Fimela.com, Jakarta Judul: Looking for Alibrandi (Mencari Jati Diri)
Penulis: Melina Marchetta
Alih bahasa: Monica Dwi Chresnayani
Advertisement
Ilustrasi sampul: Martin Dima
Cetakan ketiga: Mei, 2018
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Josephine Alibrandi berumur tujuh belas tahun dan duduk di bangku terakhir SMA. Dia hidup bersama ibunya yang single parent dan nenek berpikiran kolot yang bikin pusing. Belum lagi dia harus melakukan persiapan untuk menghadapi ujian akhir. Namun, itu belum apa-apa. Josie masih harus menghadapi kenyataan bahwa ternyata tidak semua rencana yang dia susun dengan saksama dapat terwujud seluruhnya. Tanpa diduga dia harus menghadapi kenyataan bertemu ayahnya untuk pertama kali seumur hidup, jatuh cinta, dan membongkar rahasia keluarganya di masa lalu.
Terlepas dari semua kekalutan itu, tahun ini pula Josie belajar memahami bahwa kebebasan bukan berarti melupakan masa lalu. Ada kalanya, kau harus menjadi diri sendiri untuk dapat membebaskan dirimu…
Looking for Alibrandi adalah novel yang sangat populer dan telah memenangkan berbagai penghargaan, termasuk Children`s Book of the Year Award for Older Readers tahun 1993, Multicultural Book of the Year Award tahun 1993, Variety Club Young People`s Category of the 3M Talking Book of the Year Award tahun 1993, serta sejumlah penghargaan lain. Novel ini juga mencatat kemenangan di Fairlight Talking Book Awards tahun 2000 sebagai buku yang paling keras menyuarakan isu-isu remaja dan lintas budaya dalam 10 tahun terakhir.
Josephine Alibrandi, ia adalah gadis keturunan Italia yang menetap di Australia. Neneknya, Katia Alibrandi hijrah ke Australia pada usia muda. Sebagai seorang imigran Sicilia, Nonna Katia punya kisah hidup yang begitu panjang dan berat. Membangun hidup baru dan bertahan di negara yang sangat asing di usia yang masih sangat belia dengan sang suami jelas bukan hal yang mudah bagi Nonna Katia.
Josephine (Josie) tak punya ayah kandung. Hal ini juga yang menjelaskan kenapa dia memakai nama belakang dari pihak neneknya dan bukan ayahnya. Sebab sang ibu, Christina melahirkan Josie tanpa ikatan pernikahan yang sah dengan ayah biologisnya. Dengan kondisi seperti itu, selain sering mendapatkan tindak diskrimanis ras ia juga sering diejek karena lahir sebagai anak haram. Belum lagi dengan tuntutan untuk mengikuti tradisi Italia dari keluarga besarnya, Josie kadang kesulitan untuk bisa beradaptasi dengan banyak hal dan situasi sekaligus di usianya yang masih remaja.
Di sekolah, Josie punya sejumlah sahabat dekat dangn karakter uniknya masing-masing. Ada Anna Selicia yang gampang gugup. Seraphina yang tak tahu malu. Serta Lee Taylor yang mendapatkan beasiswa yang sama seperti yang didapatkan Josie untuk berskolah di St. Martha's. Selain sahabat, ada juga gadis yang tak disukai Josie, namanya Ivy Lloyd tapi Josie menjulukinya Poison Ivy. Masa remaja juga tak lepas dari yang namanya pengalaman jatuh cinta. Josie punya sahabat pria yang mencintainya tapi Josie lebih merasa nyaman sebagai sahabat. Sesosok pria muda yang begitu nyentrik dengan latar belakang keluarga dan budaya berbeda dari Josie pun malah yang membuatnya mabuk kepayang. Kisah mereka pun menemui banyak sekali batu sandungan.
Suatu ketika, Josie kembali bertemu dengan ayah kandungnya. Ayahnya ternyata seorang pengacara. Hubungan Josie dengan ayahnya pada pertemuan pertama memang tak sesuai harapan. Namun, seiring waktu berjalan ada ikatan yang berbeda di antara ayah dan putrinya ini.
Advertisement
Seperti biasanya pada Hari Tomat setiap tahun, malam itu kami makan spageti. Spageti buatan sendiri. Tradisi yang tidak akan pernah kami lupakan. Tradisi yang mungkin juga tidak akan aku lupakan, karena sama halnya dengan agama, budaya sudah tertanam begitu kuat dan mengakar dalam diri seseorang sehingga tidak mungkin bisa dilupakan. Tak peduli betapa pun jauhnya kau berlari.
Meski novel remaja, Looking for Aribrandi ini sangat menarik untuk dibaca dan diikuti oleh orang dewasa sekali pun. Ada isu-isu soal diskriminasi dan rasialisme yang dibahas. Soal depresi dan tekanan yang dialami remaja juga dibahas di novel ini. Mengenal dan melestarikan tradisi keluarga juga membawa pesan tersendiri. Pencarian jati diri dan menemukan jawaban-jawaban soal kehidupan. Sampai terbongkarnya rahasia dari masa lalu. Banyak aspek penting yang dilibatkan untuk membuat kesatuan cerita novel ini terasa begitu utuh.
Hubungan Josie dan ibunya kadang diwarnai pertengkaran dan adu mulut. Namun, jauh di lubuk hati mereka ada rasa cinta dan kasih sayang yang begitu dalam satu sama lain. Josie dan neneknya, Nonna Katia juga memiliki ikatan istimewa sendiri. Meski ada sebuah luka yang belakangan terkuak, keduanya mencoba menyikapinya dengan cara lebih dewasa. Dan hubungan Josie dengan ayah kandungnya juga memiliki jalinan cerita yang memberi kesan sendiri.
Karakter Josie pun dibangun dengan begitu kuat. Ada proses pendewasaan pada setiap pengalaman yang didapatnya. Ada banyak pelajaran yang akhirnya bisa ia peroleh meski harus melewati masa-masa buruk. Ketika sebuah tragedi yang amat buruk terjadi dalam kehidupannya, dia masih cukup beruntung memiliki orang-orang yang memberinya semangat dan motivasi melanjutkan hidup. Setelah membaca Looking for Alibrandi, ada perasaan hangat yang bisa kita rasakan. Tak heran bila novel ini sangat populer dan telah memenangkan berbagai penghargaan.