Ladies, apakah bentuk penyembahan pada dewa-dewi masa lampau itu sekedar kebudayaan, atau sebuah agama? Seperti halnya agama-agama yang sekarang Anda kenal, berbagai kepercayaan pagan terhadap dewa dewi ini pun mempunyai pandangan khusus tentang seksualitas yang pastinya sangat menarik untuk dipelajari lebih lanjut.
Tidak seperti agama-agama samawi (Islam, Nasrani, dan Yahudi) yang menempatkan urusan seksual di bali kamar tidur yang privat, dewa dewi pagan justru menjunjungnya secara tinggi dan terbuka, bahkan memasukkan berbagai aktivitas seksual dalam ritual keagamaannya.
MIsalnya saja nih Ladies, perayaan hari titik balik matahari sebagai hari dewa Saturn. Sekilas info nih Ladies, Saturn adalah nama Romawi untuk dewa Yunani Cronus dan dewa Babilonia Ninip. Terkadang, ia disebut sebagai Dewa Kematian, yang akhirnya direpresentasikan pada hari dimana matahari berada di titik balik paling rendah pada musim dingin, atau winter soltice.
Advertisement
Festival Saturnalia merayakan bagaimana matahari menanggulangi kekuatan musim dingin, dengan harapan akan kedatangan musim semi nanti, sehingga kehidupan akan diperbaharui. Pada masa Romawi, Dewa Anggur, Bacchus, akan menjadi penguasa festival. Nah, ketika festival ini Ladies, seluruh aturan akan diputarbalikkan. Semua larangan seksual akan diangkat. Sehingga, Anda bisa berhubungan seksual dengan siapapun yang Anda suka, termasuk dengan sesama jenis.
Tarian erotis akan dipertunjukkan di mana-mana, dengan simbol phallus (organ intim laki-laki) berukuran besar yang sedang ereksi dan berdiri tegak dijunjung di sekitar penari professional tersebut. Selain itu, laki-laki dan perempuan juga akan bertukar pakaian jika mereka suka, lho! Hmm, jika ada mesin waktu, akankah Anda tertarik untuk mengunjungi festival ini, Ladies?
Oleh: Adienda Dewi S.
(vem/riz)