Hidup memang tentang pilihan. Setiap wanita pun berhak menentukan dan mengambil pilihannya sendiri dalam hidup. Seperti cerita sahabat Vemale yang disertakan dalam Lomba Menulis April 2018 My Life My Choice ini. Meski kadang membuat sebuah pilihan itu tak mudah, hidup justru bisa terasa lebih bermakna karenanya.
***
Ini cerita hidupku menjelang wisuda kelulusan program sarjana dari jurusan Pendidikan Bahasa Arab UIN Walisongo Semarang tahun 2016. Seusai dinyatakan lulus ujian skripsi (munaqosyah), aku langsung pulang ke rumah. Seperti biasa aku ngobrol panjang dengan orangtuaku.
Obrolan kami pun terseret ke topik masa depan. Orangtuaku menanyakan apakah aku akan menikah atau lanjut S2 setelah wisuda nanti. Dalam hatiku, terjadi pergulatan hasrat. DariĀ lubuk yang paling dalam, aku ingin melanjutkan S2. Tapi dari sisi kemanusiaan, aku memilih untuk menikah terlebih dahulu dengan alasan dapat melanjutkan studiku atas biaya dari suami nanti. Aku tidak ingin merepotkan orangtuaku lagi.
Advertisement
Singkat cerita, aku pun menikah. Namun, mimpiku untuk lanjut studi belum bisa kuwujudkan. Ini semua tidak semudah membalikkan telapak tangan. Aku yang menjadi guru dengan gaji secukupnya dan Kanda (panggilan sayang untuk suami) petani di sawah milik sendiri dengan penghasilan yang tidak bisa kita patenkan angkanya untuk per bulan.
Aku pun sengaja mengubur mimpi itu. Aku jalani hidupku seperti biasa. Lambat laun waktu berjalan, keinginanku untuk S2 tumbuh karena melihat kawan-kawanku yang sebentar lagi lulus program pascasarjana. Mungkin setelah ini mereka jadi dosen, pikirku. Salah satu dari mereka bukanlah anak cerdas atau ber-IP tinggi. Dari situlah, keinginanku lanjut studi semakin kuat.
Di awal tahun 2018 ini, aku diberi brosur pendaftaran S2 di almamaterku dulu. Kubaca-baca, ku-istikhorohi, aku berdoa. Aku juga bercerita kepada Kanda dan juga orangtuaku. Semuanya mendukung ideku. Sekarang masalahnya adalah di finansial. Siapa yang mau menanggung biaya kuliahku nanti? Suami? Mertua? Atau orangtua? Dan pada akhirnya, disepakati bahwa aku akan kuliah dengan biaya per semester dari orangtua, biaya keseharian oleh suami tercinta, dan biaya servis pendukungku kuliah seperti motor dan netbook dari mertua.
Aku bersyukur Allah memberiku jalan. Tiada kata terlambat untuk belajar. Aku dikelilingi oleh orang yang mencintaiku dengan sangat. Contoh mertuaku saja seakan lebih cinta menantunya daripada anak kandungnya sendiri. Sekarang aku berdoa semoga semuanya lancar. Karierku dalam pendidikan, rumah tangga, dan kepenulisan. Juga perjalanan studiku nanti diberi lulus pada waktunya. Aamiin.
- Pekerjaan Bisa Dicari, Tapi Keluarga Tak Bisa Diganti Bila Salah Satu Pergi
- Meminta Maaf pada Suami Jadi Caraku Menyelamatkan Rumah Tanggaku
- Mengajar di Sekolah Terpencil, Berbagi Ilmu Ternyata Bisa Sebahagia Ini
- Daripada Galau Nunggu Jodoh, Mending Sibuk Berkarier dan Memantaskan Diri
- Sebelum Menikahi Pria Beda Keyakinan, Restu Orangtua Harus Didapatkan
(vem/nda)