“Jauh di mata tapi dekat di hati,” walaupun berjauhan namun di hati tetap terkenang. Mungkin itu sebuah peribahasa yang bisa menggambarkan perasaanku dua tahun yang lalu. Seseorang yang tanpa sengaja telah menembus masuk ke dalam relung hatiku dan telah membuatku berpaling memikirkannya adalah dia yang memiliki kepribadian sederhana dan selalu peduli terhadap orang lain. Tapi di balik itu semua ada dua hal yang kurindu darinya, yaitu tatapan matanya yang begitu polos dan mempesona serta senyumannya yang begitu manis. Itu semua membuatku jatuh hati dan tanpa kusadari, aku tak bisa berhenti memikirkannya.
Singkat cerita, kami bertemu dalam sebuah acara organisasi internal kampus yang diadakan selama tiga hari di suatu kota di Pulau Sumatera. Kegiatan singkat yang terjadi pada waktu itu menyisakan kenangan manis yang selalu terbayang di dalam ingatan. Di mana aku dan dia duduk bersebelahan dan bercerita serta membagikan banyak hal tentang kehidupan masing-masing. Hal itu membuat kami saling melihat satu sama lain dan tak bisa melepaskan pandangan. Aku tak tahu apa yang dia rasakan ketika berbicara denganku, tapi yang jelas pada saat itu juga hatiku seperti telah memilihnya untuk menjadi pengisi hati.
Suasana malam yang sangat riuh dan angin malam yang dingin menghampiri pembicaraan kami. Seolah-olah mereka juga ingin ikut bergabung dan merasakan kesenangan kami. Bulan dan bintang malam itu melihat lirih dan tersenyum kepadaku. Tapi malam cepat berlalu sampai ketika pembicaraan itu harus terhenti karena sebuah perpisahan. Tak ada air mata yang keluar. Hanya ada salam perpisahan dan kata-kata yang tidak terlalu banyak diucapkan.
"Terima kasih sudah mau datang dan hati-hati di jalan," kalimat yang terucap dari bibir dan setelah itu tak ada lagi pembicaraan kecil. Rasanya aku tak ingin pulang pada malam itu. Aku masih ingin di sana dan berbincang-bincang dengannya. Tapi aku tak bisa berbuat apa-apa. Ya, mungkin itulah yang memang seharusnya terjadi. Aku hanya bisa mengucapkan salam perpisahan dari dalam hati karena bibir ini tak sanggup untuk mengungkapkan. Entah ke mana keberanian dalam diriku yang selama satu jam aku simpan hanya untuk mengucapkan, “Sampai jumpa." Hanya dua bola mata ini yang bisa menolongku untuk melihat dia terakhir kalinya.
Setelah hari itu, dia mengirimkan pesan untuk menanyakan kabarku dengan gaya penulisannya yang sangat singkat. Pesan singkat pertama darinya aku ingat benar. Dan pada saat itu juga terjadi percakapan kecil yang membuat aku begitu sumringah. Ketika dia menanyakan padaku apakah aku mempunyai pacar atau tidak. Saat itu aku merasa bahwa dia juga mempunyai perasaan terhadapku.
Tapi, seiring waktu berlalu aku sadar dengan apa yang terjadi. Bahwa rasa kagum dan cinta ini hanya dapat aku rasakan seorang diri karena tak ada lagi pesan singkat darinya setelah satu minggu kami saling mengirim pesan. Aku menunggu pesan darinya selama berbulan-bulan tapi tetap tak ada pesan masuk darinya. Aku menceritakan semuanya dengan temanku dan mereka memberi saran kepadaku untuk coba menghubunginya. Tapi aku merasa sangat takut dan gengsi.
Aku berpikir, kenapa aku harus sampai melakukan hal seperti ini. Tapi pada akhirnya aku mencoba untuk menghubunginya dan ternyata dia membalas pesanku. Aku merasa mendapatkan semangatku kembali. Tapi hal itu tak berlangsung lama. Dia kembali menghilang dan tak dapat dihubungi. Saat itu aku merasa hal ini sangat melelahkan dan semua yang kulakukan sia-sia dengan tetap menyimpan perasaan padanya, menanti pesannya dalam waktu yang lama dengan harapan dia akan menjadi pasanganku.
Advertisement
Rasa suka yang hanya dirasakan sepihak memang menyedihkan. Entah dengan cara apa aku harus menghentikan perasaan bodoh ini. Aku tak bisa terus begini dan membiarkan hatiku menyimpan perasaan yang terlalu dalam untuknya. Seiring waktu, aku mencoba untuk melupakan semua perasaan itu dan mengisi waktuku dengan hal-hal yang bermanfaat.
Awalnya memang sangat sulit, tapi aku selalu melakukan yang terbaik untuk diriku sendiri. Karena hanya aku sendiri yang mengerti bagaimana hatiku dan kehidupanku. Ada kalanya mungkin kita hanya dipertemukan dan bukan untuk dipersatukan. Dan aku percaya semua rencana Tuhan pasti akan indah pada waktu-Nya.
- H-14 Ayah Meninggal, Momen Persiapan Menikahku yang Penuh Tangis dan Haru
- Problematika Perbedaan Agama dalam Menuju Pernikahan
- Suka Duka Menyiapkan Pernikahan di Tengah Kesibukan Kuliah dan Kerja
- Tidak Sehati Soal Rencana Pernikahan Denganku, Dia Meminang Gadis Lain
- Cinta Bisa Tumbuh Seiring Berjalannya Waktu, Meski Awal Nikah Sempat Ragu
(vem/nda)