Dalam menyusun sebuah acara pernikahan, tentu perlu diperhatikan susunan maupun prosesi kegiatan acara yang menarik dan khidmat. Hal ini ditujukan agar para tamu yang hadir juga merasa terlibat dalam prosesi yang sakral ini. Salah satu bentuk aplikasi susunan acaranya bisa dengan mengikuti serangkaian prosesi adat nusantara, seperti prosesi Panggih dari adat jawa.
Disalir dari irwansyah-hukum.blogspot.com, Panggih berarti bertemu. Pertemuan sepasang pengantin pria dan wanita ini tidak sekedar bertemu biasa lho, tetapi memiliki beberapa proses yang masing-masing memiliki makna. Lantas apa saja kah prosesnya?
Sebelum bertemu, dalam iring-iringan pengantin pria biasanya membawa 2 kembar mayang dan seserahan kepada pengantin wanita. Berdasar tulisan salah satu facebook wedding organizer, kembar mayang ini kemudian ditukar dengan milik pengantin wanita.
Setelah itu mempelai wanita bertemu mempelai pria dan melanjutkan upacara panggih, dengan melakukan:
Advertisement
Balangan Gantal/Lempar Suruh. Ketika bertemu, kedua mempelai saling melempar daun sirih yang diikat benang. Melempar daun sirih ini melambangkan cinta kasih dan kesetiaan. Tapi, menurut situs jv.wikipedia.org, konon juga untuk memastikan kalau yang dilempar menghilang, berarti pengantinnya bukan manusia! Wah, bisa ngeri kalau menikah dengan yang gaib!
Kemudian ada Wiji Dadi, yaitu Mempelai pria menginjak telur dan kemudian mempelai wanita membasuh kaki mempelai pria kemudian mengeringkan dengan handuk. Acara ini melambangkan kesetiaan istri kepada suami
Sinduran adalah proses berkutnya. Sindur/selendang ini ditelungkupkan di pundak kedua mempelai oleh ibu mempelai wanita, kemudian bapak mempelai wanita memegang ujung kain sindur dan menarik kedua mempelai pelan-pelan menuju pelaminan, ibu mempelai wanita meletakkan telapak tangannya di bahu mempelai, mengiringi dibelakangnya.
Oleh: Mud A.W
(vem/ver)