Fimela.com, Jakarta Apapun mimpi dan harapanmu tidak seharusnya ada yang menghalanginya karena setiap perempuan itu istimewa. Kita pun pasti punya impian atau target-target yang ingin dicapai di tahun yang baru ini. Seperti kisah Sahabat Fimela ini yang kisahnya ditulis untuk mengikuti Lomba My Goal Matters: Ceritakan Mimpi dan Harapanmu di Tahun yang Baru.
***
Oleh: Maharani - Malang
Advertisement
Bicara mengenai awal tahun, tak luput dari sebuah resolusi. Cukup mudah mengutarakan mengenai harapan apa saja yang akan kita capai tahun ini. Begitu juga dengan saya.
Saya ibu dari dua orang anak. Dua orang balita yang tahun ini akan genap berumur 4 dan 2 tahun. Jarak kelahiran yang cukup dekat mengharuskan saya untuk ekstra dalam melindungi dan menjaga mereka.
Tahun ini saya sendiri memasuki umur 26 tahun. Terbilang usia matang akan memasuki bahtera kehidupan kompleks. Menjadikan saya sebagai istri dan ibu dari dua anak. Saya cukup sadar diri banyak hal kekurangan yang saya miliki. Terutama mengenai tingkat mendidik kedua buah hati saya. Untuk itu, tahun ini harapan terbesar saya adalah menjadi seorang ibu yang mampu mendidik anak-anak saya menjadi lebih baik demi mencapai keberuntungan mereka dikemudian hari.
Setiap tahun saya selalu mengharapkan sesuatu yang lebih dari sekadar impian. Sesuatu yang membuat saya berdoa dari setiap helaian napas yang saya embuskan. Agar menjadikan sebuah kenyataan dari apa yang saya harapkan.
Sangat klise memang ketika harapan menginginkan sosok menjadi lebih baik lagi. Namun, demikianlah setiap pemikiran manusia begitu pula dengan saya.
Tahun ini mengharuskan saya dan suami menyekolahkan anak pertama saya. Tentunya setiap orangtua mengetahui kewajiban menjadikan anak-anaknya menjadi seseorang terdidik dengan baik. Begitu juga dengan kami. Harapan pertama kami tahun ini, menyekolahkan anak kami di tempat yang terbaik. Menjadikan subyek pendidikan terbaik buat mereka, untuk obyek menata kehidupan mereka kedepannya. Sebagai ibu rumah tangga yang hanya mengandalkan jatah bulanan dari suami, mewajibkan saya mampu mengatur setiap pengeluaran dan pemasukan agar supaya cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Harapan-harapan selanjutnya seperti kebanyakan orang pada umumnya, menginginkan kehidupan yang layak demi mencukupi sebuah materi. Banyak hal yang sudah ada di benak saya untuk tahun ini. Keinginan pun juga sudah ada.
Namun, apapun keinginan jika tanpa doa apalah artinya. Ketika denting jam berbunyi dan semua angka telah terganti, saya sadar saya harus berubah. Berubah menjadi sosok yang diinginkan oleh suami saya dan kedua buah hati saya. Mewujudkan setiap cita dan cinta keluarga saya. Menjadikan mereka prioritas dalam kehidupan saya.
Sangat mudah memang berbicara mengenai apa yang kita inginkan dan apa yang kita harapkan. Namun, apakah semua itu akan berjalan sesuai apa yang kita tulis? Tentu saja tidak.
Momok terbesar dalam kehidupan adalah diri kita sendiri. Jiwa muda yang membara, keegoisan, dan keserakahan selalu menghantui. Bahkan sifat iri melihat keberuntungan orang lain pun tak dapat dipungkiri.
Namun, apakah mengharuskan kita untuk berubah? Tentu saja. Sedikit tapi pasti, karena mengubah sifat dasar seseorang membutuhkan sebuah proses dan waktu. Kembali sadar posisi kita adalah kunci dari sebuah perubahan diri. Sadar akan status kita dan sadar akan kewajiban kita.
Begitu juga dengan saya, saya selalu melawan sifat-sifat yang bertentangan untuk kebaikan saya dan keluarga saya. Keluar dari zona nyaman dan tidak takut akan sebuah tantangan.
Percayalah, sebuah proses tidak akan mengkhianati hasil empunya. Mempunyai tekad dan ketulusan demi mencapai apa yang kita inginkan. Menjadi diri sendiri dan sadar diri menjadi kunci utama untuk mengembangkan hati. Dan bersyukur akan nikmat yang telah Tuhan berikan sebelumnya. Karena dengan bersyukur kita selalu ingat dari mana dan untuk apa kita hidup.
Perlu kita ingat bahwa kehidupan berasal dari impian, harapan, dan doa yang akan menjadi sebuah kenyataan.
Selamat tahun baru 2019. Enjoy your dreams!