Hidup memang tentang pilihan. Setiap wanita pun berhak menentukan dan mengambil pilihannya sendiri dalam hidup. Seperti cerita sahabat Vemale yang disertakan dalam Lomba Menulis April 2018 My Life My Choice ini. Meski kadang membuat sebuah pilihan itu tak mudah, hidup justru bisa terasa lebih bermakna karenanya.
***
Stigma dari masyarakat tak hanya memengaruhi keputusan perempuan dalam kehidupan karier hingga percintaan, tapi juga sampai pilihan berpenampilan. Terutama bagi mereka perempuan-perempuan berambut keriting alami, di tengah anggapan umum jika perempuan yang cantik itu adalah yang berkulit putih mulus dan berambut lurus. Hingga banyak perempuan berambut keriting natural yang tidak percaya diri dan memilih untuk meluruskan rambutnya, atau bahkan menyembunyikan rambut keritingnya dengan ragam cara. Demi bisa sesuai dengan standar banyak orang mengenai kecantikan. Tapi, seorang perempuan berambut keriting yang kini menetap di Manila, Oktaviali L. Hani, atau akrab disapa Hani memilih melawan stigma itu dan mengajak banyak perempuan berambut keriting lain untuk menerjemahkan ulang makna cantik lewat pilihan sederhana nan berani: memilih memelihara keriting.
Perempuan Balikpapan yang lahir tahun 1989 itu sejak kecil sudah dianugerahi rambut keriting yang kriwil bergelombang. Dalam belasan tahun awal hidupnya dengan si keriting, ia berbagi cerita suka-dukanya. Terutama pengalamannya ketika orang-orang banyak berpikir jika rambut keriting itu identik dengan berantakan, acak-acakan, dan jelek. Ia pun sering menyembunyikan si keriting dengan memakai topi ke mana-mana, bahkan sampai mengenakan wig berambut lurus yang hits. Hal ini karena ia tak pernah luput dari keisengan teman-temannya yang suka mencandai rambut keritingnya yang dijuluki dan diledeki bagai mie. Sesekali ada yang sengaja menyumpitkan rambut keritingnya dan mengatainya bakmi. Ditambah oleh tayangan iklan dan sinema di televisi yang kerap menampilkan model hingga aktris berambut lurus sebagai referensi kecantikan, Okta berada di titik insecure terparahnya dan memilih melakukan smoothing pada rambut keriting alamiahnya.
Advertisement
“Orang-orang mungkin enggak menganggap hal ini serius, tapi bagi banyak perempuan khususnya yang rambut keriting, ini serius. Sering kali kita yang punya rambut keriting pasti punya pengalaman yang sedih atau lucu tapi enggak mengenakkan, yang mana intinya ujung-ujungnya bikin kita enggak percaya diri dan memilih lurusin rambut biar sesuai dengan apa yang dimaui oleh lingkungan sekitar. Kita hidup di tengah hal-hal yang ditanamkan dari dulu atau ditumbuhkan secara diam-diam dalam benak kita hingga kita lupa bagaimana cara memilih sendiri tanpa embel-embel. Sampai di satu titik aku lelah dan memutuskan untuk berhenti mikirin apa kata orang atau stigma yang beredar di masyarakat, aku mau memilih untuk diri aku sendiri, sebab ini hidup aku,” tegas Okta yang pernah berkarier di perusahaan asuransi itu.
Akhirnya, setelah tiga kali smoothing dalam hitungan tahun, Okta memilih memelihara keritingnya. Ia mulai mencari tahu bagaimana cara mengatur, merawat, dan membentuk gaya rambut khusus untuk keriting. Ia ingin menunjukkan jika rambut keriting tidak seperti yang kebanyakan orang bilang, bahwa harus lebih banyak perempuan rambut keriting yang berani memelihara keaslian keritingnya dibanding meluruskannya begitu saja. Hasilnya tidak sia-sia. Okta jadi lebih mengenali keritingnya dan mulai mencintai apa yang memang telah jadi bagian dari dirinya sejak lahir. Ia mulai suka dengan tekstur, volume, sampai bentuk si keriting.
“Aku jatuh cinta sama keriting. Aku inget banget momen pas aku potong semua rambut hasil smoothing-an aku, dan aku natap sendiri diri aku di depan cermin. Aku yang sudah full keriting saat itu nyatanya aku menyadari, keriting itu enggak buruk, keriting itu bukan kesalahan. Sebaliknya, keriting adalah anugerah. Kayak anugerah buat aku memaknai perjuangan. Alasannya, bareng si keriting ini, aku lewatin banyak banget cerita sampai belasan tahun mau itu lucu atau sedih tapi selalu berkesan di hati dan ngebawa aku memahami kalau hidup ini soal berjuang untuk bertahan dan menerima, termasuk mengenai diri sendiri. Aku tak pernah menyesali pilihanku ini, justru mensyukuri itu,” tambah Okta lengkap dengan senyum berlesung di kedua pipinya.
Paham bahwa ia butuh untuk membatu teman-teman perempuan berambut keriting di luar sana agar lebih percaya diri juga, ia sering kali membubuhi tanda tagar #ichosecurly di setiap unggahan media sosialnya, seraya pernah menceritakan alasan inspiratifnya memelihara keriting. Ia memang menemukan banyak alasan, bahwa memelihara keriting seperti keputusan untuk menerima diri sendiri, jika memelihara keriting kita sekaligus merawat identitas orisinil yang memang kita punyai sejak lahir, kalau memelihara keriting adalah bentuk pilihan cantik dan berani untuknya.
“Lebih dari itu, alasan utamaku memelihara keriting karena keriting adalah bagian otentik dari diri aku, jadi aku harus bisa nerima si keriting apa adanya. Dengan menerimanya, aku baru bisa nyaman dan jadi diri sendiri. So, no more hiding!” tandasnya.
Okta juga tak lupa memberikan tips bagi teman-teman berambut keriting yang pernah mengalami bully maupun ejekan terhadap si keriting. Buat Okta, ia hanya menganggapnya angin lalu dan tertawa bersama mereka. Happy bareng dan stay positive saja. Lalu, perlahan temukan momen untuk nyaman dengan diri sendiri, lalu belajar untuk mengeluarkan hal terbaik nan positif dari pilihan kita. Kalau kita berhasil menunjukkannya, itu akan jadi ‘balas dendam’ yang sehat dan manis.
Jadi, jangan sembunyi untuk tunjukkan siapa diri kita, sebab sekali kita memilih untuk diri sendiri dan kita yakini itu benar, kehidupan kita akan lebih damai dan kita bisa menciptakan konsep kecantikan baru buat mereka: bahwa cantik adalah pilihan untuk jadi diri sendiri!
- Dengan Kanker Payudara, Aku Tetap Semangat Bekerja sebagai Prajurit TNI AU
- Juri Meremehkan Ideku Berbisnis Mainan Edukatif, Ini Caraku 'Balas Dendam'
- Hebatnya Seorang Mama, Bisa Berkarier dan Menjaga Keluarga dengan Baik
- Hidup dengan Satu Ginjal Tak Mengurangi Tekadnya untuk Mengabdi pada Negara
- Di Tengah Semua Keterbatasan, Keperjuangkan Impianku Menjadi Guru
(vem/nda)