Ladies, di artikel yang lalu kita sudah membahas bagaimana Agama Yahudi, Kristen dan Islam memandang prilaku homoseksual. Sekarang kita akan beralih pada Agama Baha'i. Apa itu Agama Baha'i?
Agama ini memang tidak familiar di telinga, karena memang tidak diakui keberadaanya oleh Indonesia. Tapi tidak diakui bukan berarti tidak ada ya, Ladies? Sepertinya di Indonesia, mayoritas masyarakatnya masih belum mempelajari bahwa banyak sekali macam Agama di dunia ini. Atau mungkin terlalu takut untuk menerima keberagaman ya? Entahlah.
Kembali pada Agama Baha'i, Ladies. Agama ini mempercayai adanya satu Tuhan, sehingga dapat dikategorikan sebagai agama monotheis. Pendirinya adalah Bahau'llah dari Persia.
Advertisement
Ajaran Baha'ullah menegaskan persatuan. Adanya Satu Tuhan, Satu Agama, dan Satu Kemanusiaan. Tuhan lalu mengirim Pencerah kepada manusia dari masa ke masa, dan menurut Baha'i, terlepas dari segala perbedaan, semua agama sebenarnya merujuk kepada Satu Tuhan.
Meskipun begitu, yang dimaksud Baha'ullah sebagai 'semua agama' itu mayoritas adalah agama-agama yang diturunkan oleh Nabi Ibrahim (Abrahamic Religions). Jadi, ada pengaruh agama Yahudi, Kristen dan Islam pada Agama Baha'i.
Menurut wikipedia.org, sikap Agama Baha'i terhadap kaum Homoseksual menyerahkan kepada masing-masing penganutnya. Meskipun begitu, pernikahan yang diakui oleh Agama Baha'i adalah pernikahan normal (pria dengan wanita), dan hubungan seks di luar nikah adalah sangat tidak dianjurkan.
Agama Baha'i menganjurkan untuk menoleransi prilaku homoseksual, tapi tidak untuk menerima salah satu dari mereka memeluk Agama Baha'i. Demikianlah kebijakan Universal House of Justice, semacam Badan Legislatif Agama Baha'i kira-kira.
Unik kan, Ladies? Agama Baha'i menganjurkan umatnya untuk tidak kehilangan jati diri mereka tapi tetap menghargai dan mengakui keberadaan kaum homseksual. Baik atau buruk? Keputusan itu ada di tangan Ladies.
Selanjutnya kita akan beralih ke agama-agama yang ada di Timur. Dijamin bakal membuat Ladies lebih berpengetahuan! Makanya, jangan beranjak dari situs ini.
Selamat membaca!
Oleh: Sahirul Taufiqurrahman
(vem/riz)