Kehidupan di zaman Victoria sangat memperhatikan konsep kesucian, terutama yang berkaitan dengan masalah seksual. Segala macam bentuk seksualitas yang dianggap melanggar norma-norma kesucian juga mendapat perhatian penuh oleh pemerintah dan masyarakat era Victoria.
Masturbasi adalah salah satu aktifitas seksual yang dianggap tercela dan merupakan bentuk kelainan mental. Masyarakat pada masa itu mungkin belum memahami mengapa setiap orang melakukan masturbasi, dan bahkan dokterpun menyatakan bahwa masturbasi bisa menyebabkan beberapa macam bentuk kegilaaan, epilepsi, dan juga hysteria pada wanita.
Masih terlansir dari laman webpage.pace.edu, salah satu solusi untuk mengatasi malah ini adalah dengan memutilasi atau memotong organ seksual wanita. Clitoridectomy dilakukan sebagai tindakan penyembuhan akan penyakit susah buang air kecil, amenorrhea, kemandulan, epilepsi, masturbasi, hysteria dan banyak macam 'kegilaan' lainnya.
Advertisement
Sumber dari berbagai macam penyakit tersebut diyakini berasal dari rangsangan seksual, oleh karena itu penghilangan organ seksual yang bisa menyebabkan seseorang terangsang dianggap akan menyembuhkan penyakit-penyakit tersebut.
Para pria masa itu sangat percaya bahwa alasan dari ketidakbahagiaan wanita akan posisinya sebagai wanita adalah karena mereka tidak memiliki organ seksual seperti pria.
Adalah Sigmund Freud, seorang psikolog yang kemudian menamai kondisi tersebut dengan ‘penis envy’. Penekanan para pria mengenai wanita sebagai ‘The Sex’ seakan sudah tidak memiliki batas lagi dan pada akhirnya juga seakan tidak ada lagi cara untuk menangkis kekuasaan pria akan wanita terkait sifat kebirahiannya.
Oleh: Ardisa Lestari
(vem/riz)