Usianya masih 18 tahun. Tapi ia sudah harus kerja keras demi semua anggota keluarganya terutama adik-adiknya yang masih kecil. Keterbatasan ekonomi keluarganya selama ini telah memaksa gadis bernama Sitara Wadafar ini menyamar dan dandan seperti seorang pria.
Melansir dari laman ndtv.com, Sitara yang dikenal dengan sebutan Bacha Poshi atau yang dalam bahasa setempat merujuk pada anak gadis yang dandan seperti anak laki-laki, lebih dari satu dekade, ia nyaris tak pernah berdandan seperti seorang gadis di hadapan publik.
Gadis malang ini tak pernah merasakan bagaimana ia menggerai rambut hitam panjangnya, memakai make up juga berdandan dengan gaun cantik nan menawan di hadapan publik. Tentu ini dilakukan Sitara tanpa alasan. Ia yang tinggal bersama orang tua dan lima saudara perempuannya harus mau berdandan seperti pria dan melakukan tugas-tugas pria di luar sana dengan aman.
Sehari-hari, Sitara bekerja sebagai buruh pencetak batu bata bersama sang ayah yang sudah terbilang renta. Ia bekerja mulai pagi hari hingga sore hari dengan upah sekitar Rp32 ribu setiap harinya. Ia akan memakai pakaian panjang seperti seorang pria dan memakai penutup kepala demi menutup rambut hitamnya.
"Aku tak pernah berpikir bahwa aku adalah seorang wanita. Ayahku selalu mengatakan Sitara seperti putra tertuanya. Aku terkadang menghadiri pemakaman sebagai putra sulungnya. Jika orang-orang tahu bahwa aku perempuan berusia 18 tahun dan bekerja di pabrik bata dari pagi hingga malam, aku akan menghadapi banyak masalah. Mereka bahkan bisa nekat menculikku," ungkap Sitara ke AFP.
"Aku tak pernah malu dengan apa yang aku lakukan. Tapi banyak orang menyarankan agar aku menghentikan ini. Aku telah mencapai pubertas dan sudah sebaiknya kembali seperti semula, tidak perlu bekerja di pabrik bata lagi. Tapi apa yang harus aku lakukan. Aku tak punya pilihan," tambahnya.
Ikut bekerjanya Sitara di pabrik bata sendiri bermula ketika keluarganya memiliki hutang ke pemilik pabrik sebesar Rp4,9 juta yang digunakan untuk biaya pengobatan ibunya. Untuk membayar hutang ini, Sitara harus rela ikut bekerja bersama ayahnya dan mengumpulkan uang. Tak hanya untuk membayar hutang, uang dari hasil keringatnya juga dipakainya untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarganya.
"Jika aku memiliki seorang putra, aku tidak akan menghadapi masalah ini. Kehidupan semua putriku akan damai dan sejahtera. Semua tanggung jawab ada di pundakku dan Sitara. Kami harus menyediakan uang untuk membayar pinjaman dan mencukupi kebutuhan," ungkap ayah Sitara, Noor.
Advertisement
Di Afghanistan, anak-anak seperti Sitara atau Bacha Poshi akan kembali ke rumah, berpakaian seperti wanita setelah mereka mencapai usia pubertas. Beberapa juga akan diadopsi agar hidupnya semakin membaik. Perlahan tapi pasti mereka juga akan dinikahkan. Tapi, hingga usia 18, Sitara masih berdandan seperti pria. Ia bahkan belum kepikiran untuk berdandan seperti wanita demi keluarganya.
"Aku akan kerja keras karena tak ingin aduk perempuanku dandan seperti pria dan bekerja di pabrik. Jika aku tidak bekerja, kami akan menghadapi banyak kesulitan dan masalah. Ketika mengenakan pakaian pria, aku selalu berharap memiliki saudara pria. Semua mimpiku akan terpenuhi dengan hadirnya saudara pria," cerita Sitara.
- Meski Hidup Penuh Keterbatasan, Cinta Bapak Selalu Menguatkan
- Agar Anak Bisa Sekolah, Pria Ini Membuat Jalan Membelah Bukit
- Aku Memang Tak Ingin Jodohku Seperti Ayah, Tapi Bukan Berarti Diriku Egois
- Rela Melepas Karir & Cinta Demi Rawat Ayah, Alasan Gadis Ini Menyentuh
- Saat Harus Memilih Ayah atau Pasien, Kisah Dokter Ini Bikin Terenyuh
(vem/mim)