Masyarakat Jawa hingga saat ini menganggap membicarakan sesuatu yang bersangkutan dengan seks adalah sesuatu yang tabu. Mungkin beberapa dari anda juga merasakan hal demikian di kehidupan sehari-hari, bukan?
Hal-hal seperti itu sangat jarang dibicarakan secara gamblang oleh masyarakat Jawa. Seperti yang dijelaskan oleh laman tentangreproduksi.blogspot.com, masyarakat jawa menggunakan simbol lingga-yoni untuk mengganti kata-kata yang dianggap tabu tersebut.
Lingga adalah untuk melambangkan Mr.P atau organ seksual pria dan yoni merupakan lambang dari Mrs.V atau organ seksual kita Ladies. Simbol-simbol tersebut sudah lama dipergunakan oleh masyarakat jawa sebagai penghalusan dari kata-kata yang mereka anggap “jorok”.
Advertisement
Masyarakat jawa juga beranggapan bahwa hubungan seksual merupakan suatu hal yang sakral dan luhur serta memiliki peran penting untuk menjaga keharmonisan dan kelangsungan hidup manusia sehingga segala sesuatunya harus menggunakan unggah-ungguh atau peraturan agar tidak menjadi sesuatu yang dianggap saru (tidak sopan).
Suaramerdeka.com juga menjelaskan bahwa di awal abad ke-19, munculah sebuah karya sastra di tanah Jawa ini yakni Serat Centhini atau bisa juga disebut Suluk Tembangraras. Karya sastra tersebut cukup terkenal hingga saat ini loh, Ladies.
Karya ini berisi tentang teori kehidupan masyarakat Jawa dan dipadu dengan ajaran Islam. Tetapi entah kenapa Serat Centhini justru lebih terkenal sebagai bacaan yang mengulas tentang seks dan pornografi dan tidak mengacu pada hal-hal yang spiritualis.
Oleh: Nadia Aprilia A
(vem/riz)