Hidup memang tentang pilihan. Setiap wanita pun berhak menentukan dan mengambil pilihannya sendiri dalam hidup. Seperti cerita sahabat Vemale yang disertakan dalam Lomba Menulis April 2018 My Life My Choice ini. Meski kadang membuat sebuah pilihan itu tak mudah, hidup justru bisa terasa lebih bermakna karenanya.
***
Setiap insan tentu mendambakan hidup bahagia lahir dan batin sedari dilahirkan hingga menua. Namun jika apa yang diharapkan tidak sesuai kenyataan, maka tugas kita sebagai makhluk adalah tetap mensyukurinya. Tetap berprasangka baik terhadapNya.
Seperti yang terjadi dalam hidupku. Sejak dilahirkan aku diasuh oleh Pakdhe dan Budhe, kakak dari ibuku yang tidak memiliki anak. Aku anak ketiga dari enam bersaudara. Kehidupan orangtua kandungku sendiri memang jauh dari kata berkecukupan. Itulah sebab Pakdhe dan Budhe menaruh kasihan dan akhirnya berkenan merawatku.
Namun kehidupan itu seperti roda berputar. Mungkin di sanalah seninya. Saat merawatku, keadaan ekonomi Pakdhe dan Budhe mendadak terpuruk. Dan itu berpengaruh besar dalam kehidupanku termasuk pendidikanku. Mereka hanya mampu menyekolahkanku hingga Sekolah Dasar. Mereka tidak memiliki biaya untuk melanjutkan pendidikanku. Praktis aku harus rela dan ikhlas putus sekolah. Itu terjadi sekitar tahun 70-an.
Advertisement
Sebagai bocah tentu saja aku sangat kecewa dan bersedih hati. Tapi aku tidak bisa berbuat banyak kecuali menerima takdirku. Meski begitu aku ini tergolong bocah pemikir. Dalam masa-masa drop out itu aku tidak ingin tinggal diam. Aku lantas mengisinya dengan bekerja sebagai tukang bungkus es lilin di rumah tetanggaku. Upah yang kuperoleh aku tabung di dalam celengan kaleng yang kusimpan di bawah tempat tidur. Cita-citaku saat itu hanya satu. Tahun depan aku harus bisa melanjutkan sekolah dengan biayaku sendiri.
Dan alhamdulillah, kegigihanku membuahkan hasil. Tahun berikutnya aku bisa mendaftar ke SLTP swasta yang memiliki jam masuk siang. Aku sengaja memilih sekolah dengan jadwal demikian agar pagi hari pekerjaanku sebagai tukang bungkus es lilin masih bisa kujalani.
Tiga tahun kemudian aku berhasil lulus SLTP dengan nilai memuaskan. Namun kembali rasa was-was menghantuiku. Bisakah aku melanjutkan hingga jenjang lebih tinggi dan berjuang meraih cita-citaku?
Dengan doa-doa yang tidak pernah putus terpanjatkan, yang tentunya disertai usaha keras, aku akhirnya bisa menyelesaikan sekolahku meski hanya sampai jenjang SMU. Lulus SMU aku benar-benar tidak berkutik. Ujian berat kembali menderaku. Ayah angkatku sakit keras dan praktis aku beralih tugas menjadi tulang punggung keluarga.
Sampai kemudian Tuhan mempertemukan aku dengan seseorang, pria lajang asal daerah lain yang sudah mapan yang akhirnya menjadi suamiku.
Kehidupan terus bergulir. Dua belas tahun berselang aku sudah menjadi seorang ibu dari empat orang anak. Aku merasa bersyukur atas karunia tiada terkira ini.
Tapi sekali lagi. Tidak ada sesuatu yang benar-benar sempurna. Ujian akan selalu hadir menyertai di setiap kehidupan manusia sebagai wujud bahwa Dia memperhatikan dan menyayangi kita. Seperti halnya diriku. Rumah tanggaku kandas di tengah jalan akibat sebuah persoalan pelik antara aku dan suami yang tidak mampu terpecahkan, yang akhirnya membuatku harus berani mengambil keputusan. Aku memilih berpisah dengan membawa serta keempat anak-anakku.
