Bunda, masih banyak orang tua yang beranggapan pendidikan seksual yang mereka berikan di rumah masih belum bisa atau belum cukup membantu anak untuk siap dalam menghadapi masa pubertas.
Lebih parah lagi, masih banyak juga orang tua yang sama sekali tidak memberikan pendidikan seksual pada anak-anaknya karena masih menganggap membahas seksualitas adalah sesuatu hal yang tabu dan tidak pantas dibicarakan.
Oleh karenanya, peran sekolah dalam hal ini bisa sangat membantu, bahkan sangat dibutuhkan. Entah sebagai kurikulum tersendiri dan atau terintegrasi, seperti dalam kurikulum moral dan pembangunan karakter misalnya, pendidikan seks bisa menjadi salah satu benteng kesadaran siswa untuk membantu menghindarkan diri dari berbagai kejahatan dan atau prilaku menyimpang seksual lainnya.
Advertisement
Hal di atas didukung lansiran dari laman telegraph.co.uk yang menyebutkan bahwa para pelajar yang mendapatkan pendidikan seksual dalam konteks lebih faktual memiliki kemungkinan lebih rendah mengalami kehamilan di luar nikah, dibandingkan sebaya mereka yang hanya mendapatkan dan atau mendengar larangan dalam hal seks saja.
Perlu juga Bunda pahami bahwa banyak faktor yang membuat pendidikan seksual untuk remaja atau siswa sekolah sangatlah penting. Pendidikan ini akan membantu remaja mengenal dan mengetahui informasi terkait seks, termasuk membantu membangun kesadaran mengenai masalah seksual. Kesadaran tersebut sangat penting karena dapat membantu anak memahami latar belakang berbagai faktor, termasuk sosio-ekonomi dan psikologis, yang menyebabkan timbulnya masalah seksualitas tersebut.
Juga perlu dijadikan renungan bersama, rasa keingintahuan remaja sangat besar terhadap banyak hal, termasuk seks. Jika orang tua atau guru tidak bisa memberikan jawaban atas rasa penasaran tersebut, salahkah remaja jika mereka mencoba mencari jawaban di tempat yang tidak seharusnya?
Terakhir, pendidikan seksual yang setengah–setengah bisa jadi justru memicu anak semakin penasaran dan untuk memastikannya, bukan tidak mungkin mereka akan berpraktik sendiri dengan pasangan mereka tanpa memikirkan resikonya.
Â
Oleh: Aulia
(vem/riz)