Setelah diberlakukan MEA atau Masyarakat Ekonomi ASEAN, di Indonesia tentu membuat kompetisi dunia industri, ekonomi, maupun tenaga kerja semakin ketat. Sebab, era ini akan memberlakukan bebas barang, jasa, dan tenaga kerja terlatih serta aliran investasi dengan mudah ke negara-negara lain di seluruh Asia Tenggaran. Hal ini membuat persaingan semakin ketat terutama dalam mencari pekerjaan.
Mulya Amri, Urban Development and Public Policy Specialist National University of Singapore mengatakan akan banyak tantangan kompetisi global yang akan dialami oleh kaum muda mendatangMenurut Mulya, peringkat tersebut memang tidak terlalu buruk, namun kita harus tertatap waspada disalip oleh negara lain. Sabab kini, negara Vietnam yang ada di bawah Indonesia semakin berkembang dalam hal inovasi.
"Dari 190 negara, Indonesia ada di posisi 36. Posisi 36 ini tidak buruk. Tapi kalau dibandingkan Malaysia, Thailand, dan sekarang yang naik cepat seperti Vietnam, inilah mengapa kita harus selalu meningkatkan inovasi,” ujar Mulya saat ditemui dalam acara Talkshow KYIA Tomorrow Innovator 'Embracing Challenges, Shaping the Future', di Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, beberap waktu lalu.
Advertisement
Indonesia tetap memiliki peluang lebiah besar untuk memenangkan persaingan karena didukung pasar yang besar dengan jumlah penduduk yang mencapai 250 juta jiwa. Dan kuncinya ialah selalu mengembangkan inovasi agar tidak kalah tertinggal oleh negara lain.
Untuk selalu mengembangkan inovasi para pemuda Indonesia, PT. Kino Indonesia, Tbk, kembali menggelar Kino Youth Innovator 2018. Kompetisi tahunan yang digelar untuk ketiga kalinya ini bertujuan untuk memotivasi kaum muda agar kreatif dan berani berinovasi untuk memenangkan kompetisi di era pasar bebas.
"Ini rasanya tema yang cukup wajib bagi kita untuk meng-campaign itu, karena masa depan bangsa 20 tahun ke depan ada di tangan kita. Kita harus jadi inovator untuk mengelola bangsa kita," kata Budi Santoso, Product Innovation Director PT. Kino Indonesia, Tbk
Melalui kompetisi ini, Kino kembali mengajak kaum muda untuk mengedepankan sumber daya Indonesia untuk memenangkan kompetisi pasar. Glocal atau dari lokal menuju global, memang menjadi titik berat kompetisi ini.
"Indonesia kaya akan sumber daya lokal, dan untuk menjadi pemenang, kita harus berani mengangkat apa yang ada di dalam, untuk dibawa keluar," papar Budi.
Kino Youth Innovator Award (KYIA) pertama kali diadakan tahun 2016. Sebagai ajang kompetisi inovasi tahunan, KYIA menyasar ide- ide terbaru dari mahasiswa seluruh Indonesia. Adapun kriteria yang akan menjadi penilaian adalah:
1. Original, dari ide sendiri, belum pernah diikutkan dalam kompetisi
2. Efektivitas inovasi, bagaimana penemuan tersebut dapat memecahkan masalah atau menjawab kebutuhan masyarakat.
3. Inovasi tersebut harus dapat diaplikasikan dan diterima oleh pasar/ konsumen.
Jumlah proposal yang diterima meningkat dari tahun pertama penyelengaraan. Di tahun pertama ada 100, meningkat menjadi 250 dan tahun ketiga ini diharapkan ada 300-400 proposal. Hal ini karena cakupan road show ke universitas diperluas menjadi 15, termasuk di luar Jawa yaitu Universitas Hasanuddin Makassar dan Universitas Lampung.
“Ada 4 kriteria proposal sesuai core bisnis Kino yaitu inovasi di bidang personal care, food & beverages, house hold, dan herbal. “Satu lagi kriteria other karena kita memberikan ruang pula untuk inovasi yang berada di luar core bisnis Kino,” tutup Presiden Direktur KYIA, Mamat Rahmat.
(vem/asp)