Lagi sibuk menyiapkan pernikahan? Atau mungkin punya pengalaman tak terlupakan ketika menyiapkan pernikahan? Serba-serbi mempersiapkan pernikahan memang selalu memberi kesan dan pengalaman yang tak terlupakan, seperti tulisan sahabat Vemale dalam Lomba Menulis #Bridezilla ini.
***
Tepatnya lima tahun telah berlalu, semula keadaan berjalan dengan baik-baik saja. Hingga saat yang kunanti-nanti telah tiba, iya dia yang kusebut sebagai suamiku sekarang datang bersama keluarga besarnya berniat untuk melamar gadis yang sudah dikenalnya lebih dari tiga tahun yaitu aku. Bukan waktu yang cukup singkat untuk mengenal satu sama lain. Memang keputusan ini kami pilih, karena ada beberapa pertimbangan. Salah satunya karena kami sudah saling cocok satu sama lain. Rasa bahagia, haru bercampur menjadi satu dalam benak ini. Tak sabar menanti hari esok, disaksikan kedua orang tua kami untuk saling bertukar cincin dan menentukan hari bahagia itu.
Rumah telah penuh dengan beberapa hidangan untuk menyambut calon besan, beberapa kursi ditata rapi. Dan tak lupa juga lampu-lampu ditambah biar lebih terang. Tak lama kemudian ponselku berdering, dan ternyata itu telepon dari dia. Memberi kabar kalau dia dan segenap keluarga besarnya sedang menuju ke rumahku. Semakin berdebar jantung ini, seperti baru pertama kali bertemu.
Advertisement
Sesekali kutambahkan polesaan make up ku agar terlihat cantik di mata dia. Sambil terus melirik jam dinding, yang rasanya lama sekali berputar. Lima belas menit sudah aku menunggu, dan ternyata rombongan calon besan telah tiba dengan membawa beberapa seserahan. Keluarga besarku menyambutnya dengan hangat dan penuh bahagia.
Acara dimulai dan dia menyatakan niat baiknya untuk melamarku dan meminta ijin kedua orang tuaku untuk memberikan restu terhadap hubungan kami. Semua berjalan dengan lancar, kami saling bertukar cincin dan kedua orang tua kami berunding untuk menentukan hari pernikahan kami. Keputusan telah dibuat, bahwa hari pernikahan kami jatuh tanggal 21 April yaitu bulan depan.
Segala persiapan menjelang pernikahan dia serahkan pada aku, karena mengingat kesibukan kerjanya yang harus diselesaikan agar nanti dapat cuti kerja lebih lama setelah menikah. Aku dengan senang hati mengurus segala keperluan pernikahan kami, mulai dari baju, gedung, catering, undangan dan souvenir dll. Bahagia sekali rasanya saat itu, beberapa kali aku membayangkan akan menjadi istri dari pria yang tiga tahun ini menjalin hubungan dekat denganku.
Hari pernikahan kami sudah di depan mata, semua dekorasi telah tertata dengan baik sesuai dengan keinginanku. Saat itu pukul 06.00 WIB, di mana aku harus bersiap untuk dirias wajahnya. Karena akad nikah akan berlangsung pukul 10.00 WIB nanti. Keluarga mempelai pria masih berada di tempat tinggalnya. Setelah semua selesai dirias, saya melihat ke arah jam dinding ternyata sudah pukul 08.30.
Ponselku bergetar, ternyata ada pesan dari dia memberi kabar bahwa ibunya jatuh dari tangga. Dan terpaksa dilarikan ke rumah sakit, karena mengalami kejang. Semua keadaan seketika menjadi riuh. Dengan segera aku dan orang tuaku menyusul ke rumah sakit, di mana ibunya dirawat. Tak pernah terbayangkan bahwa akad nikah kami akan dilangsungkan di rumah sakit, karena permintaan dari ibu mempelai pria.
Serta yang lebih menyedihkan ternyata itu permintaan terakhir dari ibunya. Manusia boleh berencana dan mempersiapkan sedemikian rupa, tapi semua kembali pada kehendak-Nya. Dan yang sudah terjadi memang harus terjadi, yang perlu kita lakukan sebagai manusia menjalani dengan ikhlas dan tetap berikhtiar. Â
- Problematika Perbedaan Agama dalam Menuju Pernikahan
- H-14 Ayah Meninggal, Momen Persiapan Menikahku yang Penuh Tangis dan Haru
- Dua Minggu Usai Lamaran Aku Langsung Nikah, Tapi Ada Saja yang Memfitnah
- Rencana Pernikahanku Batal karena Hadirnya Mantan yang Kurang Ajar
- Sulit Mendapatkan Restu Orang Tua untuk Menikah karena Perilaku Ayah Mertua
(vem/nda)