Sukses

Lifestyle

Sejarah di Balik Cincin Pernikahan II

Ladies sekalian, pada artikel sebelumnya telah mengulas tentang sejarah cincin pernikahan yang dipercaya dimulai pada zaman Mesir kuno. Nah, berikut adalah sedikit lanjutan dari sejarah cincin pernikahan di Mesir kuno serta tradisi cincin pernikahan pada zaman Romawi yang dihimpun dari todayifoundout.com.

Seiring dengan berjalannya waktu, bangsa Mesir kuno menyadari bahwa cincin dari rumput tidak dapat bertahan lama. Sehingga mereka menggunakan kulit, tulang, bahkan gading sebagai bahan untuk membuat cincin pernikahan. Semakin mahal bahan dari cincin tersebut menunjukkan semakin banyak cinta serta semakin kaya sang pria.

Kemudian, bangsa Romawi mulai mengikuti tradisi ini, tapi dengan menambahkan sesuatu yang berbeda. Jika bangsa Mesir kuno menganggap cincin pernikahan sebagai lambang cinta, maka bangsa Romawi melambangkan cincin sebagai bentuk kepemilikan. Para pria dapat menegaskan bahwa wanita tersebut adalah milik mereka dengan memberinya cincin.

Cincin pernikahan ala bangsa Romawi ini berbahan besi yang kemudian disebut dengan ‘Anulus Pronubus’. Cincin pernikahan tersebut juga melambangkan kekuatan dan keabadian. Bangsa Romawi diketahui sebagai bangsa pertama yang memulai tradisi memberi ukiran pada cincin pernikahan mereka.

Dengan kata lain, bagi bangsa Romawi cincin pernikahan merupakan lambang dari kedigdayaan seorang pria. Dengan hanya memberikan cincin pada wanitanya, maka mereka merasa menjadi pemilik sah dari wanita tersebut. Cincin pernikahan juga berarti kekuatan yang dimiliki oleh seorang pria Romawi.

Oleh: Lies Nureni

(vem/tyn)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading