Setiap orang punya kisah dan perjuangannya sendiri untuk menjadi lebih baik. Meski kadang harus terluka dan melewati ujian yang berat, tak pernah ada kata terlambat untuk selalu memperbaiki diri. Seperti tulisan sahabat Vemale yang diikutsertakan dalam Lomba Menulis Vemale Ramadan 2018, Ceritakan Usahamu Wujudkan Bersih Hati ini. Ada sesuatu yang begitu menggugah perasaan dari kisah ini.
***
Merelakan bukanlah hal yang cukup mudah bagiku, apalagi merelakan orang yang benar-benar aku sayangi. Kisahku berawal di saat aku duduk di bangku SMK, aku mengenyam pendidikan di salah satu sekolah yang berada di Jawa Tengah.
Advertisement
Berawal dari rasa kagum terhadap laki-laki yang saat itu menjadi guruku, perlahan-lahan berubah menjadi tertarik dan sayang. Bukan aku saja yang merasakan perasaan itu, lelaki itu juga merasakan hal yang sama. Dia juga tertarik terhadap diriku, aku adalah gadis yang cukup dikenal di sekolah tersebut karena prestasi dan kemampuanku dalam hal public speaking.
Entah bagaimana ceritanya kebetulan aku ditunjuk menjadi pembawa acara di pelepasan kelas tiga, dan yang tak pernah kusangka aku ditemani dengan laki-laki yang aku suka. Iya benar lelaki itu adalah guruku, yang menjadi partner aku dalam membawakan acara yang akan diselenggarakan seminggu lagi. Kaget dan senang bercampur jadi satu, hatiku saat itu merasa tak karuan dan aku seolah menjadi orang yang beruntung. Singkat cerita kami saling bertukar nomor HP untuk mengenal lebih dalam.
Satu tahun telah kami lalui bersama-sama tanpa ada status kejelasan antara aku dan dia. Tapi kami sama-sama nyaman menjalani ini semua, saling mengingatkan dan saling perhatian membuat benih-benih cinta terus tumbuh. Hingga sampai tahap kami saling merencanakan masa depan bersama, tetapi entah apa yang membuatmu menyerah sebelum satu per satu rencana kami terwujud.
Ketika aku hampir lulus sekolah dan masalah besar itu muncul. Iya kuanggap ini masalah besar, di saat usiaku masih tujuh belas tahun. Serta di saat itu pula, semangatku belajar menurun drastis, padahal tiga bulan ke depan aku harus menempuh ujian nasional. Tiba-tiba sikapnya berubah, mulai dari jarang mengabariku sampai ganti nomor HP. Aku tak berani menemuimu saat itu, hanya saja melihat sikap yang berubah tersebut membuatku jatuh hampir depresi.
Tak ada kata penjelasan apapun dari mulut itu, hingga tepatnya pada tanggal 13 Desember 2016 dia kembali menghubungiku, nomor yang masuk asing bagiku tapi setelah kuangkat dan kudengar suaranya, hatiku merasa senang.
Tak pernah kubayangkan bahwa perbincangan kami itu menjadi perbincangan akhir cerita kami.
Kamu mengatakan bahwa akan menikah pada bulan Februari tahun depan dengan wanita pilihan ibumu yang cukup mapan dalam hal finansial dan usia yang setara dengan dirimu. Entah apa yang harus kukatakan saat itu, aku tak bisa menahan air mata ini. Kecewa, remuk, sesak menyatu di dalam dada ini. Sebulan penuh aku benar-benar depresi menghadapi kejadian itu.
Hingga akhirnya aku memilih untuk terus menjalani hidup yang masih panjang, dan aku pelan-pelan melupakan semua tentangnya. Aku menyibukkan diri dengan mengikuti berbagai kegiatan yang positif.
Kumaafkan semua sikapmu terhadapku, karena aku sayang padamu. Aku berusaha mengikhlaskanmu untuk bahagia bersama wanita pilihan ibumu. Meski dalam hatiku besar harapan, kamu ada usaha untuk menolak perjodohan itu. Tapi mungkin ini jalan Tuhan untuk hidupku, agar aku dapat berdamai dengan masa lalu dan mengambil hal-hal positif untuk bekal aku di masa depan.
Kini aku membuka lembar baru, dan menikmati hidup dengan lebih menyenangkan. Aku saat ini seorang mahasiswi di salah satu perguruan tinggi swasta yang ada di Salatiga. Serta aku sangat beruntung, saat ini ada lelaki yang mendampingiku dan menyayangiku dengan tulus.
Alhamdulilah keluarga kami sudah saling mengenal satu sama lain, dan sudah sepakat untuk menjodohkan kami setelah aku menyelesaikan studiku. Percayalah semua yang terjadi, bukan karena kehendak kita, melainkan kehendak Tuhan untuk membimbing kita menuju jalan yang baik dan benar. Jangan pernah sesali apa yang sudah terjadi, manusia boleh berencana tapi Tuhan yang menentukan semua. Dan yang dipilih Tuhan untuk kita sudah pasti yang terbaik.
- Telanjur Cinta, Kunikahi Duda Meski Awalnya Ditentang Orangtua
- Pria yang Terus Menyiksa Batin, Nggak Layak Dipertahankan!
- Menolak Dijodohkan, Aku Malah Disebut Cewek Sarjana Tak Tahu Diri
- Yakin Saja, Setiap Bidang Pekerjaan Punya Ladang Rezekinya Masing-Masing
- Remuk Hatiku Saat Suami Memilih Pelakor, Tapi Kutegarkan Jiwa demi Putraku