Hidup memang tentang pilihan. Setiap wanita pun berhak menentukan dan mengambil pilihannya sendiri dalam hidup. Seperti cerita sahabat Vemale yang disertakan dalam Lomba Menulis April 2018 My Life My Choice ini. Meski kadang membuat sebuah pilihan itu tak mudah, hidup justru bisa terasa lebih bermakna karenanya.
***
“Life is a matter of choices, and every choice you make makes you” - John C Maxwell
Advertisement
Setiap detik kehidupan merupakan sebuah pilihan. Pilihan untuk tetap berjalan lurus ke depan, berjalan ke arah lain atau bahkan berhenti untuk berjalan. Setiap pilihan memiliki konsekuensi yang tidak kita ketahui. Namun suka tidak suka kita harus tetap memilih karena hidup terus berjalan. Setiap fase kehidupan pasti terdapat sebuah pilihan kehidupan yang akan menentukan fase kehidupan kita selanjutnya. Sekolah di mana, kuliah apa, kuliah di mana, kerja apa, kerja di mana, menikah dengan siapa. Bagi fase kehidupan saya saat ini pilihan yang sedang saya jalani dan saya nantikan konsekuensinya adalah kuliah apa.
Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga. Saya sudah menyelesaikan pendidikan sarjana saya dan saat ini sedang menjalani pendidikan profesi saya di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Menjadi perawat merupakan cita-cita saya semenjak SMA. Saya terinspirasi oleh ayah saya, ya ayah saya juga perawat. Namun jangan salah ayah tidak pernah mendorong saya menjadi perawat, ayah saya malah mendorong saya menjadi guru.
Ayah saya sudah mengalami asam manis menjadi perawat mulai keluar masuk di hutan pedalaman Papua, menjadi perawat honorer di puskesmas terpencil di Papua, hingga saat ini menjadi perawat di salah satu rumah sakit negeri. Ayah saya mengatakan perawat merupakan pekerjaan yang mulia namun penuh risiko. Setiap hari harus bertemu dengan pasien dengan berbagai macam penyakit yang bukan tidak mungkin menular pada kita, setiap hari bekerja shift bukan seperti pekerja kantoran yang berangkat pagi pulang sore kita bekerja pagi siang dan malam yang bukan tidak mungkin mengubah irama kehidupan kita.
Namun entah bagaimana saya tetap berkeinginan menjadi perawat. Ditambah lagi saat melihat perawat-perawat yang merawat ayah saya yang harus bolak-balik masuk rumah sakit akibat penyakit penyumbatan pembuluh darah jantung yang ia alami, saya merasa kagum pada mereka. Saya semakin mantap menjadi perawat, saya juga ingin merawat orang-orang yang sakit sama seperti mereka telah merawat ayah saya.
Singkat cerita akhirnya bulan Maret kemarin saya menyelesaikan pendidikan sarjana saya dan sudah resmi menjadi sarjana keperawatan dengan IPK yang cumlaude. Alhamdulillah dapat membuktikan kepada orangtua saya bahwa pilihan saya menjadi perawat merupakan pilihan yang dapat saya pertanggungjawabkan. Seperti yang saya ceritakan saat ini saya sedang menjalani pendidikan profesi di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Hal ini mengharuskan saya bekerja selayaknya seorang perawat di samping tugas saya sebagai seorang mahasiswa. Selama praktek profesi sebagai seorang perawat yang selalu saya rasakan setiap hari adalah bersyukur. Ya bersyukur, hal yang mungkin biasanya hanya saya rasakan saat saya mendapatkan nilai bagus atau mendapatkan HP baru.
Namun saat ini saya terus bersyukur dengan hanya melihat pasien-pasien saya, betapa mereka harus berjuang untuk sehat atau bahkan berjuang untuk tetap hidup. Hal yang mungkin tidak saya sadari jika saya tidak menjadi perawat. Setiap hari saya melihat betapa mahalnya kehidupan dan betapa mahalnya kesehatan yang membuat saya senantiasa bersyukur dan berjanji untuk menjaga kesehatan saya.
Selain bersyukur menjadi perawat mengajarkan saya arti sebuah ketulusan, ketulusan merawat seseorang yang bukan siapa-siapa kita bahkan tidak kita kenal. Saya berusaha ikhlas dan tulus merawat pasien saya dan berharap semoga mereka dapat kembali sehat dan berkumpul bersama keluarga mereka. Sebuah kalimat, “Terima kasih, Sus. Hanya Allah yang mampu membalas,” terasa begitu menggetarkan bagi saya. Aamiin semoga ketulusan saya diterima sebagai ibadah saya.
Saat ini saya sudah menjalani 14 minggu pendidikan profesi dan masih puluhan minggu lagi saya jalani profesi ini. semoga setiap waktunya memberikan saya pembelajaran tentang kehidupan. Setelah fase ini saya akan tiba pada fase kehidupan dengan pilihan hidup tentang pekerjaan. Apapun pilihan pekerjaan yang saya pilih nantinya semoga saya dapat mempertanggungjawabkannya dan tetap terus menjadi perawat yang dapat bermanfaat untuk sesama dan perawat yang membanggakan bagi kedua orangtua saya. Aamiin.
Yakin dengan apapun pilihan hidup yang Anda pilih, bekerja keras untuk mendapatkan yang terbaik, hasilnya biar Tuhan yang menentukan. Apapun yang sudah menjadi jalan hidupmu pasti akan tetap menjadi jalan hidupmu. Selamat membuat pilihan.
- Meminta Maaf pada Suami Jadi Caraku Menyelamatkan Rumah Tanggaku
- Mengajar di Sekolah Terpencil, Berbagi Ilmu Ternyata Bisa Sebahagia Ini
- Daripada Galau Nunggu Jodoh, Mending Sibuk Berkarier dan Memantaskan Diri
- Sebelum Menikahi Pria Beda Keyakinan, Restu Orangtua Harus Didapatkan
- Meski Dihina Bodoh dan Buruk Rupa, Jangan Sampai Dendam Melumpuhkan Jiwamu