Masyarakat kita mewajibkan setiap wanita menjaga keperawanannya untuk malam pertama dengan suaminya kelak, namun, lain halnya dengan beberapa tradisi kuno di bawah ini. Ya, Ladies, pada beberapa belahan dunia, ada tradisi yang mirip tentang pengambilan keperawanan seorang gadis justru sebelum pernikahannya, lho.
Dikutip dari esai berjudul “The jus primae noctis as a male power display: A review of historic sources with evolutionary interpretation” karya Jörg Wettlaufer dalam fibri.de, beberapa suku di India Kuno, Hawaii, dan Rusia percaya bahwa darah keperawanan mengandung racun atau hal-hal gaib yang berbahaya, sehingga harus ada seseorang dengan status tinggi yang harus mengambilnya. Orang tersebut bisa jadi pendeta atau kepala suku, karena dipercaya mempunyai kekuatan lebih dari penduduk biasa sebagai proteksi ketika “mengambil” keperawanan seorang gadis.
Di India, Ladies, tugas yang dipandang mulia dan berbahaya itu dipegang oleh seorang Brahmana yang dipraktekkan oleh suku Zamorin. Ketika seorang Zamorin menikah, ia tidak akan diperbolehkan untuk melakukan hubungan suami istri dengan pengantinnya hingga seorang Nambudri, atau kepala pendeta, mengambil keperawanannya.
Advertisement
Jika Nambudri itu berkenan Ladies, ia akan meminta sang mempelai wanita untuk tinggal bersamanya selama tiga hari. Karena, “buah pertama” pernikahannya harus merupakan persembahan bagi Tuhan yang dipujanya.
Ritual pengambilan keperawanan ini menghilang pada sekitar tahun 1935 di India bagian selatan. Tradisi ini pun hanya berlaku di beberapa kebudayaan karena perbedaan etnigrafi India. Sekarang Ladies, bila Anda pergi ke India, mungkin tidak akan ada banyak orang yang mengetahui adanya ritual ini.
Oleh: Adienda Dewi S.
(vem/riz)