hal sederhana yang tak pernah terlintas dalam pikiran saya belakangan ini, sebuah resolusi dan harapan untuk dirisaya di tahun 2019. Bagi saya, resolusi dan harapan bukanlah suatu hal yang selalu berkaitan dengan hal-hal material yang selama ini sering disalahartikan. Harapan dan resolusi yang saya inginkan bukanlah suatu hal yang terlihat hasilnya secara konkret seperti memiliki rumah baru ataupun memiliki mobil baru, tetapi harapan dan resolusi ini lebih kepada sesuatu yang lebih bisa saya rasakan sendiri manfaatnya dan mendorong saya menjadi pribadi yang lebih kuat.
Di antara harapan dan resolusi saya pada tahun ini adalah untuk menjadi individu yang memiliki keberanian tinggi dalam melakukan hal-hal positif, termasuk di antaranya keberanian untuk berbicara dan mengutarakan pendapat didepan umum, keberanian untuk berdiri diatas pendirian diri sendiri, keberanian untuk mengakui kesalahan serta memaafkan kesalahan dirisendiri dan kesalahan orang lain, keberanian untuk keluar dari zona nyaman, keberanian untuk menghadapi risiko terburuk dalam hidup, keberanian untuk menghargai keberanian orang lain bukan hanya secara virtual tetapi dalam bentuk tindakan di kehidupan nyata, serta keberanian mengatur dirisendiri dengan sebaik-baiknya.
Semua impian itu bukanlah suatu hal yang mudah untuk menggapainya, butuh usaha ekstra dan hati yang ikhlas serta kuat, tetapi kembali kepada niat awal untuk menjad versi terbaik diri jika nantinya saya gagal, saya telah memiliki keberanian untuk mencoba dan menghadapi resiko terburuk dalam hidup.
Febbi Satya – Tangerang Selatan
Senin, 7 Januari 2019