Ladies, pernikahan di Indonesia biasanya diwarnai dengan adat masing-masing daerahnya. Salah satunya dengan mengenakan pakaian adat sebagai ciri yang membedakan daerah satu dengan lainnya. Seperti halnya pernikahan di Gorontalo, dijelaskan pada situs berlipro.com, busana yang dikenakan saat melangsungkan pernikahan syarat akan makna.
Bungo Tunggo, yaitu baju kurung untuk mempelai wanita. Pada baju ini, diatasnya masih digunakan lagi selapis hiasan dada yang disebut Kucu to Du helo, yang mempunyai arti pembalut dada, dan mengisyaratkan pada Ratu agar dalam memimpin Pemerintahan harus senantiasa menekan dan menutup nafsu amarah.
Pada Bungo Tunggo bagian ujung kanan dan kiri pergelangan tangan dihiasi dengan sepasang hiasan yang disebut Petu. Petu juga dihiasi dengan sepasang gelang lebar yang disebut Pateda, yang melilit pada kedua pergelangan tangan. Sebagai aksesoris tidak hanya Pateda saja. Berikut aksesoris yang wajib dikenakan berdasarkan keterangan dari pernikahanadat.blogspot.com:
Advertisement
- Wulu wawu Dehu merupakan kalung bersusun.
- Hiasan Kuku hanya dipakai pada jari manis dan jari kelingking dari kedua belah tangan kiri dan kanan.
- Alumbu atau Bide merupakan sarung pada bagian depan kiri dan kanan dan terdapat hiasan berderet teratur kebawah.
- Bintolo Etango merupakan ikat pinggang.
Nah, sekarang hal-hal yang menyangkut pakaian dan aksesoris mempelai pria. Makuta atau Paluwala yaitu pakaian mempelai pria. Telah banyak perkembangan dan perubahan pada Paluwala. Dalam Paluwala tidak terdapat lagi perlengkapan seperti Buntali, Bako dan Dungo Ayu. Akan tetapi aksesorisnya sekarang ini, seperti:
- Tudung Makuta, letaknya menjulang keatas dan terkulai ke belakang berbentuk bulu unggas.
- Ikat Pinggang (Pending), sama seperti Bintolo Etango pada Bungo Tunggo.
- Jambiya merupakan pedang.
Oleh: Ismaya Indri Astuti
(vem/rsk)