Bingung, pasrah, kesel, dongkol, mungkin itu sebagian kata yang dapat mendeskripsikan suasana hati mahasiswa baru di saat di mana mereka harus merasakan fase sebelum kuliah yang biasa disebut ospek. Hm, tapi suasana ini akan mempunyai kisah tersendiri nantinya, sama seperti kisahku yang menemukan keluarga baru diawali karena rasa senasib sepenanggungan yang kami rasakan ketika menjalani kehidupan baru sebagai “dik maba”. Mereka sudah lebih dari sekadar sahabat bagiku, mereka adalah saudara, mereka adalah keluargaku.Jika kalian pikir kami adalah girls squad, kalian salah. Kami memang didominasi oleh wanita tapi di antara kami ada satu anggota yang paling ganteng, kami menamai diri sebagai “Coeseon Kingdom” entahlah dari mana asalnya nama itu. Kami beranggotakan delapan orang, dari berbagai penjuru daerah di Bali ada yang Tabanan, Bangli, Karangasem dan Gianyar. Bukan karena tanpa alasan selain rasa senasib sepenanggungan selama menuntut ilmu di dunia perkuliahan kami juga tinggal dalam satu tempat kost.
Jika diingat 4 tahun yang lalu ketika kami masih awal bertemu masih canggung, masih jaim, bila bertemu hanya bertukar senyum. Setelah itu mulai berani nyapa, ngajak makan bareng, ngerjain tugas ospek bareng, begadang bareng, dihukum bareng. Hingga kami punya nama kesayangan masing-masing. Kamarku bukan hanya milikku kamarmu juga bukan milikmu, ini semua kamar kita ini rumah kita, jadi di antara kami tidak akan ada yang menyalahkan jika masuk ke kamar sebelah, tidur dan makan dan aktivitas apapun kami lakukan dari satu kamar ke kamar yang lainnya tanpa canggung. Ekspektasiku tentang dunia kuliah dan dunia rantauan pun berubah karena mereka. Di awal akan menjadi anak rantau aku merasa akan sangat berat untuk meninggalkan rumah jauh dari ibu dan saudara-saudaraku, apa-apa harus sendiri. Tapi ternyata aku malah menemukan keluarga keduaku, pernah suatu saat aku membayangkan akan menjalani tiga tahun kehidupan yang sangat membosankan tapi ternyata ekspektasiku salah kehidupanku selama tiga tahun itu justru menjadi hari-hari paling berwarna. Jujur saja aku bukan sosok orang yang mudah bergaul dengan orang yang notabenenya baru aku kenal tapi bersama mereka entah mengapa aku merasa berbeda. Di tahun-tahun pertama perkuliahan walaupun berat tapi dapat kami lewati, tidak akan ada beban yang terlalu berat jika kita hadapi bersama.
Entahlah harus aku mulai dari mana memulai. Terlalu banyak hal yang telah aku lewati bersama mereka mulai dari air mata saat kami merasa tidak kuat untuk menghadapi tugas ospek ditambah lagi dengan pelatihan-pelatihan yang harus kami ikuti sebagai tenaga kesehatan. Aku sempat merasa kalau aku salah jurusan masuk ke universitas itu sembari menangis aku menghubungi ibu via telepon, mencurahkan keluh kesahku yang ingin pindah jurusan saja. Tapi mereka menguatkanku, “Jalani saja, pasti lewat kok. Buktinya kakak tingkat kita saja bisa kok bertahan sampai tingkat tiga di sini bahkan sampai diwisuda. Kamu nggak sendiri kan ada kita, pokoknya prinsip kita salah satu salah semua. Jangan nganggap kami orang lain, kami ini saudaramu,” kata-kata dari mereka yang masih aku ingat. Selain itu pertambahan usiaku selama tiga tahun juga selalu aku lewati bersama mereka. Kami selalu punya cara tersendiri untuk merayakan pertambahan usia masing-masing. Pernah suatu ketika saat kami merayakan ulang tahun salah satu anggota tiba-tiba ada tetangga kami yang komplain bukan tanpa alasan kami memang yang terlalu terbawa suasana sampai suara kami membuat terganggu tetangga yang saat itu sedang memiliki anak yang masih duduk di bangku sekolah. Tawa, canda, suka, duka, air mata, senyuman selalu mewarnai hari-hariku bersama mereka.
Advertisement
Pagi hari selalu saja terjadi kehebohan. Saat kami akan berangkat kuliah kami selalu saling tunggu dan berangkat bersama. Di kampus pun kami selalu memilih tempat duduk berjejer. Di kos ketemu mereka, di kampus ketemu mereka lagi, hang out juga selalu sama mereka walaupun tidak selalu lengkap sih dikarenakan kami juga disibukkan dengan kegiatan organisasi dan UKM yang berbeda-beda, tapi aku tak pernah bosan bersama mereka.Tiga tahun yang begitu indah, hingga pada akhirnya tujuan awal kami kuliah pun sudah di depan mata. Rabu 14 September 2016 adalah hari yang kami tunggu-tunggu hari di mana semua keringat kami selama tiga tahun terbayarkan. Satu per satu nama kami dipanggil dengan tambahan gelar di belakangnya. Senang, bangga, haru, sedih semua bercampur rasanya. Senang karena sudah dapat menyelesaikan kewajiban kami dengan hasil yang cukup memuaskan dan sedih karena kami sudah harus berpisah dan menghadapi dunia yang sebenarnya.
Aku hanya ingin menyampaikan dua hal pada kalian, maaf dan terimakasih. Maaf karena belum bisa menjadi sahabat dan saudara yang baik untuk kalian, maaf kalau selama ini sikapku yang moody dan mungkin pernah membuat kalian kesal. Terima kasih karena sudah menemani tiga tahun perjalananku, terima kasih karena sudah menjadi saudaraku, terima kasih karena sudah menemani dari ospek, pelatihan, ulang tahun, praktikum, penelitian, galau, berantem satu sama lain, sidang, yudisium hingga hari ini kita diwisuda bersama.
- Serunya Ikut Arisan Barisan Para Mantan
- Dulu Selalu Bersama, Kini Tidak Lagi Saling Bicara
- Suka Duka Punya Beberapa Sahabat dengan Satu Profesi yang Sama
- Dalam Persahabatan, Jarang Bertemu Tidak Selalu Berarti Saling Melupakan
- Indahnya Saling Memaafkan, yang Tadinya Musuhan Jadi Sahabatan
(vem/nda)