Sungguh sebuah pilihan hidup yang teramat berat di kala itu. Namun begitu aku tidak pernah menyesali keputusanku. Sebab aku meyakini satu hal. Tuhan pasti tidak akan meninggalkanku. Aku menyerahkan semua kehendak terbaik kepadaNya. Sebab siapa aku ini tanpa pertolonganNya? Aku hanya seorang ibu rumah tangga biasa. Sungguh sangat mustahil aku akan mampu menghidupi keempat anak-anakku termasuk diriku sendiri andai tangan Tuhan tidak ikut serta andil di dalamnya.
Dengan meyakini Tuhan selalu bersamaku, aku memberanikan diri membuka salon kecil-kecilan dan jasa tata rias pengantin. Dulu ketika awal-awal menikah aku pernah kursus tata rias dan potong rambut ini. Berbekal keterampilan itulah aku mencoba memperjuangkan hidupku mulai dari titik nol.
Barangkali pepatah guyonan itu benar. The power of kepepet. Ini berlaku dalam hidupku. Tentu saja aku tidak bisa menggantungkan kehidupanku hanya pada satu pekerjaan yang bersifat musiman. Aku paham, salon dan tata rias pengantin penghasilannya tidak bisa diharapkan setiap hari.
Berdasar pemikiran itulah kemudian aku nekat membuka les privat bimbel untuk semua mata pelajaran mulai dari anak-anak usia TK, SD hingga SLTP. Les bimbel ini bertempat di rumahku yang sederhana. Aku membuka les ini mulai pagi hingga larut malam.
Dan lagi-lagi, Tuhan sungguh sangat menyayangiku. Usahaku membuahkan hasil. Kerja kerasku tidak sia-sia. Siswa bimbinganku terus bertambah. Kehidupanku sebagai single mom kian membaik. Aku bisa menyekolahkan keempat anak-anakku hingga ke perguruan tinggi.
Sekarang usiaku sudah setengah abad. Anak-anakku sudah dewasa. Si sulung sudah menikah dan memiliki pekerjaan menyenangkan sesuai dengan cita-citanya. Kedua adik laki-lakinya juga sudah bekerja. Tinggal si bungsu yang kini masih duduk di bangku kuliah di sebuah perguruan tinggi ternama di Kota Malang.
Di hari-hari tuaku, aku masih tetap memberi les bimbel. Aku melakukannya semata-mata untuk ibadah. Aku tidak lagi berpikir tentang upah. Aku memilih menghabiskan waktuku bersama mereka--anak-anak dari keluarga kurang mampu. Dan aku senang dengan pilihanku.
Selain itu di sela-sela kesibukanku mengajar, aku menyempatkan diri untuk menulis. Suatu pilihan lain dalam hidupku. Dan alhamdulillah, tahun lalu aku terpilih menjadi The Best in Fiction and The People's Choice di ajang Kompasianival Award 2017 yang diselenggarakan oleh Kompasiana, sebuah Media Warga (Citizen Media) yang cukup dikenal di tanah air.
Demikian kisah panjang hidupku. Selalu ada buah manis yang bisa dikecap dari pahitnya kehidupan. Selalu ada hikmah yang bisa dipetik dari setiap pilihan. Semoga menginspirasi.
- Memilih Sesuatu yang Ditentang Banyak Orang adalah Keputusan yang Berani
- Baru Kuliah di Usia 24 Tahun, Tak Ada Perjuangan yang Sia-Sia
- Menikah Lagi Setelah Suami Meninggal Tak Selalu Jadi Pilihan Terbaik
- Jalan Hidup Harus Dipilih Sendiri, Sebab Kita Bukan Boneka Orang Lain
- Bermimpi Jadi Sineas, Aku Wanita yang Senang Bercerita dalam Visual
- Tuhan Selalu Punya Cara Terindah Memberikan Apa yang Kita Butuhkan