Namanya Rabia, dia baru berumur 6 tahun kala itu. Setiap malam tiba, saat ibu dan saudara-saudaranya pulas terlelap. Rabia selalu gelisah, dia tahu dia akan datang. Rasa sakit yang disebabkan perbuatannya sungguh ingin membuat Rabia merasa akan mati malam itu juga. Rabia sungguh sangat membencinya tapi dia juga menyayanginya. Pengalaman bertahun-tahun membuat Rabia bisa menahan suaranya meski dia harus menahan sakit separah apapun hinga Amir, ayahnya pergi kembali ke kamarnya.
Saat berusia 12 tahun Rabia memutuskan untuk lari dari rumah. Tahira, ibunya menangis berhari-hari, dia sedih mengingat anaknya pergi, namun dia juga bahagia akhirnya anaknya aman dari perbuatan tidak bermoral ayahnya. Ya. Tahira mengetahui perbuatan suaminya selama bertahun-tahun namun tidak ada yang bisa dia lakukan.
Seperti dilansir saadiahaq.wordpress.com, kisah Rabia hanya satu dari ratusan kasus yang terjadi di Pakistan. Berdasarkan survey pada tahun 2010, 36.6% kasus inses di Pakistan dilakukan oleh ayah kandung korban, 6.8% oleh kakek, 8.6% dilakukan oleh mertua dan sisanya dilakukan oleh paman, saudara laki-laki, dan kerabat.
Advertisement
Hal ini terjadi karena biasanya ibu tidak memiliki kemampuan untk mengungkapkan hal ini atau paling tidak melaporkan pada pihak berwenang. Kebanyakan kasus tidak dipercayai oleh keluarga bawa hal itu benar-benar terjadi.
Yang paling buruk dari kasus seperti ini di Pakistan adalah bagaimanapun pelaku dipersalahkan mengenai hal ini, pelaku dapat begitu saja pergi tanpa adanya hukuman apapun dan meskipun keluarga korban benar-benar mengerti bahwa hal ini benar terjadi. Pertolongan terbesar ada pada diri korban sendiri dan keluarga dekat yang tentu saja mendukung korban baik secara fisik maupun psikologis.
Oleh: Senorita
(vem/rsk)